"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia (bimbingan)-Nya kamu menjadi bersaudara. Sedangkan ketika kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS Ali 'Imran (3):103.
>>> Dhuribat 'alaihimus-zillatu aina maa suqifuuu illaa bihablim minallahi wa hablim minan-naasi wa baaa-uu bighadhabim minallahi wa dhuribat 'alaihimu-maskanah, zaalika bi-annahum kaanuu yakfuruuna bi-aayatillaahi wayaqtuluunal-ambiyaaa-abighairi haqq, zaalika bimaa kaanu ya'taduun.Â
"Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpedoman pada tali Allah dan tali perjanjian dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan selalu diliputi kesengsaraan, yang demikian itu karena mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas." (QS Ali 'Imran (3):112)
Allahush-shamad (2)
- "Allah, Tuhan tempat bergantung."Â
 >>> Hanya Allah, Tuhan tempat mengabdikan diri dan menggantungkan hidup manusia.
Maka, hablu min-annas (tali perjanjian dengan manusia) pada garis strategi Iman sampai dengan perwujudan Madinah (Dinul Islam) inilah, kesemuanya bergantung pada rancangan kepastian sistem tatanan dari Allah, Allahush-shamad. Sehingga, gerak mukmin dalam perjuangannya, dengan sendirinya akan dituntun oleh rancangan kepastian sistem tatanan dari Allah dimaksud. Yakni, dari isyarat alam semesta untuk kebaikan, isyarat yang ditangkap manusia (mukmin) dari berbagai kejadian, informasi, teori, dan lain-lain dalam proses implementasi nilai-nilai kebaikan. Â Â
Hubungkan dengan QS Az-Zumar (39):38,Â
"Wa la-ing sa-altahum man khalaqas-samaawaati wal-ardha, layaqulunallah, qul afa ra-aitum maa tad'uuna ming duunillahi in araadaniyallahu bidhurrin hal hunna kaasyifaatu dhurrihiii au araadanii birahmatin hal hunna kaasyifaatu dhurrihiii au araadanii birahmatin hal hunna mumsikaatu rahmatin, qul hasbiyallah, 'alaihi yatawakkalul-mutawakkiluun."
"Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Kalau begitu tahukah kamu tentang yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?" Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakkal berserah diri."Â
Lam yalid wa lam yuulad (3)
- "Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan,"
>>> Allah, Tuhan yang maha menentukan atas segala sesuatu dan tidak ditentukan oleh segala  sesuatu.
Dalam sistem tatanan Dinul Islam, tidak dikenal sistem pewarisan kekuasaan secara turun temurun (sistem feodal), tidak dikenal putra mahkota, tidak dikenal anak emas.
Ayat ini adalah dalam rangka membantah bahwa Yesus (Isa) adalah anak Tuhan (putra mahkota). Oleh karenanya, ketika pola-pola kekuasaan telah dijalankan secara turun-temurun, maka sistem tatanan Islam, sudah tidak berfungsi lagi.