Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Al-Ikhlas, Sebuah Penafsiran

24 Januari 2024   15:11 Diperbarui: 24 Januari 2024   21:50 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: tirto.id

Di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ikhlas berada pada urutan ke-112. Terdiri dari 4 ayat yang pokok isinya adalah menegaskan tentang keesaan Allah (Tuhan), dan sekaligus menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya.

Kalimat inti dari Surat Al-Ikhlas ini adalah, Allahu ahad dan Allahush-shamad. Yang dalam bahasa Indonesianya adalah Allah Maha Esa dan Allah tempat bergantung.

Di artikel ini, saya mencoba menafsirkan Surat Al-Ikhlas adalah dalam rangka dan upaya meng-kontekstual-kan makna Surat tersebut ke dalam realitas kehidupan nyata, yakni sebagai berikut:

Input sumber gambar: dokpri
Input sumber gambar: dokpri
Qul huallahu ahad (1)

  • "Katakanlah bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa"

>>> Allah, Tuhan Yang Maha Tunggal di atas segala-galanya. Maka konsekuensinya adalah bahwa dalam konteks pembangunan perilaku setelah manusia berikrar (syahadad) untuk menjadi hamba Allah (mukmin), maka sudah seharusnya bersatu dalam satu kesatuan yang tak terpecah belah,  hidup menurut tali Allah, berjuang mewujudkan tatanan sesuai dengan segala ketentuan-Nya. Yakni, menjadi umat yang bersatu dalam model tatanan yang mempersatukan berbagai umat.

Hubungkan dengan:

>>> Bismillahir-rahmaanir-rahim. (QS Al-Fatihah (1):1)

"Dengan (atas)  nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

*Siap menjadi mukmin yang setiap perilakunya selalu karena atas nama Allah (Tuhan) dengan segala ketentuan-Nya.

>>> ... hablu minallah -- berpegang teguh terhadap tali Allah.

>>> wa'tashimuu bihablillahi jamii'aw wa laa tafarrakuu wazkuruu ni'matallahi 'alaikum izkungtum a'daaa-ang fa allafa baina quluubikum fa asbahtum bini'matihiii ikhwaanaa, wa kungtum 'ala syafaa hufratim minan naari fa angqazakum min-haa, kazaalika yubayyinullahu lakum aayaatiihii la'alakum tahtaduun.

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia (bimbingan)-Nya kamu menjadi bersaudara. Sedangkan ketika kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS Ali 'Imran (3):103.

>>> Dhuribat 'alaihimus-zillatu aina maa suqifuuu illaa bihablim minallahi wa hablim minan-naasi wa baaa-uu bighadhabim minallahi wa dhuribat 'alaihimu-maskanah, zaalika bi-annahum kaanuu yakfuruuna bi-aayatillaahi wayaqtuluunal-ambiyaaa-abighairi haqq, zaalika bimaa kaanu ya'taduun. 

"Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpedoman pada tali Allah dan tali perjanjian dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan selalu diliputi kesengsaraan, yang demikian itu karena mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas." (QS Ali 'Imran (3):112)

Input sumber gambar: dokpri
Input sumber gambar: dokpri
Allahush-shamad (2)

  • "Allah, Tuhan tempat bergantung." 

 >>> Hanya Allah, Tuhan tempat mengabdikan diri dan menggantungkan hidup manusia.

Maka, hablu min-annas (tali perjanjian dengan manusia) pada garis strategi Iman sampai dengan perwujudan Madinah (Dinul Islam) inilah, kesemuanya bergantung pada rancangan kepastian sistem tatanan dari Allah, Allahush-shamad. Sehingga, gerak mukmin dalam perjuangannya, dengan sendirinya akan dituntun oleh rancangan kepastian sistem tatanan dari Allah dimaksud. Yakni, dari isyarat alam semesta untuk kebaikan, isyarat yang ditangkap manusia (mukmin) dari berbagai kejadian, informasi, teori, dan lain-lain dalam proses implementasi nilai-nilai kebaikan.   

Hubungkan dengan QS Az-Zumar (39):38, 

"Wa la-ing sa-altahum man khalaqas-samaawaati wal-ardha, layaqulunallah, qul afa ra-aitum maa tad'uuna ming duunillahi in araadaniyallahu bidhurrin hal hunna kaasyifaatu dhurrihiii au araadanii birahmatin hal hunna kaasyifaatu dhurrihiii au araadanii birahmatin hal hunna mumsikaatu rahmatin, qul hasbiyallah, 'alaihi yatawakkalul-mutawakkiluun."

"Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Kalau begitu tahukah kamu tentang yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?" Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakkal berserah diri." 

Input sumber gambar: dokpri
Input sumber gambar: dokpri
Lam yalid wa lam yuulad (3)

  • "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan,"

>>> Allah, Tuhan yang maha menentukan atas segala sesuatu dan tidak ditentukan oleh segala  sesuatu.

Dalam sistem tatanan Dinul Islam, tidak dikenal sistem pewarisan kekuasaan secara turun temurun (sistem feodal), tidak dikenal putra mahkota, tidak dikenal anak emas.

Ayat ini adalah dalam rangka membantah bahwa Yesus (Isa) adalah anak Tuhan (putra mahkota). Oleh karenanya, ketika pola-pola kekuasaan telah dijalankan secara turun-temurun, maka sistem tatanan Islam, sudah tidak berfungsi lagi.

Input sumber gambar: dokpri
Input sumber gambar: dokpri

Wa lam yakul lahuu kufuwam ahad (4)

  • "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

>>> Allah, Tuhan dengan segala ketentuan-Nya adalah tiada tara dan tiada tandingannya.

Model tatanan menurut ketentuan Allah adalah model tatanan yang berbeda dari model-model lain yang ada (kapitalisme maupun komunisme).

Model yang akan muncul di saat situasi dan kondisi Dzulumat sudah ada di puncak (kehancuran), yakni model baru (Dinul Haq) yang berbeda dan telah terbukti mampu mempersatukan berbagai umat (Madinah, Dinul Islam). Bukan model kapitalisme, juga bukan model komunisme. Model yang demikian itulah yang seharusnya diperjuangkan untuk diwujudkan ke dalam tindak nyata (pembangunannya), dan bernilai implementatif. Tidak berkutat pada narasi teoritik semata, namun dalam kesatuan yang tak terpisahkan antara konsepsi dan aktualisasi.

Hubungkan dengan QS An-Nisa' (4):36,

"Wa'budullaha wa laa tusyrikuu bihii syai-aw wa bil waalidaini ihsanaanaw wa-bizilkurbaa wal-yataamaa wal-masaakiini wal-jaari zil-qurbaa wal-jaaril-junubi wash-shaahibi bil-jambi wabnis-sabiili wa maa malakatu aimaanukum, innallaha laa yuhibbu mang kaana mukhtaalang fakhuuraa."

"Dan Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib, kerabat, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan  diri."

 Pelajaran dari Surat Al-Ikhlas

  •  Bahwa umat manusia di dunia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Tunggal, sudah seharusnya hidup dalam satu kesatuan yang tak terpecah belah menurut ketentuan Tuhan, yakni dalam model sistem tatanan hidup dari Tuhan Yang Maha Tunggal.

  • Kehidupan umat manusia sangat bergantung kepada rancang bangun sistem kepastian tatanan dari Allah, Tuhan Yang Maha Tunggal.

  • Tidak ada pewarisan kekuasaan dalam sistem tatanan hidup seimbang menurut rancang bangun sistem tatanan dari Allah, Tuhan Yang Maha Tunggal.

  • Allah, Tuhan Yang Maha Tunggal dengan rancang bangun sistem tatanan yang penuh dengan keseimbangan adalah tiada tanding dan tiada yang setara dengan-Nya.

Demikian, sekian dan terima kasih. Salam Seimbang Universal Indonesia Nusantara ....

*****

Kota Malang, Januari di hari kedua puluh empat, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun