~~
Masa perkuliahan sering dianggap sebagai salah satu fase paling penting dalam hidup. Pada tahap ini, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tantangan seperti mengejar tuntutan akademik, beradaptasi dengan lingkungan yang baru, membangun relasi, hingga mengelola keuangan.Â
Di balik segala dinamika tersebut, ada satu hal yang sering terabaikan: kesehatan mental.
Seringkali mental terabaikan karena kesibukan perkuliahan dan tekanan yang dialami. Padahal, kondisi psikologis yang stabil sama pentingnya dengan kemampuan intelektual kita dalam menentukan keberhasilan di perguruan tinggi. Â
Paradigma dan mindset yang kurang dipahami oleh sebagian mahasiswa adalah menjadikan bangku perkuliahan layaknya ajang untuk berkompetisi mengejar nilai dan indeks prestasi yang tinggi. Namun, pada hakikatnya perkuliahan bukan sekadar menuntut mahasiswa untuk cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara emosional. Jadwal yang padat, tugas yang menumpuk, ekspektasi orang tua, hingga kompetisi di lingkungan kampus seringkali menjadi tekanan berat.Â
Selain itu, mahasiswa juga harus belajar hidup mandiri, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari keluarga. Â
Ironinya, banyak mahasiswa merasa malu atau takut untuk membicarakan masalah mental mereka. Stigma negatif terhadap kesehatan mental, seperti anggapan bahwa mengeluh berarti lemah, masih kuat melekat di masyarakat. Akibatnya, banyak mahasiswa yang memilih memendam perasaan stres, cemas, atau bahkan depresi. Â
Sungguh sangat di sayangkan jika mahasiswa hanya fokus pada kemampuan intelektual namun gagal dalam memahami kondisi kesehatan mental pribadinya. Kesehatan mental yang terganggu dapat berdampak besar pada kehidupan mahasiswa. Produktivitas belajar menurun, motivasi hilang, hingga berujung pada performa akademik yang buruk. Lebih dari itu, kondisi mental yang tidak terkelola dapat memengaruhi aspek sosial dan fisik seseorang.Â
Misalnya, seseorang yang mengalami kecemasan berlebih mungkin akan kesulitan dalam membangun relasi dengan orang disekitarnya, atau bahkan kehilangan nafsu makan hingga jatuh sakit.
Dalam beberapa kasus, gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani bisa memicu tindakan yang lebih ekstrem, seperti keinginan untuk mengakhiri hidup. Data menunjukkan bahwa angka kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa meningkat setiap tahunnya, dan banyak di antaranya disebabkan oleh beban mental yang tak tertahanka karena tekanan pendidikan. Lalu  mengapa kesehatan kental karus diprioritaskan?
Memerhatikan kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Sebagaimana tubuh yang membutuhkan nutrisi dan olahraga untuk tetap sehat, pikiran juga memerlukan perhatian khusus agar tetap seimbang. Kesehatan mental yang baik memungkinkan mahasiswa untuk dapat terlihat dalam beberapa hal berikut ini.
1. Mengelola stres dengan lebih baik.Â
 Dalam menghadapi tantangan kuliah, kemampuan untuk mengelola stres sangat krusial. Mahasiswa yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung lebih mampu mencari solusi daripada terjebak dalam tekanan.Â
2. Meningkatnya performa akademik
 Pikiran yang jernih dan tenang membantu mahasiswa fokus dalam belajar. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi mental yang stabil dapat meningkatkan daya konsentrasi dan daya ingat dalam belajar.
3. Membangun hubungan yang sehat.
 Mahasiswa yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain karena hubungan sosial yang positif menjadi salah satu kunci untuk menjalani kehidupan kampus yang menyenangkan. Â
4. Menghindari masalah kesehatan fisik.
 Stress yang berkepanjangan dan tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, atau penyakit kronis lainnya. Dengan menjaga kesehatan mental, mahasiswa juga melindungi tubuh mereka dari risiko penyakit. Â
Penulis memiliki beberapa solusi yang dapat diterapkan dalam mengelola stress dan mencegah gangguan kesehatan mental.
1. Kenali Batas Diri
Jangan terlalu memaksakan diri untuk selalu sempurna. Pahami bahwa setiap orang memiliki keterbatasan, dan itu adalah hal yang wajar. Jika merasa lelah, istirahatlah sejenak sebelum melanjutkan aktivitas.
2. Tetap bersosialisasi
Hubungan dengan teman dan orang-orang disekitar dapat menjadi tempat berbagi cerita dan dukungan. Dengan bersosialiasi kita juga menyadarkan diri sendiri bahwa dalam menghadapi tantangan perkuliahan kita tidak sendirian. Oleh karena itu, kangan ragu untuk berbicara dengan orang yang dipercaya jika kita sedang merasa dalam kesulitan.
3. Lakukan Manajemen Waktu
Salah satu penyebab stres terbesar adalah kurangnya pengelolaan waktu yang baik. Solusinya adalah belajar perlahan untuk hidup disiplin, mempunyai goals dan lakukan hobi atau hal-hal positif di sela-sela kesibukan perkuliahan. Kita juga bisa membuat jadwal harian dan prioritaskan tugas-tugas yang penting agar tidak merasa kewalahan.
4. Lakukan Aktivitas yang Disukai
Terkadang pemicu stress bisa dari aktivitas yang mononton dan dilakukan berulang-ulanh dalam hidup. Oleh karenanya, kenali hobi dan minat serta uangkan waktu untuk menjalani hobi atau aktivitas yang menyenangkan tersebut. Ini bisa menjadi cara efektif untuk melepaskan diri dari rutinitas yang monoton. Â
5. Cari Bantuan Ahli
Jika merasa kesulitan mengatasi masalah sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari konselor kampus atau psikolog. Bantuan profesional dapat memberikan perspektif baru dan solusi yang tepat terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Pada akhirnya, sebesar apapun tanggung jawab dan beban yang dirasakan sebagai mahasiswa, selalu utamakan kesehatan mental kita dan olah stres dengan baik. Lebih lanjut, pada hakikatnya dalam memahami mental mahasiswa bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga institusi pendidikan terkait.Â
Kampus memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menyediakan layanan konseling yang mudah diakses. Selain itu, kampus juga dapat mengadakan seminar atau pelatihan tentang manajemen stres dan kesehatan mental. Â
Budaya kampus yang inklusif dan suportif juga sangat diperlukan. Misalnya, dosen dapat berperan dengan memberikan tugas yang proporsional dan memberikan dukungan moral kepada mahasiswa. Dengan adanya sinergi antara mahasiswa dan kampus, kesehatan mental dapat lebih terjaga. Â
Melalui tulisan ini, penulis berharap tumbuhnya kesadaran bahwa memerhatikan kesehatan mental harus lah menjadi kebutuhan dan prioritas utama. Keseimbangan antara akademik, sosial, dan mental adalah kunci untuk menjalani kehidupan kampus dengan sukses dan bahagia. Oleh karena itu, jangan pernah ragu untuk memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental, karena masa depan yang cerah dimulai dari pikiran dan jiwa yang sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI