Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lihatlah Apa yang Dikatakan, Jangan Melihat Siapa yang Mengatakan

20 April 2020   10:59 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:47 15831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menerima kritikan atau masukan dari orang lain memang tidak mudah. Apalagi kalau kritik itu cukup pedas mengkritik, belum lagi jika yang memberikan kritik atau masukan itu adalah orang yang memiliki kedudukan lebih rendah dari kita. Tentu kritikan atau masukkan yang disampaikan akan sulit sekali kita terima.

Mengapa demikian ini terjadi? Hal tersebut terjadi karena adanya penyakit merasa. Penyakit ini telah rata menjangkiti manusia, sebab inilah yang dikehendak oleh Iblis dan anak keturunannya. 

Mereka ingin mencari teman sebanyak banyaknya untuk menemani mereka di neraka jahanam. Makanya mereka berusa utuk terus menjerumuskan anak keturunan adam kelembah kehinaan dan kenistaan.

Baca juga: Berhenti Menilai Seseorang dari Apa yang Kita Lihat

Jika penyakit ini telah menjangkiti, maka susah untuk menerima kritikan atau masukan. Karena ia merasa benar, merasa mulia, merasa kaya, merasa terhormat, merasa kedudukannya tinggi, merasa paling pintar, merasa paling tahu, merasa paling berilmu, merasa gelarnya tinggi, merasa pangkatnya tinggi, dan merasa-merasa lainya.

Jika sudah begitu ia akan susah diingatkan oleh orang dibawahnya, misalnya kalau dia kaya akan susah bila yang mengingatkannya orang miskin, kalau dia pejabat maka ia akan susah diingatkan oleh rakyat biasa, kalau ia profesor atau doktor akan sulit untuk diingatkan oleh Sarjana atau Master yang levelnya berada di bawahnya.

Baca juga: Menilai Seseorang di Era Keterbukaan Informasi

Oleh sebab itu kita perlu segera mengobati penyakit ini, salah satunya dengan cara merenungkan dan menghayati pepatah arab berikut,

"Lihatlah apa yang dikatakan (disampaikan), jangan melihat siapa yang mengatakan."

Pepatah ini mengajarkan kepada kita agar melihat dan memperhatikan apa yang dikatakan atau disampaikan, bukan melihat siapa yang mengatakan atau menyampaikannya. Jika yang dikatakan atau disampaikan itu baik dan benar, tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya. 

Baca juga: Bagaimana Cara Pandang Kita Menilai Seseorang?

Jika yang disampaikan adalah sebuah kebenaran dan kebaikan maka kita tidak perlu melihat siapa yang menyampaikan, tapi cukup melihat dan memperhatikan apa yang ddikatakan atau disampaikannya. Dengan begitu kita akan rela dan mau menerima kritikan atau masukan jika memang yang disampaikan itu adalah baik dan benar.

Seandainya para pemangku jabatan dan kekuasaan mau mendengarkan kebenaran dan kebaikan, dengan mengesampingkan siapa yang mengatakannya maka akan terjadi perbaikan-perbaikan yang menuju pada kesempurnaan. Sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik untuk menjadi pelaya rakya sehingg tercipta kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun