Mohon tunggu...
Teddy Rustandi
Teddy Rustandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Story, Reportase, Opini,Traveling | like fotografi, videografi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Kepemimpinan AHOK Berlanjut di DKI 1

17 April 2016   23:28 Diperbarui: 18 April 2016   00:45 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto doc Pribadi"][/caption]Jakarta sebagai Ibukota negara dengan masyarakatnya yang heterogen tentunya tidak mudah untuk bisa memimpin DKI Jakarta hanya dengan mengandalkan sosok  atau tokoh saja, Namun perlu kualitas, terobosan kedepan, ide dan  pastinya gimana caranya membuat Jakarta lebih baik lagi. Apalagi  Jakarta dengan berbagai dinamika pemasalahannya salah satunya yang tak kunjung  usai untuk mendapatkan formula ampuh seperti macet  dan banjir.

Menjelang Pilgub  DKI Jakarta, Pemberitaan para kandidat sudah ramai diperbincangkan dan sudah menarik perhatian bukan hanya warga yang memiliki KTP DKI Jakarta saja, namun hampir seluruh warga di Indonesia tertuju perhatiannya ke calon pemimpin DKI 1. Apalagi Semenjak Basuki Tjahja Purnama atau yang biasa dipanggil "Ahok" mempublikasikan pencalonannya dengan jalur independen, tentunya semakin menjadi pemberitaan hangat di media massa maupun media sosial apalagi dikalangan partai politik.

Beberapa partai politik pun telah mendeklarasikan untuk tetap mendukung Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta, seperti Partai Nasdem dan Partai Hanura. Lalu bagaimana dengan partai elite lainnya!!!

Kebetulan Kamis kemarin selepas pulang kantor saya menghadiri diskusi santai sore-sore yang digagas oleh teman-teman Forum Berbagi ilmu (FBI) atas undangan dari  Indoblognet, di salah satu cafe di selatan Jakarta. Dengan Topik “Ekspresi Warga Terhadap Kepemimpinan Ahok”, menghadirkan pembicara Eddy Soeparno selaku Sekjen PAN,  lalu Tokoh Betawi  yang sudah tidak asing lagi sering muncul di layar kaca televisi sekaligus telah menerbitkan banyak buku tentang Budaya Betawi, Ridwan Saidi dan Pengamat Politik dari Akar Rumput Strategic Consultant (ARSC) Airlangga Pribadi.

Sebenarnya masyarakat sudah pintar memilih calon pemimpin, namun belakangan ini publik malah terlena dengan tokoh atau sosok, bukan lagi pada kualitas maupun gagasan kedepannya. Seperti halnya yang diakui oleh Sekjen PAN, Eddy Soeparno  "Saat ini pilihan pemimpin lebih mengedepankan sosok."

Selain itu ujar Eddy "Emosi warga DKI sudah mendominasi sehingga kurang daya kritis untuk menilai calonnya lebih dalam.  Ahok, misalnya meski sosoknya fenomenal karena ketegasan sikap dan integritas moral, bukan berarti tanpa celah yang harus dievaluasi."

Secara umum, Eddy Soeparno  mengakui kinerja Ahok memang berhasil membuat DKI lebih baik. Ia berhasil meneruskan tongkat estafet pemerintahan sebelumnya lebih cepat. Kepemimpinan Ahok menerapkan reformasi birokrasi dan melaksanakan egoverment. Dia tegas dan berani melakukan terobosan, ujarnya.

Meski begitu, Eddy Soeparno tetap mengkoreksi kinerja Ahok, yakni kurang bijaksana dalam bersikap terhadap masyarakat yang terkena penggusuran.

Secara institusi PAN melihat penggusuran yang baru saja terjadi belakangan ini merasa terusik pada proses penggusurannya dengan kekerasan, alangkah baiknya bisa mengedepankan diskusi.

Salah satu kebijakan yang sedang rame diperbincangkan saat ini adalah reklamasi pantai Jakarta. Reklamasi yang sudah mendapat izin dari 17 pulau hanya 4 pulau saja yang sudah beriizin yakni pulau G,I,F,H. Ujar Eddy Soeparno.

Lalu, Ridwan Saidi yang memang terkenal keras terhadap Ahok, beliau pun mengutarakan sangat menyayangkan kebijakan Ahok yang seenaknya menggusur situs-situs peradaban betawi. “Jakarta harus jadi kota peradaban,” tegas Ridwan saidi.

Selain itu menurut Pengamat Politik dari Akar Rumput Strategic Consultant (ARSC) Airlangga Pribadi, memandang memang setiap kebijakan pasti ada yang pro dan kontra alias lebih banyak yang mengakomodasikan kepentingan siapa dan siapa yang termarjinalisasi.

Karena waktu yang terbatas diskusi santaipun akhirnya berakhir, dari diskusi tersebut dapat disimpulkan dengan diskusi ini tidak ada maksud mendukung siapa ataupun tidak mendukung siapa, hanya ingin mengajak untuk memikirkan konsep DKI kedepan untuk DKI yang lebih baik.

Selain itu Eddy sendiri menambahkan menginginkan pemimpin DKI yang akan datang yang bisa memakmurkan dan mensejahterakan anak-anak kita atau generasi yang akan datang. Dengan tegas, Pertarungan DKI 1 ini bukan pertarungan sosok tetapi gagasan.

Semoga calon pemimpin DKI 1 kedepan yang bisa berpikir jangka panjang untuk generasi berikutnya dan Jakarta bisa lebih baik lagi....., kita lihat seperti apakah Pemimpin Ke- 18 DKI Jakarta selanjutnya? ***

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun