Mohon tunggu...
Dzakwan Ariqah
Dzakwan Ariqah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Sedang mengisi waktu luang dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Fokus Akademik, Kesehatan Mental Terabaikan?

19 November 2024   19:29 Diperbarui: 19 November 2024   19:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com/id/users/totalshape

3. Lakukan Manajemen Waktu

Salah satu penyebab stres terbesar adalah kurangnya pengelolaan waktu yang baik. Solusinya adalah belajar perlahan untuk hidup disiplin, mempunyai goals dan lakukan hobi atau hal-hal positif di sela-sela kesibukan perkuliahan. Kita juga bisa membuat jadwal harian dan prioritaskan tugas-tugas yang penting agar tidak merasa kewalahan.

4. Lakukan Aktivitas yang Disukai

Terkadang pemicu stress bisa dari aktivitas yang mononton dan dilakukan berulang-ulanh dalam hidup. Oleh karenanya, kenali hobi dan minat serta uangkan waktu untuk menjalani hobi atau aktivitas yang menyenangkan tersebut. Ini bisa menjadi cara efektif untuk melepaskan diri dari rutinitas yang monoton.  

5. Cari Bantuan Ahli

Jika merasa kesulitan mengatasi masalah sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari konselor kampus atau psikolog. Bantuan profesional dapat memberikan perspektif baru dan solusi yang tepat terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Pada akhirnya, sebesar apapun tanggung jawab dan beban yang dirasakan sebagai mahasiswa, selalu utamakan kesehatan mental kita dan olah stres dengan baik. Lebih lanjut, pada hakikatnya dalam memahami mental mahasiswa bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga institusi pendidikan terkait. 

Kampus memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menyediakan layanan konseling yang mudah diakses. Selain itu, kampus juga dapat mengadakan seminar atau pelatihan tentang manajemen stres dan kesehatan mental.  

Budaya kampus yang inklusif dan suportif juga sangat diperlukan. Misalnya, dosen dapat berperan dengan memberikan tugas yang proporsional dan memberikan dukungan moral kepada mahasiswa. Dengan adanya sinergi antara mahasiswa dan kampus, kesehatan mental dapat lebih terjaga.  

Melalui tulisan ini, penulis berharap tumbuhnya kesadaran bahwa memerhatikan kesehatan mental harus lah menjadi kebutuhan dan prioritas utama. Keseimbangan antara akademik, sosial, dan mental adalah kunci untuk menjalani kehidupan kampus dengan sukses dan bahagia. Oleh karena itu, jangan pernah ragu untuk memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental, karena masa depan yang cerah dimulai dari pikiran dan jiwa yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun