Damar Kurung merupakan produk budaya yang berasal dari kabupaten Gresik, Jawa Timur. Damar kurung pada dasarnya adalah lentera dengan desain yang sangat unik. Awalnya desain tersebut dikira hanya gambar anak-anak, namun senimannya adalah seorang ibu tua bernama Masmundari. Motivasi-motivasi tersebut kemudian menjadi  penelitian, dengan menggunakan paradigma konstruktivis yang berorientasi pada metode kualitatif. Artinya motif-motif tersebut menanyakan pertanyaan mendasar, ragam seni hias Damar kurung mempunyai makna dan bercerita tentang suatu hal yang sangat ingin diketahui dan dipelajari, karena seni hias bukan sekedar gambar seperti gambar anak-anak. dan sang seniman, meski sudah tua, tetap eksis dengan karya-karyanya. Mungkin sang artis menyembunyikan cerita yang sangat panjang di dalam dirinya.
Â
Sejarah Damar Kurung
Â
Kabupaten Gresik terkenal dengan kesenian berupa lukisan tradisional bernama Damar Kurung yang keberadaannya masih bertahan hingga saat ini dan bertahan dari generasi ke generasi dalam penciptaan media visual plastik yang  paling terkenal pada masa itu. Lukisan Damar Kurung  sudah dikenal sejak zaman Sunan Prapen yang menurut Graaf dan Pigeaud Sunan Prapen merupakan tokoh agama ketiga dan keempat  paling terkemuka di Giri pada abad ke 16. Meskipun Damar Kurung dikenal sebagai semacam peninggalan dari zaman masa keemasan Islam di nusantara, namun tidak terlepas  dari pengaruh homogenitas etnis dan budaya  agama atau kepercayaan aslinya, khususnya masa Hindu dan Budha (pra Islam). Memang, beberapa ciri dan simbol yang terdapat pada seni hias panel Damar Gresik sebagai salah satu peninggalan sejarah yang kini terancam punah menunjukkan pola yang serupa antara ketiga agama tersebut.
Â
Makna Lukisan Damar Kurung
Â
Kesenian ini sarat akan makna dan simbolisme religius yang muncul dari lukisan  dinding Damar Kurung, mencerminkan  tradisi masyarakat yang berakar pada kehidupan beragama. Terdapat penggambaran orang-orang yang sedang salat, membaca Al-Quran, karya seni bernuansa Islam seperti Hadrah dan Qosidah, serta aktivitas budaya lokal. Dalam hal ini adalah budaya ucapan tujuh bulan (Tingkeban), Padusan (mengirimkan doa ke makam kerabat di awal bulan puasa). Selain persoalan agama, Damar Kurung juga bercerita tentang budaya dan kebiasaan masyarakat Gresik. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tergambar dalam lukisan Damar Kurung  masih dilakukan hingga saat ini, meski beberapa di antaranya sudah  jarang ditemukan. Ada yang berpendapat bahwa kesenian ini memang perlu kita lestarikan agar generasi muda mengetahui dan merasakan kepemilikan terhadap kesenian tradisional ini, agar kesenian ini tetap eksis dan tidak didominasi oleh kalangan tertentu. Karena kesenian ini  cukup familiar di telinga masyarakat Gresik.
Â
Kolaborasi Etnis Lain Untuk Menjaga literasi Budaya Lokal