Mohon tunggu...
Dyandra Nabila R
Dyandra Nabila R Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 1 - (10)| SMAN 28 JAKARTA

Love Yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebaikan Akan Dibalas dengan Kebaikan

1 Desember 2020   16:19 Diperbarui: 1 Desember 2020   16:29 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Duh, sudah mau jam sepuluh nih."

Kyulha, seorang anak kuliah yang memiliki ayah yang strict merasa takut karena hari ini ia pulang terlalu malam.

Kyulha mempercepat langkah kakinya dan sampai di depan rumah tepat pada pukul 10 malam. Ia memasuki rumah dengan perasaan tegang dengan harapan sang ayah belum tiba di rumah. 

Kyulha berjalan pelan ke arah kamarnya melalui ruang tamu. Tampaknya sang ayah belum pulang kerja. Tidak terlihat tanda-tanda kehadiran ayahnya sama sekali, yang ada hanyalah seorang anak laki-laki yang sedang sibuk menonton film Avengers di sofa ruang tamu, yaitu Kyutaro, adik Kyulha. Hal ini membuat hati Kyulha tenang.

Kyulha pun segera memasuki kamarnya dengan membawa paper bag dari hasil berbelanja bersama teman-temannya di mal tadi siang. Kyulha membuka pintu kamarnya perlahan-lahan dan terkejut saat melihat ada sebuah bayangan manusia di dalam kamarnya.

"Darimana saja kamu? Kenapa baru pulang, Kyulha?" Kyulha panik, sang ayah yang ia kira sedang sibuk bekerja ternyata ada di dalam kamarnya.

"Hmm. Aku ... tadi.. ada.. tugas.. kerja kelompok, Yah." Kyulha menjawab pertanyaan ayahnya dengan gugup.

"Lalu, apa itu yang kamu pegang?" tanya ayah Kyulha penasaran.

"Oh. Ini adalah barang titipan temanku untuk tugas kuliah," jawab Kyulha.

"Lain kali kalau kamu ingin pulang malam, kamu harus izin terlebih dahulu, jangan tiba-tiba pulang malam seperti ini. Kamu sudah berjanji untuk melakukan itu kan?" ucap ayah Kyulha.

"Iya, Yah. Maafkan Kyulha karena Kyulha lupa meminta izin ke ayah. Lain kali Kyulha janji nggak akan ngulangin kesalahan yang sama lagi," ujar Kyulha sambil menunduk.

Setelah Kyulha meminta maaf, ayah Kyulha memaafkannya dan pergi dari kamar. Kyulha merasa lega karena sang ayah memaafkannya tanpa memberi hukuman.

Kejadian pulang malam ini bukanlah yang pertama kali bagi Kyulha, ia sering sekali pulang malam tanpa meminta izin dari ayahnya. Bahkan 2 minggu yang lalu ia didapati ayahnya pulang larut malam hingga pukul 1 malam, akibatnya ia dihukum untuk mengantar dan menjemput adiknya yang masih duduk di bangku SMP selama satu minggu penuh.

Di esok hari, Kyulha sarapan bersama ayah dan adiknya di meja makan. Saat sarapan, Kyulha hanya fokus makan sambil sibuk memegangi ponselnya. Ia tidak sadar bahwa dari tadi sang ayah mengajaknya berbicara.

"Kyulha, simpan dulu HP-nya!" seru ayah Kyulha.

Kyulha segera menaruh ponselnya di tas dan melanjutkan makan.

Tak lama kemudian, ayah Kyulha memulai pembicaraan di meja makan.

"Kyulha, karena kamu melanggar janji tidak meminta izin ayah untuk pulang malam, ayah mau kamu bantu Nenek Ati bekerja di toko roti selama 3 hari sebagai gantinya. Kamu sudah berjanji akan mendapat hukuman bila tidak patuh kan?"

Kyulha terkejut mendengar kalimat ayahnya yang tiba-tiba membicarakan hukuman.

