[caption caption="Foto doc Pribadi"][/caption]Jakarta sebagai Ibukota negara dengan masyarakatnya yang heterogen tentunya tidak mudah untuk bisa memimpin DKI Jakarta hanya dengan mengandalkan sosok atau tokoh saja, Namun perlu kualitas, terobosan kedepan, ide dan pastinya gimana caranya membuat Jakarta lebih baik lagi. Apalagi Jakarta dengan berbagai dinamika pemasalahannya salah satunya yang tak kunjung usai untuk mendapatkan formula ampuh seperti macet dan banjir.
Menjelang Pilgub DKI Jakarta, Pemberitaan para kandidat sudah ramai diperbincangkan dan sudah menarik perhatian bukan hanya warga yang memiliki KTP DKI Jakarta saja, namun hampir seluruh warga di Indonesia tertuju perhatiannya ke calon pemimpin DKI 1. Apalagi Semenjak Basuki Tjahja Purnama atau yang biasa dipanggil "Ahok" mempublikasikan pencalonannya dengan jalur independen, tentunya semakin menjadi pemberitaan hangat di media massa maupun media sosial apalagi dikalangan partai politik.
Beberapa partai politik pun telah mendeklarasikan untuk tetap mendukung Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta, seperti Partai Nasdem dan Partai Hanura. Lalu bagaimana dengan partai elite lainnya!!!
Kebetulan Kamis kemarin selepas pulang kantor saya menghadiri diskusi santai sore-sore yang digagas oleh teman-teman Forum Berbagi ilmu (FBI) atas undangan dari Indoblognet, di salah satu cafe di selatan Jakarta. Dengan Topik “Ekspresi Warga Terhadap Kepemimpinan Ahok”, menghadirkan pembicara Eddy Soeparno selaku Sekjen PAN, lalu Tokoh Betawi yang sudah tidak asing lagi sering muncul di layar kaca televisi sekaligus telah menerbitkan banyak buku tentang Budaya Betawi, Ridwan Saidi dan Pengamat Politik dari Akar Rumput Strategic Consultant (ARSC) Airlangga Pribadi.
Sebenarnya masyarakat sudah pintar memilih calon pemimpin, namun belakangan ini publik malah terlena dengan tokoh atau sosok, bukan lagi pada kualitas maupun gagasan kedepannya. Seperti halnya yang diakui oleh Sekjen PAN, Eddy Soeparno "Saat ini pilihan pemimpin lebih mengedepankan sosok."
Selain itu ujar Eddy "Emosi warga DKI sudah mendominasi sehingga kurang daya kritis untuk menilai calonnya lebih dalam. Ahok, misalnya meski sosoknya fenomenal karena ketegasan sikap dan integritas moral, bukan berarti tanpa celah yang harus dievaluasi."
Secara umum, Eddy Soeparno mengakui kinerja Ahok memang berhasil membuat DKI lebih baik. Ia berhasil meneruskan tongkat estafet pemerintahan sebelumnya lebih cepat. Kepemimpinan Ahok menerapkan reformasi birokrasi dan melaksanakan egoverment. Dia tegas dan berani melakukan terobosan, ujarnya.
Meski begitu, Eddy Soeparno tetap mengkoreksi kinerja Ahok, yakni kurang bijaksana dalam bersikap terhadap masyarakat yang terkena penggusuran.
Secara institusi PAN melihat penggusuran yang baru saja terjadi belakangan ini merasa terusik pada proses penggusurannya dengan kekerasan, alangkah baiknya bisa mengedepankan diskusi.
Salah satu kebijakan yang sedang rame diperbincangkan saat ini adalah reklamasi pantai Jakarta. Reklamasi yang sudah mendapat izin dari 17 pulau hanya 4 pulau saja yang sudah beriizin yakni pulau G,I,F,H. Ujar Eddy Soeparno.
Lalu, Ridwan Saidi yang memang terkenal keras terhadap Ahok, beliau pun mengutarakan sangat menyayangkan kebijakan Ahok yang seenaknya menggusur situs-situs peradaban betawi. “Jakarta harus jadi kota peradaban,” tegas Ridwan saidi.