Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilihlah Capres-Cawapres yang Berani Tidak Populis

2 November 2023   18:59 Diperbarui: 3 November 2023   08:39 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: shutterstock.com

Di era medsos saat ini yang merupakan era pencitraan, citra yang dibangun untuk memenuhi selera massa hanya akan menuai kekecewaan, karena selera masa belum tentu benar dan berguna bagi kesatuan bangsa.

Capres yang kampanye dan bermain di program yang populis akan banyak menawarkan janji-janji menggiurkan dan tidak mengedukasi terhadap masyarakat. Capres seperti ini cenderung sangat doyan tampil dengan gaya basa-basi di medsos.

Sebaliknya, capres yang banyak mengkampayekan perubahan-perubahan mendasar yang 'menghentak', meskipun bertujuan untuk mewujudkan sesuatu yang jauh lebih ideal bagi kehidupan masyarakat dan bangsa ini, akan menjadi kurang menarik dan  sulit diterima oleh masyarakat.

Perlu dipahami bahwa ke depan bangsa ini akan menghadapi tantangan yang berat. Dampak perubahan iklim akibat rusaknya keseimbangan tatanan global akan menyebabkan berbagai krisis dan bencana. Mulai dari krisis pangan, krisis moneter, krisis energi, bencana suhu ekstrem bumi dan perang. Krisis multidimensi akan berakibat pada gejolak dan konflik sosial. Krisis juga mendorong konflik yang lebih luas, seperti maraknya perang antar negara hingga  Perang Dunia 3, Perang Nuklir yang pastinya bakal meluluhlantakkan peradaban. Kematian akibat kelaparan dan pandemi juga tak kalah hebatnya.

Bukan tanpa sebab dan tanpa alasan bahwa krisis multidimensi itu ke depan akan menjadi  kian mengemuka, sebagaimana telah disinggung pada KKT G20, di Bali, 5-7 Oktober 2022. Berikut ini Poin ke delapan dalam Komunike KTT G20 Indonesia 2022,

"Kami ingin mengingatkan kita semua bahwa berbagai krisis multidimensi: pangan, energi, kemanusiaan, krisis iklim dan krisis finansial (keuangan) telah semakin dalam. Berbagai krisis ini tidak hanya menghambat agenda pembangunan, tetapi berpotensi dapat menggagalkan sejumlah tujuan dan target agenda global seperti Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Perjanjian Paris, sehingga menghambat upaya-upaya G20 untuk mempromosikan pemulihan sosial-ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, setara dan inklusif. Karena itu G20 meminta negara-negara G20 untuk mengesampingkan perbedaan mereka, mengakhiri kontestasi (persaingan) kekuasaan dan memprioritaskan resolusi krisis untuk memastikan pemulihan yang adil bagi semua warga negara di seluruh dunia." (news.detik.com)

Capres-Cawapres yang berkualitas harus mempunyai wawasan Mitigasi Global (MG), dan berani menyampaikan peringatan dalam setiap kampanyenya terhadap apa yang akan dihadapi bangsa ini ke depan. Bukan hanya bercerita yang baik-baik dan mengambang sawang, tapi juga berani dalam menyampaikan yang pahit getir dan mengerikan ke depan.

Setelah menyampaikan gambaran tantangan dan ancaman yang berat serta mengerikan ke depan, baru disampaikan bagaimana strategi membangun bangsa yang tangguh dan mampu melewati berbagai tantangan berat yang bakal menghadang, meskipun harus membuat program perubahan yang untuk sementara  akan  menyakitkan bagi masyarakat tapi berujung pada kesejahteraan kemenangan bersama, menjadi bangsa yang besar.

Program-program yang tidak populis adalah perbaikan terhadap pondasi bangsa (Pembangunan Back to Basic), kembali ke Pancasila secara benar, sebab pondasi yang salah akan menjadikan bangsa ini menjadi rapuh. Program yang dimaksud meliputi, sebagai berikut:

A. Perbaikan Keseimbangan Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun