Bumi Allah, 27 Ramadhan 1436 H
Kepada Sahabatku di Bumi Allah.
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
Apa kabar, Sahabatku? Semoga kau sehat selalu.
Kau pernah bertanya kepadaku, “Apakah aku bisa terus bersamamu?” Lalu aku menjawab, “Tidak bisa, kawan. Waktu yang kumiliki terbatas.”
Mungkin beberapa hari lagi kita akan berpisah. Aku akan pergi dan aku tak akan pernah kembali untuk selama-lamanya. Atau bisa jadi dirimu yang lebih dulu pergi dan aku akan menyusulmu di belakang. Ketahuilah, betapa banyak orang yang bertemu denganku dan menyangka aku yang akan meninggalkan mereka, tapi ternyata merekalah yang terlebih dahulu meninggalkan aku. Ruh mereka lebih dulu yang tercabut sebelum aku yang meninggalkan dufan ini.
Tapi jangan terlalu bersedih, Sahabatku.
Jika Allah masih memberimu umur yang panjang, maka engkau akan bertemu dengan teman-temanku yang lain. Meskipun aku lebih mulia daripada mereka-mereka, tapi tolong perlakukanlah mereka semua sebagaimana kamu memperlakukan diriku. Jalankanlah ibadah dengan giat bersama mereka sebagaimana ketika engkau masih bersamaku.
Dan jika kamu lebih beruntung, maka beberapa bulan kemudian, kamu akan bertemu dengan saudaraku. Nama kami sama, hanya saja tahun lahir kami berbeda. Dia setahun lebih muda dariku.
Oh iya, sahabatku. Aku ingin jujur padamu. Semoga kamu tidak marah.
Sebetulnya, ibadahmu selama bersamaku masih amat sangat jauh dari kata sempurna. Masih banyak ibadah yang terlewatkan ketika bersamaku. Shalatmu, tadarrusanmu, dzikirmu, sedekahmu, dan masih banyak lagi. Juga Kamu masih belum bisa meninggalkan beberapa hal yang sia-sia. Padahal hari-hari kita bersama adalah hari-hari yang sangat berharga dan tidak akan pernah kembali lagi.
Tapi – apapun itu – saya sangat bersyukur karena dirimu masih mau berusaha melakukan amalan-amalan kebaikan, karena banyak di antara manusia yang bertemu denganku tapi tidak memanfaatkan keberadaanku dengan sebaik-baiknya. Sebagian di antara mereka ada yang berpuasa tapi tidak shalat (mengamalkan yang wajib tapi tidak mengamalkan yang wajib lainnya). Ada juga yang melakukan shalat tarawih tapi meninggalkan shalat 5 waktu (mengamalkan yang sunnah tapi justru meninggalkan yang wajib).
Dan yang lebih parah, ada sebagian orang yang ada atau tidak adanya diriku sama saja bagi mereka. Sebelum aku datang, ketika sedang bersamaku dan setelah aku pergi, mereka tidak shalat. Mereka tidak berpuasa. Padahal mereka muslim. – Wallahul musta’aan (Hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan). – Dan syukurku kepada Allah, karena hal yang seperti itu, tidak terjadi antara diriku dan dirimu, Sahabatku.
Sahabatku.
Saya berharap padamu. Jika kamu berumur panjang dan bisa bertemu dengan saudaraku di masa mendatang, maka perlakukanlah dia lebih baik dan lebih gigih dibandingkan dengan kebaikan dan kegigihan yang telah kamu usahakan ketika bersamaku.
Dan jikapun seandainya Allah tidak memberikanmu izin untuk bertemu dengan saudaraku pada tahun depan, maka mudah-mudahan Allah bisa mempertemukan kita kembali di akhirat. Dan semoga, ketika kita bertemu nanti, kamu bisa dengan bangga berdiri di hadapan Allah dan kamu menyebut-nyebut namaku dan menjelaskan bahwa, kamu bisa memperbaiki diri lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya ketika kamu bertemu denganku. Oh, alangkah senangnya diriku jika kamu mengatakan seperti itu kelak. Aku tentunya sangat bangga menjadi bagian dari perubahanmu ke arah yang lebih baik lagi.
Baiklah, Sahabatku. Inilah carahan hati yang bisa tersampaikan kepadamu sebagai teman baikmu. Semoga kamu senantiasa diberikan keimanan dan keistiqamahan kapanpun dan dimanapun engkau berada. Teriring doa semoga engkau menjadi pribadi yang lebih baik daripada hari kemarin dan semoga esok lebih baik lagi daripada hari ini.
Terima kasih sudah membaca surat singkatku ini.
Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Dari Sahabatmu,
Ramadhan 1436 H
Catatan kaki:
*Ingat saya masih memiliki sidikit hembusan nafas, degupan jantung dan denyutan nadi hingga beberapa hari ke depan, bernafaslah dengan nafasnya dan berdebarlah dengan degupannya. Dan manfaatkanlah dia dengan sebaik-baiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H