"Duh. Kenapa harus Nenek Ati, Yah? Aku lebih memilih mengantar Kyutaro ke sekolah selama satu minggu daripada bertemu Nenek Ati. Lagian, Nenek Ati kan bukan nenekku!" ucap Kyulha yang kesal karena tiba-tiba sang Ayah membicarakan masalah hukuman di pagi hari.

"Kyutaro tidak butuh diantar lagi, sekarang dia berangkat sekolah bersama temannya. Lagipula apa salahnya membantu Nenek Ati?" tanya ayah Kyulha.

Kyulha sudah malas berbicara dengan ayahnya. Sedari dulu ayahnya selalu saja mementingkan Nenek Ati. Saat liburan tahun lalu juga, sang ayah lebih memilih membantu Nek Ati mengurus surat pembagunan toko roti dibandingkan berlibur bersama anak-anaknya.

Setelah Kyulha menghabiskan sarapannya, ia segera berangkat kuliah tanpa pamit. Di saat seperti ini, Kyulha merindukan ibunya yang selalu mendukung Kyulha saat sedang dimarahi atau dihukum ayahnya.

Walaupun Kyulha sempat tidak mau datang ke toko roti milik Nek Ati, pada akhirnya ia tetap memutuskan untuk datang ke toko itu setelah pulang kuliah. Bagaimanapun juga, itu merupakan hukuman bagi Kyulha yang telah melanggar janji. Apabila ia tidak menjalani hukumannya, yang ada ia akan semakin dimarahi oleh ayahnya.

"Wah. Kyulha cantik sudah datang!" seru Nek Ati.

"Iya, Nek"

"Ayo duduk dulu, apa kamu mau minum?"

"Tidak usah. Aku sudah membawa minuman sendiri," ujar Kyulha

Kyulha pun segera merapikan barang-barangnya dan mengganti pakaian. Setelah mengganti pakaian, bukannya bekerja, Kyulha malah duduk-duduk santai sambil memegang ponselnya hingga magrib tiba.

"Kyulha, bisakah kamu membantu nenek membagikan roti-roti ini ke anak-anak di depan?" tanya Nek Ati.

"Yahh. Nek, aku baru saja mau pulang karena ada suatu tugas yang harus aku selesaikan," ujar Kyulha.

"Yasudah. Kerjakan tugasnya dengan baik dan hati-hati di jalan ya!" kata Nenek

"Iya. Terimakasih, Nek."

Kyulha pulang jalan kaki dari toko roti tersebut ke rumah.

Besok harinya, Kyulha datang lagi ke toko roti untuk melaksanakan hukuman hari keduanya. Sikap Kyulha kali ini sama saja, ia masih sibuk bermain HP di kursi toko roti sambil mengerjakan tugas kuliahnya.

Saat Maghrib

"Kyulha, tolong bantu nenek membawa roti-roti ini!"

Kyulha yang sedari tadi sibuk bermain HP segera menghampiri Nek Ati.

"Ada apa, Nek?"

"Tolong berikan box roti ini kepada anak-anak di depan,"

"Ah. Baiklah."

Kyulha menuruti permintaan Nek Ati dan membawa box itu ke depan.

"Kenapa roti sebanyak ini diberikan ke anak-anak kecil itu ya? Kan bisa dijual lagi untuk esok hari," pikir Kyulha

Tak lama kemudian, anak-anak kecil di depan toko roti terlihat senang saat Kyulha jalan membawa box roti ke arah mereka.

"Wah. Roti hari ini banyak sekali!" kata salah seorang anak perempuan.

"Tumben bukan Nek Ati yang memberinya," ujar seorang anak laki-laki.

"Nek Ati sedang sibuk. Nih, roti buat kalian," Kyulha memberi rotinya kepada mereka

"Wahh. Terimakasih banyak, Kak. Semoga kakak selalu diberkati," ujar anak-anak itu.

"Iya, sama-sama"

Kyulha meninggalkan anak-anak kecil itu di depan toko roti dan kembali masuk ke dalam untuk meminta izin pada Nek Ati untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Kyulha langsung tiduran di sofa bersama adiknya sambil menonton suatu film. Saat itu, adik Kyulha, yaitu Kyutaro merasa sangat lapar.

"Kak, Kyutaro lapar tapi bibi Tutik sudah pulang jadi nggak ada yang masak. Apakah kakak mau bantu Kyutaro masak?"

"Tidak mau. Kakak lagi capek. Kamu tunggu ayah pulang saja," kata Kyulha yang langsung meninggalkan adiknya sendirian di ruang tamu.

Kyutaro tampak sedih atas perlakuan kakaknya itu.

Besoknya, Kyulha datang lagi ke toko roti untuk membantu Nek Ati. Hari ini ia tidak hanya duduk sambil bermain HP, namun ia juga membantu Nek Ati untuk mendekorasi toko roti agar lebih menarik perhatian.

Setelah magrib, Kyulha diminta Nek Ati untuk memberi roti lagi kepada anak-anak di depan toko roti.

"Nek, kenapa nenek memberi roti-roti ini kepada mereka setiap hari? Apakah tidak rugi? Kan roti-roti ini bisa dijual lagi esok hari, kalau begini terus yang ada kita bakal rugi" ujar Kyulha.

Nenek Ati membalas pertanyaan Kyulha.

"Ini bukan soal untung-rugi, Kyulha. Lihatlah anak-anak itu kelaparan, mereka pasti kesulitan untuk mendapatkan makanan karena makanan di panti asuhan terbatas. Bahkan mereka tidak bisa merengek untuk sekedar meminta makan. Bayangkanlah jika kamu ada di posisi mereka," kata Nek Ati.

"Ah. Gitu ya, Nek," Kyulha jadi teringat kepada Kyutaro yang tadi malam kelaparan karena tidak ada makanan di rumah.

Tak lama, Nenek Ati menambah pembicaraannya.

"Ohiya. Kamu tahu tidak kalo sekecil apapun perbuatan baik yang kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula," ujar Nek Ati.

Kyulha mengangguk setuju.

"Dahulu, Ayahmu adalah anak yang sangat ceria, baik, dan patuh pada orang tua, namun semenjak kakek dan nenekmu tiada, ayahmu jadi sering terlihat murung dan sedih. Tidak hanya itu, sifat ayahmu juga banyak berubah. Oleh karena itu, nenek berusaha membuat ayahmu untuk kembali bahagia dengan membawakannya makanan, mengajaknya pergi, dan bahkan menganggapnya sebagai anak nenek sendiri," 

Kyulha mendengar Nek Ati dengan serius.

"Sekarang lihatlah semua kebaikan yang telah nenek lakukan ini terbalaskan dengan kebaikan juga. Kini ayahmu sangat perhatian pada nenek. Nenek tidak bisa lebih berterima kasih lagi padanya,"

Kyulha mengangguk lagi. Apa yang dikatakan Nek Ati benar, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.  Sekarang ia mengerti ternyata itu adalah alasan mengapa ayah Kyulha sangat perhatian sekali pada Nek Ati. Ayahnya sudah menganggap Nek Ati sebagai orangtuanya sendiri, oleh karena itu ayah Kyulha menunjukkan perhatiannya kepada Nek Ati setiap saat untuk membalas kebaikannya. 

Setelah mendengar kalimat-kalimat dari Nek Ati, Kyulha jadi terdorong untuk melakukan kebaikan pada semua orang di sekitarnya. Kyulha juga merubah sikapnya yang suka tidak patuh pada ayahnya. Ia sadar bahwa sang ayah sangat perhatian padanya dan tidak ingin kehilangan seseorang yang ia sayangi dalam hidupnya.

Kini, walaupun hukuman yang diberikan pada Kyulha untuk bekerja di toko roti sudah berakhir, Kyulha tetap senantiasa membantu Nek Ati untuk mengurusi toko roti. Tak hanya itu, kini ia juga senang memberi bantuan-bantuan pada orang di sekitarnya. Ia selalu ingat bahwa suatu kebaikan yang kita lakukan akan membawa kebaikan pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun