Mohon tunggu...
Dyta Shemok
Dyta Shemok Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya

sidoarjo 10 03 1987

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SDM yang Terbelakang Sangat Mengganggu Kenyamanan

3 Agustus 2019   10:17 Diperbarui: 3 Agustus 2019   15:44 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sengaja keluarkan di facebook saya selain untuk mengklarifikasi fakta dengan simpang siur kabar di luar yang di rubah dan di tambah tambahi, selain itu tradisi seperti ini harus di beritahukan ke publik karena di lokasi ini sering terjadi penganiayaan, pemerasaan, ada persoalan individu semua grudukan mencampuri ada juga masalah utang piutang ini kasus individu namun mereka juga membongkar rumah yang bersangkutan serata tanah dengan sangat brutal.Dari facebook saya banyak rekan fb yang komentar bahwa ini pemerasan, iya saya tahu memang ini pemerasan dan tradisi kampung yang ndak umum seperti KAMPUNG BINATANG kampung binatang itu ya hutan rimba mau bunuh bunuhan, gigit gigitan, saling terkam ndak ada hukumnya intinya kampung ini ndak ada aturan negara. Nah...dari sini muncul satu orang lagi yang mengambil kesempatan dia bagaikan memancing di air yang keruh, dia bernama yanto, dia memelincir kalimat saya di jadikan fitnah dan menggerakkan massa dia rubah kalimat saya katanya saya mengatain orang sekampung itu binatang.warga langsung terprovokasi malamnya saya di unggah kasus atas tuduhan pencemaran kampung, namun akhirnya di cancel karena bagaikan itik yang nyamperin tusuknya, mereka yang mau memeras kaur desa penanganan salah mereka sendiri yang akan masuk bui.mau memeras gagal, mau memenjarakan gagal dendampun berkelanjutan mereka ndak akan berhenti sebelum melihat saya hancur berkeping keping.

       Beberapa bulan kemudian sunar cari jalan lagi, dia punya jagung yang di jemur di depan rumah.Sunar menawari jagung ke bapak mertua yg pikirannya ndak normal itu sunar berkata " kalau mau jagung ambil saja" .Mertua pun ambil senilai 15 ribu , tapi setelang ambil...sunar berteriak maling .Mertua saya di ikat di tiang listrik dan di hakimi, di pukuli, di lumuri kotoran, di ludahi, di foto foto dan di sebarkan di sosial media oleh yanto.Yang terlibat menghakimi ada tiga orang yaitu sunar, seri, wera masih pelajar SMA dan di saksikan oleh warga 2 rt ada juga yang dari luar kampung, wera juga warga luar kampung, Pak rt nya juga ikut menonton bukan segera melerai seakan memang sengaja di jadikan tontonan.Bapak mertua setelah itu di bawa ke Polsek sayapun menemani walau lewat call whattsap yang di taruh di kantong suami, Sunar berteriak lantang agar mertua saya di penjarakan Pihak polsek mengintrogasi bapak mertua dan dengan lugu menjawab " Lha katanya di suruh ambil pak...".Dari situ bapak mertua ndak di penjarakan dan memang ndak bisa di penjarakan karena bapak mertua pikirannnya ndak normal lalu di sana sana satu hari dan di suruh bawa pulang.

Saya bilang ke suami agar menemui kades setempat memberitahu itu semua dan keadaan bapak memang seperti itu tapi kami akan berusaha mengobati, namun kami ndak bisa mengendalikan pikirannya misal terjadi seperti itu ndak  perlu di aniaya cukup kerugiannya apa biar kami ganti.Tapi sebelum suami saya memulai kalimat itu, sunar sudah nyamperin ke rumah pak kades sunar menyampaikan keinginannya terlebih dulu,sunar meminta pak kades agar membuatkan surat pengusiran, dan betapa ironisnya kadespun menyetujui kemauan sunar .Pak kades membuatkan surat pengusiran yang di beri batasan waktu dua bulan.Suami saya lugu penakut dengan tekanan akhirnya di tandatangani begitu saja dan ndak jadi menyampaikaan suara kami.

Yanto yang mengedarkan foto untuk memprovokasi massa semua di embel embeli di rubah, di tambah tambahi, bahkan dengan fitnahan untuk menjatuhkan saya, dari situ misinyapun berhasil banyak warga yang terprovokasi dan mereka langsung banyak yang mencaci maki saya. SDM mereka masih banyak yang terbelakang mereka ndak bisa mempelajari sebuah kasus lewat kronologi dan fakta hanya ikut ikutan grudukan teriak bareng.Semakin hari semakin melebar berita negatif tentang saya.

       Tidak pernah lelah saya menulis di facebook untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya,Saya berusaha memberitahukan tindakan orang orang yang terlibat dan menegur orang orang yang ikut mencaci maki saya saya selalu bilang " saya ndak kenal anda dan ndak ada masalah dengan anda kenapa anda mencaci maki saya dengan brutal " sambil saya plajang bukti omongan mereka yang pedas sebagai bukti.Saya juga menegur tiga orang yang menghakimi itu dan saya jelaskan bahwa main hakim sendiri itu salah dan ada sanksinya.Wera yang masih pelajar masih tanggungan orangtuanya, karena bapaknya sudah meninggal maka saya mencoba memberitahu ibunya jarak kami berjauhan kampung di beda kota, saya di surabaya, ibu wera di hongkong sebagai TKW.Dengan sangat hati  hati dan penuh etika saya memberitahu lewat facebook pribadinya dengan kalimat " Mbak mohon anakny di didik agar lebih baik lagi karena kecil kecil sudah bertindak brutal terhadap mertua saya",  Namun betapa kagetnya mengetahui tanggapan ibu wera dia langsung marah, mengelak, mencaci maki, mengusir, melecehkan foto, bahkan menuduh saya memusuhi dia karena IRI. Saya mencoba menunjukkan saksi yang melihat langsung tindakan anaknnya dia tetap mengelak dengan brutal terus mencaci maki, dan ribuan ttetangga dan teman yang mayoritas TKW membantu untuk menyerang saya dengan kata pedas dan caci makian.Semua omongan tetangga dan TKW yg mencaci maki saya, saya screen dan saya pajang di facebook saya untuk menunjukkan bukti kengawuran mereka sambil terus saya tegur "saya ndak kenal anda juga ndak ada masalah kenapa anda menyerang dan mencaci maki saya".Mereka ndak sadar tapi justru marah dan teman TKW TKW nya langsung ikut mencaci maki saya semakin banyak dan melebar.Saya terus mengumpulkan omongan mereka saya pajang dan saya tegur terkadang saya sampai dengan cara kasar menegur mereka karena ribuan TKW jadi menyerang saya selain yang tetangga tetangganya termasuk noto keponakan sunar yang sudah beda kampung.Saya sangat terganggu psikis  saya menghadapi serangan ribuan kata pedas sedangkan saya ndak pernah ada masalah bahkan ndak kenal mereka.Begitu juga noto keponakan sunar mau nandangi saya mau mberesi saya dengan alasan membantu saudara dan teman  temannya.

   Sangat ironis dari kejadian itu, dari serangan itu saya berusaha menegur saya lengkapi dengan bukti..mereka ndak bisa memaahami justru saya yang di tuduh memusuhi mereka, memusuhi orang sedesa, memusuhi orang se kecamatan.Kalimat itu nempel di nama saya bahwa saya musuhnya banyak semua orang saya musuhi, saya di tuduh ada masalah dengan satu TKW semua TKW saya musuhi, padahal faktanya merekayang datang dan menyerang saya, saya menegur mereka dan mereka marah. Hari demi hari saya jalani dengan penuh caci makian dan fitnahan, semakin saya klarifikasi fakta semakin saya di hujat dan di caci maki.Tak pernah lelah saya terus klarifikasi dan menegur termasuk noto, saya menegur dari cara halus hingga kasar...tapi dia justru marah dan memanggil bapak angkat saya yang sebagai perangkat desa dan suami saya, noto menekan bapak dan suami saya supaya saya di usir.Suami menekan saya supaya saya menuruti pengusiran itu.saya menolaknya karena pengusiran ndak benar,suami tetap menekan saya kalau ndak mau menyetujui  maka dia ndak mau mendamingi saya.Dan akhirnya saya memilih CERAI daripada saya di bawa ke arah yang ndak benar.

       Kini saya sudah bersuami lagi saya sangat bersyukur bisa keluar dari lingkaran orang orang yang  ndak berakhlak, tapi hingga kini masyarakat belum terbuka mata hatinya tetap menyerang dan bertambah dan selalu menuduh saya yang memusuhi mereka, memusuhi TKW karena IRI dll.

     Terimakasih suamiku dan terimakasih Kompasiana.com 

sharing dan saran terbuka lebar untuk rekan rekan yang ingin membahas ini dan sangat saya harapkan pendapa

Pengalaman pahit ini selalu melekat dalam ingatan saya bahkan berdampak pada psikisku.Seumur hidup baru kali ini saya menemui tradisi suatu kampung yang ndak umum bagi saya.Dari sisi suasana kampungnya saya suka hawa yang sejuk dan dingin, di pegunungan melengkapi suasana tentram jika saya menghabiskan waktu libur kerja.Di sisi lain SDM masyarakatnya yang bisa di bilang terbelakang atau tertinggal inilah yang merusak suasana libur atau jika ingin bertempat tinggal di daerah itu.

      Pada tahun 2015 saya menikah dengan pemuda lugu dan korban bencana alam, pertemuan kamipun bisa di bilang sangat unik karena belum pernah bertemu sekalipun ndak tahu bagaimana latar belakang orangtuanya, yang saya tahu pemuda itu korban bencana alam ketika di suruh bersihkan abu gunung kelud yang meletus di tahun 2013 lalu di atap rumah tente pacarnya.Dia terjatuh dan mengalami cidera kaki dan retak tulang belakanya hingga mengakibatkan cacat permanen, ketika kejadian itu dia terbaring sangat lama menjadi bunga ranjang bahkan ke kamar mandipun harus ngesot, dan waktu keadaan seperti itu pacarnya justru meninggalkan dia dan menikah dengan orang lain.Sungguh miris mendengar perjalanan hidupnya, itulah yang membuat terketuk hati saya dan berkomitmen untuk menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun