Sekarang kita akan masuk dalam bentuk komunikasi antar pribadi antara tenaga medis dengan pasien. Dalam menyampaikan komunikasi verbal, seorang tenaga medis sebaiknya memperhatikan agar kalimat yang disampaikan tidak ambigu, detail, dan jelas. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika pasien harus menunggu kedatangan dokter.Â
Pasien seringkali harus menunggu dalam ketidakpastian, kapan dokternya akan datang? Harus menunggu berapa lama lagi? Kadang bahkan ada pasien yang sudah menunggu lama terpaksa mendapat kenyataan bahwa dokternya tidak praktik hari itu. Pada kasus lain misalnya pasien rawat inap yang harus menunggu untuk mendapatkan kamar di rumah sakit. Sering sekali jawaban yang disampaikan kepada keluarga pasien hanyalah, "Tunggu".
Informasi detail juga perlu diberikan saat memberikan obat kepada pasien. Seringnya pasien hanya mendapatkan segepok obat dengan instruksi seadanya tanpa tahu kegunaan masing-masing obat, apakah ada pantangan dengan makanan atau obat lain atau tidak. Padahal informasi yang tidak lengkap tentang obat bisa berujung pada dampak fatal.
Sebetulnya permasalahan komunikasi akan bisa diminimalkan apabila tenaga medis kembali pada visi layanan kesehatan, yaitu melayani masyarakat. Meskipun terdengar clich, prinsip ini berdampak besar pada sikap dan perilaku tenaga medis saat menghadapi pasien. Tenaga medis yang memegang teguh prinsip melayani akan:
1.Memandang pasien sebagai sesama manusia (subjek, bukan objek)
2.Tidak pandang bulu (tidak membedakan suku, agama, ras, dll)
3.Peka terhadap kebutuhan pasien
4.Menangani pasien dengan cekatan
5.Memberikan informasi dengan jelas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H