langkah-langkahmu terekam di suatu jalan
secara jelas dan gamblang di ingatanku, sekarang
sesosok yang pernah mengisi lama nafasku
lalu seperti dipukul-pukul kehilangan, saat daun saling jatuh menutupinya
menutupi yang sudah pergi
ada perasaan sedih ketika sadar semuanya sudah berakhir
masih juga tidak kupahami, langkah berlarimu, pergimu
mungkin ini waktu di mana aku harus kembali berjalan
meniti langkah sendiri, atau memilih satu dari sekian banyak nafas yang ada, yang bersedia
cinta itu seperti pejalan; datang dan pergi, hilang dan kembali
aku disadarkan olehmu--kepergian itu
aku akan masih mencintaimu meski harapannya palsu
lalu nanti, saat tiba cinta itu tiada, aku sudah siap dengan aku sendiri
ini seperti pukulan-pukulan menyakitkan yang kau hantamkan di dadaku
apa harus kutangkis, jika sudah kuterima demikian?
ini puncak di mana aku harus kembali turun
mencari lagi puncak lain untuk kudaki, memenangkannya
cinta itu perjuangan
dari langkah-langkah kecil, sampai lelarian cepat
dan akhirnya mendapatkan
dapat, meski bukan kamu lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H