Percakapan yang hangat terkesan sinis mengiringi perdebatan tentang apakah Islam mempunyai relasi dengan sosialisme atau tidak senyatanya telah menggema cukup lama dalam pergulatan wacana filsafat politik tanah air.Â
Pertama kali dibawa oleh Syarikat Islam (SI) pimpinan Tjokroaminoto, kemudian bermetafosa dalam ideologi negara dengan pelaksanaan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta secara eksplisit tertuang dalam inagurasi UUD 1945, yang menjadi cita-cita kemerdekaan nasional: menciptakan masyarakat adil dan makmur.Â
Konsep sosialisme sendiri dapat dipahami atau bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat dengan hak milik bersama pada setiap faktor produksi agar produksi tidak lagi dikuasai oleh orang atau suatu kelompok tertentu.
Pada sederhananya, konsep sosialisme ditujukan untuk kesejahteraan bersama. Tjokroaminoto, dalam propagandanya untuk mengenalkan konsep ini dilakukan melalui suatu slogan, "Sama rasa, sama rata" yang pada hakikatnya merupakan bentuk dari sosialisme yang menekankan kepemilikan Bersama (Raditya, 2017).
Tjokro dalam diskursus wacananya, sebagaimana disebutkan oleh Malik mengomentari kaitan antara sosialisme dan Islam yang dicanangkan oleh Tjokro, Tjokro tidak mengutuk pernyataan Karl Marx dan Friedrich Engels, tetapi justru berterima kasih kepada mereka, karena teori materialisme sejarah Marx dan Engels menjelaskan bagaimana Persatuan.Â
Sosialisme yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk membuat kita umat Islam merasa bahagia karena kita tidak harus mengadopsi teori lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, setidak-tidaknya menurut pemikiran Tjokro, sosialisme merupakan bagian yang tidak dipisahkan.
Pemikiran Tjokro sebagai Guru bangsa ternyata banyak menginspirasi para tokoh-tokoh pergerakan ke depannya. Sebut saja Soekarno dengan gagasan satu nesia-nya di mana ia menekankan bangsa Indonesia merdeka bukan hanya milik satu golongan, melainkan ia adalah satu untuk semua dan semua untuk satu. Hal ini, pula nampak dalam apa yang dicanangkan Tjokro berkenaan dengan sosialisme yang diartikan sebagai kesolidaritasan dan kekolektifan bersama untuk saling bertanggung jawab dan tenggangrasa.
Secara historis, sosialisme merupakan bentuk anti tesis dari sistem kapitalisme yang menindas. Ia merupakan induk dari berbagai paham yang ada, sebut saja: anarkisme dan paham sejenis yang mengkungkung penindasan negara terhadap masyarakatnya. Selain itu, inti utama pemikiran sosialis ialah bagaimana distribusi barang dapat dinikmati oleh semua kalangan (sosial/masyarakat)(Syamsu Alam, 2020).
Dalam dunia Islam, tindakan seorang pribadi yang mengeluarkan segelintir hartanya untuk kepentingan khalayak dapat pula disebut sebagai zakat yang dalam tesisnya, zakat diklasifikasikan sebagai bentuk sosialisme sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka. Tulisan ini kemudian akan memaparkan keterkaitan zakat dan konsep sosialisme yang menjunjungtinggi nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan masyarakat kolektif.
Istilah zakat sendiri secara bahasa memiliki beberapa artian. Dalam kamus Mujam Al-Wasith  disebutkan tiga makna yaitu "bertambah; tumbuh; keberkahan"(Akbar, 2015). Istilah zakat menurut Al-Hanafiyah yaitu suatu kepemilikan harta tertentu yang diperoleh dari harta tertentu, dan diberikan kepada orang-orang tertentu yang telah di tetapkan (Allah) dengan mengharap keridhoannya (Ash-Shakafi, n.d.). Namun, jika menyetir perspektif As-Syafi'iyah istilah zakat bermakna sebagai suatu nama untuk sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu (Imam Kamaluddin dkk, 2021)
Dari penjelasan di atas dapat ditarik benang merah bahwa istilah zakat mengacu pada bagian tertentu dari harta seseorang yang dipaksakan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak atas zakat. Pengertian ini sama dengan konsep yang dijelaskan oleh sosialisme, dimana menurut M. Hardi (2021) konsep sosialisme adalah doktrin atau paham negara dan paham ekonomi yang mencari kesamaan kepemilikan atas properti, industri dan bisnis.
Bagian barta bersama ini juga melayani kesejahteraan bagi seluruh bangsa. Tujuan sosialisme untuk negara itu sendiri memang untuk kemakmuran negara. Tidak hanya itu, ideologi sosialisme juga merupakan induk dari banyak ideologi lain, seperti anarkisme, atau doktrin dan kepercayaan yang bertentangan dengan kekuasaan negara, atau teori politik yang menolak hukum pemerintahan dan komunisme.
Zakat merupakan rukun islam yang keempat, yang mana ini menjadi salah satu ritual spiritual dalam agama islam. Sejatinya ibadah zakat ini sendiri merupakan suatu kewajiban bagi umat islam untuk dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat dan merupakan ibadah maaliyah ijtimaiyah karena zakat sendiri memiliki posisi yang penting dan strategis takhanya dalam urusan ajaran melainkan juga di sisi kemanusiaan dan kesejahteraan umat.
Ibadah zakat ini juga pada hakikatnya merupakan ibadah yang bersifat mempunyai fungsi propaganda yakni secara transendental juga horizontal. Oleh karna itu zakat sendiri memiliki manfaat dan makna dalam menunjang kehidupan umat manusia khususnya umat islam. Zakat sendiri memiliki banyak hikmah baik terkait hubungan antar manusia dengan manusia (hablum minannash) maupun hubungan manusia dengan tuhan pencipta alam (hablumminallah).Â
Banyak sekali manfaat yang di tebar dalam berzakat selain akan membawa keberkahan juga dapat mengangkat harkat martabat keimanan seseorang bagi pemberi.Â
Di antara makna dan manfaat dalam berzakat menurut Uji Agung Santosa, (2021) diantaranya: Pertama merupakan wujud totalitas kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT. Kedua membersihkan diri dari sifat kikir (pelit). Ketiga Sebagai rasa syukur atas nikmat Allah. Keempat meningkatkan rasa kasih sayang dan empati kepada mereka yang berkekurangan. Kelima mewujudakan tatanan masyarakat yang sejahtera. keenam menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan islam yang kuat dan kokoh.
Dalam sosialisme, pemerataan ekonomi dianggap sebagai salah satu cara untuk mencapai keadilan sosial. Sementara dalam Islam, zakat merupakan salah satu cara untuk mencapai pemerataan sosial dan keadilan(Khodijah Ishak, 2021). Zakat juga merupakan salah satu bentuk solidaritas sosial dalam Islam, yaitu dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ada beberapa relasi antara sosialisme dan Islam dalam hal pemerataan sosial dan keadilan. Namun, perlu diingat bahwa sosialisme dan Islam merupakan ideologi dan agama yang berbeda, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa sosialisme dan Islam merupakan satu kesatuan yang utuh.
Diakhir pembahasan penulis rasa sudah mencapai pada puncak di mana persoalan sosialisme sudah terjawab. Pada hakikatnya islam mendayung di antara sosialisme yang mana ada beberapa paham sosialisme yang memiliki kesamaan dan kesepahaman dengan ajaran Islam, yang mana dalam agama Islam sangat mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Ini juga yang kemudian terumus dalam sosialisme(tim CNN Indonesia, 2020).
Dengan demikian apabila kita menilik pembahasan mengenai konsep sosialisme sendiri, agama islam merupakan agama yang sesuai dan berada di tengah prinsip kebersamaan dan juga prinsip-prinsip inidividual. Yang mana ini berati ada beberapa paham sosialisme yang memiliki kesamaan dan kesepahaman dengan ajaran Islam, di mana dalam agama Islam memperhatikan kepentingan bagi masyarakat banyak. Hal ini sendiri sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Namun menurut hemat penulis, pada hakikatnya kepemilikan pribadi juga merupakan suatu yang tidak ditolak dalam Islam. Dalam agama islam juga seorang Muslim diperbolehkan memiliki harta dan kekayaan pribadi. Bahkan kepemilikan pribadi telah dijamin oleh syariat. Yang mana dalam prinsip syariat dikatakan bahwa seorang muslim mempunyai hak untuk mendapatkan harta atau perlindungan yang bersifat bendawi.
Oleh karena itu, ada aspek sosialisme yang sesuai dengan ajaran Islam. Namun, sosialisme juga memiliki aspek-aspek yang jauh dari konsep Islam. Islam hadir di tengah. Islam menghargai prinsip kebersamaan dan individualitas. Mudah-mudahan dengan keselarasan antara sosialisme dan islam maka nantinya sesuai janji Allah akan tercipta sebuah masyarakat yang ''baldatun thoyibatun warabbun ghafur''.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H