Mohon tunggu...
Moh DzakyAmrullah
Moh DzakyAmrullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

kuliah di Stiba Ar Raayah Sukabumi-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Buku "Mentari"

24 Juni 2021   21:59 Diperbarui: 24 Juni 2021   22:08 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Judul Buku : Mentari

Penulis : Carla Adiba

Penerbit : Citra Airiz Surabaya

Tanggal Terbit : Juli 2020

Tebal Buku : 322 halaman

"Karena terbit dan tenggelam adalah caramu menyemai rindu"

Setiap orang pasti berharap dianugerahi kisah cinta yang indah tanpa duka dan luka, berjalan langgeng dan harmonis walau kita semua tahu bahwa sebuah kisah akan selalu diiringi konflik. Namun ada satu aspek yang hampir tidak di lirik oleh sebagian besar orang, yaitu keselarasannya dan bagaimana memagari kisah merah jambu mereka dalam lingkup agama agar selamat dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak jarang cinta menjadi lentera taubatnya seorang insan, tidak sedikit pula kasus dimana cinta menjadi biang kerok rusaknya hidup seseorang. Nah, jika teman-teman tertarik, bagaimana sih kira-kira cara Tuhan memandu hamba-Nya dengan cinta?, Mentari bisa menjadi salah satu rekomendasi novel drama romantis yang menggambarkan halus kasar kisah tersebut.

Mentari adalah sebuah novel drama romantis yang dibungkus dalam selimut keagamaan yang membuatnya tampil berbeda dari kebanyakan novel romantis. Pembawaan ceritanya yang nyaman plus konflik beserta komedi yang diurai dengan baik membuat Mentari layak untuk menambah koleksi novel di lemari teman-teman.

Berkisah tentang seorang pemuda pemimpin perusahaan besar bernama Ari yang tanpa sepengetahuan dirinya telah dijodohkan secara sepihak oleh orang tuanya, hal tersebut membuatnya jengkel hingga lantas membuatnya memutuskan kabur dari rumah. Ada yang unik dari caranya kabur dari rumah nih teman-teman, berbeda dari orang lain yang kabur dari rumah sendirian dimalam hari tanpa ada yang mengetahui, Ari bersekongkol dengan adik-adiknya untuk membantu menyukseskan rencana pelariannya dari rumah. mereka membuat skenario dimana adik bungsu Ari terjebak dalam kebakaran di dapur rumahnya, spontan membuat papa mama Ari panik dan ini sekaligus membuka kesempatannya melarikan diri dari pintu depan disaat para bodyguard rumah sibuk tertipu muslihat mereka. Bukan karena alasan mereka terpaksa merencanakan hal semacam itu, Papa Ari sebelumnya telah memerintahkan para bodyguard untuk tidak mengalihkan pandangan mereka dari Ari karena keluarga dekat mereka akan berkunjung untuk membicarakan masalah pernikahan. Mau tidak mau mereka harus menciptakan situasi yang punya daya ledak luar biasa untuk mengalihkan perhatian seisi rumah dari Ari. Pada bagian ini penulis menggambarkan kejadian tersebut dengan sangat baik sehingga daya khayal kita mampu menangkap narasi yang dibawa dengan mudah, ditambah dengan beberapa komedi yang menaikkan mood pembaca.

Pelariannya berujung pada sebuah pertemuan tak terduga yang perlahan mulai mengarahkan hidupnya ke jalan yang lebih baik. Ari yang merupakan leader sebuah kelompok pecinta alam ini setelah kabur langsung ikut teman-temannya mendaki Semeru, yang kemudian pada saat dalam perjalanan turun gunung bertemu dengan seorang gadis berhijab aneh yang tingkahnya itu nyebelin banget nih teman-teman. Bagaimana tidak, ada seorang gadis di tengah gunung malam-malam cuma bermodalkan jaket tipis dan sebuah senter. Ditambah sikapnya yang suka ngomel ini itu benar-benar merusak mood Ari malam itu, untung saja hati nurani Ari tidak seburuk itu untuk meninggalkannya begitu saja, Gadis itu bernama Mentari. saat memimpin Mentari turun gunung Ari sempat mendapatinya pingsan hingga dia terpaksa membawanya ke rumah sakit. penulis dengan baik mampu memadu antara drama dan komedi hingga pembaca tidak akan mudah bosan dengan cerita yang disampaikan.

Ari yang sama sekali tidak menghiraukan masalah agama akhirnya sedikit terbuka hatinya karena sering diceramahi Mentari, gimana nggak, setiap waktu solat terus menerus diingatin solat sambil diancam masuk neraka, Ari perlahan mulai takut meninggalkan solat. Mereka sempat berpisah namun bertemu kembali dengan cara yang sama, tak terduga. Ari menemukannya terkapar setelah diserang perampok, yang memaksanya membawa Mentari ke rumah sakit, lagi.

Perlahan Ari mulai mengenal lebih dekat siapa Mentari, alasan mereka bertemu di Semeru yang ternyata juga disebabkan masalah keluarga. Dalam novel ini Ari digambarkan sebagai orang yang bekerja keras yang mampu melebihi ekspektasi siapapun saat hal yang dilakukannya membuahkan hasil. Dia dipecat oleh ayahnya sendiri, tapi itu malah menjadi ajang pembuktian Ari terhadap sikap orang tuanya, ia bahkan mampu cepat naik pangkat di perusahaan baru tempat ia bekerja, bahkan setelah pertemuannya dengan Mentari dia mulai sedikit demi sedikit menampakkan dirinya sebagai seorang hamba yang taat beribadah, dia benar-benar bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengirim Mentari untuk mengisi hatinya.

Dari segi bahasa, penulis novel Mentari ini mendeskripsikan alur cerita dengan bahasa yang friendly juga nyaman untuk dipahami semua usia. Penulis bahkan banyak menyisipkan kata-kata indah yang dapat menambah motivasi dan dan rasa keislaman yang tinggi, hal ini tentu sedikit banyak menjadi salah satu daya tarik Mentari dalam menciptakan suasana membaca yang menarik dan indah.

Yaa kira-kira gitulah sekilas cerita bagian awal novel Mentari, mungkin sebagian dari teman teman menganggap plot cerita yang dibawakan penulis di novel ini terkesan mainstream, tapi yang berbeda adalah Mentari tidak hanya membawakan drama romantis yang lembut, tapi juga di iringi komedi yang minimal bisa buat kita senyum-senyum sendiri, ditambah nasihat-nasihat religius yang bisa membuat pembacanya pengen cepat-cepat hijrah.

Nah kalau teman-teman lagi nolep gaada kerjaan mending baca novel ini deh, lumayan untuk nambah rating senyum harian teman-teman, juga untuk menambah energi spiritual biar ibadahnya ngga bolong-bolong.

 Di antara kurun jarak terbit dan tenggelamnya, selalu terselip seberkas kisah, yang direngkuh semesta. Entahlah itu menoreh luka atau menancap rindu. Namun yang pasti, selalu ada hikmah yang dititipkannya dalam berkas takdir. Semesta selalu bijak mengatur pertemuan, juga merencanakan perpisahan. Karena terbit dan tenggelam adalah caramu menyemai rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun