Tatapan matamu penuh curiga
Ucapan salam kau balas sekenanya
Rasa tak suka jelas tersabda
Lewat ucapmu menusuk dada
Sepertinya kau jadi pelupa
Banyak uluran yang kau terima
Tapi semua sudah tak bermakna
Pernah memelas merintih sedih
Memohon diri untuk dikasihani
Kini terasa semua berbeda
Hukum alam sedang terjadi
Senyum manis tetap terpatri
Walau hati kecewa sekali
Daku memang tengah tertatih
Tapi tidak minta dikasihani
Tak juga ingin kutagih
Apa yang sudah aku beri
Sadar diri
Ternyata toples gula-gulaku habis tak ada isi
Tak ada lagi yang bisa kubagi
Meja makan ku kosong berdebu
Sudah tak ada hidangan lagi
Betapa sungguh ingin mengikhlaskan
Walau esok sapa dan senyum hanyalah basa basi
Karena sudah tergores catatan dihati
Sungguh kau tiada arti lagi
Tak lebih bagaikan bangkai kecoa
Disudut kamar mandi
Kau memang harus dimaklumi
Maklum kau baru bisa bersepatu tinggi
Maklum kau baru bisa bersepeda jengki
Maap, kumasih punya sahabat sejatiÂ
Yang selalu setia saat susah dan sedih
Dan pergilah kau, aku pun tak peduli
Ku lihat dirimu sambil tertawa geli sekali.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H