Mohon tunggu...
Moh DzakyAmrullah
Moh DzakyAmrullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

kuliah di Stiba Ar Raayah Sukabumi-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Buku "Mentari"

24 Juni 2021   21:59 Diperbarui: 24 Juni 2021   22:08 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perlahan Ari mulai mengenal lebih dekat siapa Mentari, alasan mereka bertemu di Semeru yang ternyata juga disebabkan masalah keluarga. Dalam novel ini Ari digambarkan sebagai orang yang bekerja keras yang mampu melebihi ekspektasi siapapun saat hal yang dilakukannya membuahkan hasil. Dia dipecat oleh ayahnya sendiri, tapi itu malah menjadi ajang pembuktian Ari terhadap sikap orang tuanya, ia bahkan mampu cepat naik pangkat di perusahaan baru tempat ia bekerja, bahkan setelah pertemuannya dengan Mentari dia mulai sedikit demi sedikit menampakkan dirinya sebagai seorang hamba yang taat beribadah, dia benar-benar bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengirim Mentari untuk mengisi hatinya.

Dari segi bahasa, penulis novel Mentari ini mendeskripsikan alur cerita dengan bahasa yang friendly juga nyaman untuk dipahami semua usia. Penulis bahkan banyak menyisipkan kata-kata indah yang dapat menambah motivasi dan dan rasa keislaman yang tinggi, hal ini tentu sedikit banyak menjadi salah satu daya tarik Mentari dalam menciptakan suasana membaca yang menarik dan indah.

Yaa kira-kira gitulah sekilas cerita bagian awal novel Mentari, mungkin sebagian dari teman teman menganggap plot cerita yang dibawakan penulis di novel ini terkesan mainstream, tapi yang berbeda adalah Mentari tidak hanya membawakan drama romantis yang lembut, tapi juga di iringi komedi yang minimal bisa buat kita senyum-senyum sendiri, ditambah nasihat-nasihat religius yang bisa membuat pembacanya pengen cepat-cepat hijrah.

Nah kalau teman-teman lagi nolep gaada kerjaan mending baca novel ini deh, lumayan untuk nambah rating senyum harian teman-teman, juga untuk menambah energi spiritual biar ibadahnya ngga bolong-bolong.

 Di antara kurun jarak terbit dan tenggelamnya, selalu terselip seberkas kisah, yang direngkuh semesta. Entahlah itu menoreh luka atau menancap rindu. Namun yang pasti, selalu ada hikmah yang dititipkannya dalam berkas takdir. Semesta selalu bijak mengatur pertemuan, juga merencanakan perpisahan. Karena terbit dan tenggelam adalah caramu menyemai rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun