Mohon tunggu...
Dyan TriShandy
Dyan TriShandy Mohon Tunggu... Guru - Guru

saya suka menulis sejak di SMA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Coaching?

17 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 17 Maret 2023   06:16 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                                    COACHING?

Pertama kali mendengar kata ‘coaching’ terbayang dalam benak saya adalah menjadi orang yang melakukan pelatihan. Jadi ada orang yang saya latih dalam hal tertentu. Ternyata apa yang saya pikirkan itu tidak benar. coaching berbeda makna dengan mentoring, bukan juga konsuling, bukan juga fasilitasi, dan bukan juga training. Disini Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut:

1. Definisi mentoring

Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.

2. Definisi konseling

Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

3. Definisi Fasilitasi

Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu.

4. Definisi Training

Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

Kalau begitu apa itu coaching?

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Disini saya bisa menyampaikan bahwa dalam kegiatan coaching itu terdiri atas beberapa elemen yaitu pertama ‘coaching’ itu ditujukan untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional coachee, yang kedua ‘coaching’ itu mefasilitasi perubahan perilaku dan mindset orang itu yang sebenarnya ia tahu menjadi lebih tahu, ketiga ‘coaching’ itu durasinya untuk jangka panjang, siapakah yang lebih dominan dalam proses interaksi tersebut, dan yang keempat ‘coaching’ dipicu pada goal tujuan yang akan dicapai yaitu dari masa kini ke masa depan potensi-potensi yang ingin dicapai.

Dari makna coaching yang dijelaskan diatas berarti saya sebagai guru, saya telah pernah menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah baik kepada murid maupun rekan sejawat saya. contoh kemarin saat ada rekan sejawat yang menyampaikan mengenai bagaimana beliau menyiapkan murid-murid kelas XII yang diakhir materi mulok bahasa jawa kegiatan praktik yang dikemas dalam pentas ludruk dan ketoprak. Disini saya telah melakukan coaching dengan saya menyimak (mendengarkan aktif) apa yang menjadi keluh kesah beliau, saya berusaha sepenuh hati membantu menuntun beliau dengan menyampaikan beberapa pernyataan pemantik maupun pertanyaan-pertanyaan yang menggali potensi beliau yang mengarah pada pencapaian tujuan dari yang kita bicarakan dan alhamdulillah tindak lanjut dari rencana beliau yang telah kita bicarakan berhasil terlaksana pada tanggal 14 sampai 18 Februari 2023 kemarin.

Semoga ‘coaching’ yang telah kita lakukan tersebut bisa terus dilakukan dalam rangka membantu rekan sejawat maupun murid kita yang membutuhkan partner dalam menemukan solusi pemecahan masalah atau keresahan maupun kegalauannya. Karena Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran guru sebagai pendidik ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Semangat melakukan ‘coaching’ bapak/ibu guru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun