Mohon tunggu...
Dyah Woro Untari
Dyah Woro Untari Mohon Tunggu... Dosen - Dyah Woro Untari

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sistem Penjualan Bersama, Perlu Tidak?

24 Januari 2019   05:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   10:59 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga-bunga dari para petani dikumpulkan di sebuah hall yang luas. Para pekerja menata trolley bunga dengan menggunakan forklift (dok. pribadi)

Para pelelang di Royal Flora Holland duduk di belakang laptop sambil melihat jenis bunga dan spesifikasinya di layar (dok. pribadi)
Para pelelang di Royal Flora Holland duduk di belakang laptop sambil melihat jenis bunga dan spesifikasinya di layar (dok. pribadi)
Bunga-bunga dari para petani dikumpulkan di sebuah hall yang luas. Para pekerja menata trolley bunga dengan menggunakan forklift (dok. pribadi)
Bunga-bunga dari para petani dikumpulkan di sebuah hall yang luas. Para pekerja menata trolley bunga dengan menggunakan forklift (dok. pribadi)
Di mana dan seperti apa lelang di pedesaan di Indonesia?

Di Indonesia sendiri pada saat ini telah terdapat sebuah lembaga yang disebut sebagai Pasar Lelang Komoditas yang merupakan kerjasama petani, pemerintah dan pengorganisasi lelang, pembeli dan pemerintah daerah. Bahkan disebutkan Jambipro (27/04/18), pasar lelang komoditas mulai tahun depan akan mulai online. Tentunya ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah dan kabar baik bagi petani dan pedagang.

Pada saat ini pun sudah mulai bermunculan penjualan komoditas secara lelang, khususnya untuk produk hortikultura. Sebut saja di Purworejo, Yogyakarta, Magelang, telah terdapat kelompok tani yang menginisiasi lelang untuk komoditas cabai.

Berbekal peralatan yang sederhana berupa timbangan, buku tulis untuk mencatat suplai dari petani, sebuah telepon genggam dan kesepakatan lelang yang senantiasa dinamis. 

Sesaat sebelum lelang cabai di sebuah kelompok tani di Yogyakarta (dok. pribadi)
Sesaat sebelum lelang cabai di sebuah kelompok tani di Yogyakarta (dok. pribadi)
Memang bukan online, bukan di dalam gedung raksasa, tidak memakai peralatan canggih dan memang belum diekspor seperti di Royal Flora Holland. Namun sampai sekarang kegiatan lelang cabai petani tersebut masih berjalan. 

Dengan dihadapkannya dengan berbagai masalah dalam melayani petani dan pedagang, kelompok tani ini menelurkan gagasan tugas-tugas yang perlu dirangkai untuk menjalankan lelang seperti penimbangan, sortasi, menghubungi pedagang, pengepakan, pembayaran, layaknya lelang keju di Alkmar walaupun tidak ada yang disebut "provost marshal".

Para petani cabai ini menjual produknya secara kolektif dan mereka mampu membuktikan dengan bekerja bersama mereka bisa meraih harga yang lebih tinggi, sama seperti yang dilakukan para produsen keju dan petani bunga di Belanda. 

Hanya saja para petani produk segar masih terkendala beberapa hal seperti belum dimilikinya blower, ruangan pendingin, serta perhatian ketika terjadi panen raya secara serempak di berbagai daerah yang membuat harga terjun bebas. Sedangkan keluarga harus dinafkahi dan yang jelas sebagian uang harus disisihkan untuk bisa dijadikan modal menanam lagi musim berikutnya. 

Pada akhirnya para petani sudah bersatu padu menanam dan menjual produk pertanian, ditunggu pihak ketiga yang mau merapat untuk memberikan suasana dan kebijakan yang kondusif untuk stabilnya harga produk pertanian yang menguntungkan petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun