Jhon dan Paneri  , duo sahabat karib yang sekaligus tetangga dan berdampingan itu tengah bertimbal cakap seperti biasanya. Meluangkan waktu pasca Isya'. Keduanya ngobrol membahas situasi dan kondisi terkini. Mulai tentang pekerjaan sehari-hari, rumah tangga, sosial masyarakat, lingkungan, sampai dengan soal bangsa negeri ini.
"Sudah sebulan ini, ya kang Ri, cuaca begitu panas dan belum ada tanda-tanda turun hujan menyirami bumi," kata Si Jhon mengawali obrolannya.
"Benar kang Jhon. Kenapa, ya? Apa ada kaitannya dengan isu ancaman bencana iklim yang lagi ramai diperbincangkan itu, kang Jhon?" tukas Si Paneri.
"El Nino, maksudnya ya? Menurut sampeyan bagaimana?" tanya Si Jhon.
Si Paneri nampak diam sejenak, setelah mendadak ditanya begitu. Jawaban Si Paneri tak ingin didakwa 'asbun', asal bunyi, oleh Si Jhon yang dikenal kritis itu. Sejenak pula Si Paneri memutar otak guna menjawab pertanyaan Si Jhon.
"Boleh jadi, ini sebab siklus iklim atau cuaca global yang berakibat pada cuaca yang tak menentu. Dan, kali ini kita merasakan dampaknya berupa panas, gerah ekstrem yang tak seperti biasanya. Tanda-tanda hujan turun pun belum nampak pula." jawab Si Paneri dengan penuh hati-hati, menghindari dakwaan asbun dari Si Jhon.
"Wow, keren banget pendapat sampeyan, kang Ri?"
"Yach, ayas kan hanya mencoba menyaring informasi yang bertebaran di media massa maupun media sosial, dan ayas kaitkan dengan fakta yang ada dan bisa dirasakan isyarat gejalanya dari alam semesta, kang Jhon."
"Masuk akal dan bernalar, logis, kang Ri. Lantas, adakah hubungannya antara panasnya cuaca ini dengan panasnya sistuasi politik global maupun politik di negeri ini, kang Ri?"
"Waduh, kalau yang itu, sampeyan tentunya lebih paham daripada ayas. Dan, tentunya pula sampeyan adalah ahlinya. Wong, sampeyan ini seorang dosen. Bagi ayas, panasnya cuaca tidak mengalahkan panasnya suasana hati. Apalagi, suasana hati akibat disakiti dan dipecundangi, hehehe ...."
"Wah, bisa saja sampeyan ini. Menurut informasi dari berbagai sumber, Â situasi politik negeri ini, jelang Pemilu 2024, gejalanya mulai memanas. Lebih-lebih soal pilpres, capres/cawapres dengan partai-partai pengusungnya. Seru dan rumit, setengah ngeri-ngeri basah, kang Ri ...."
"Maksudnya, kang?" tanya Si Paneri agak bingung.
"Menurut berita dan menurut ahli dan pakar politik, terjadi pertarungan antar partai dalam mengusung capres dan cawapresnya. Juga terjadi tarik ulur dan terjadi ketidakkonsistenan antar partai dalam bekoalisi maupun dalam hal menjagokan capres dan cawapres. Itu sih menurut berita, ahli  dan  pakar," ulas Si Jhon.
"Begitulah politik, kang Jhon. Apa yang tak mungkin bisa menjadi mungkin, kawan bisa menjadi lawan, lawan bisa menjadi kawan lantaran kepentingan. Begitu sih kalau yang ayas baca dan ayas perhatikan dari tayangan informasi tanpa harus terjebak oleh informasi yang sifatnya hoax."
"Menurut kang Paneri, memang ada ya suatu partai dalam dunia politik yang masih bisa dianggap konsisten dan jauh dari kepentingan pribadi, kelompok dan oligarki?" kembali Si Jhon bertanya kepada Si Paneri yang tak disangka dan dinyana.
"Ada, dan masih konsisten sampai saat ini. Tak pernah sedikitpun terpengaruh oleh situasi dan kondisi apapun dan yang bagaimananpun. Hatta situasi dan kodisi politik yang memanaskan sekalipun," sahut Si Paneri tanpa harus loading terlebih dulu terhadap pertanyaan Si Jhon kali ini.
"Partai apa, kang, menurut catatan sejarah politik dan Pemilu di negeri ini?" tanya Si Jhon agak penasaran juga dengan apa yang bakal dijawab oleh Si Paneri.
"Simpel saja, kang Jhon. PG dan PE. "
"Apa itu? Partai Gurem dan Partai Elit-kah yang sampeyan maksudkan?"
"Bukan, kang Jhon."
"Lalu, apa lho?"
"Partai Grosir dan Partai Eceran yang disingkat dengan PG dan PE. Bagaimana menurut sampeyan dalam sejarah perpolitikan di negeri ini?" kata Si Paneri dengan santainya.Â
"Asem ..!!" jawab Si Jhon singkat.
Sekian dan terima kasih. Salam Seimbang Universal Indonesia_Nusantara ....
*****
Kota Malang, Oktober di hari kedua puluh tujuh, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
      Â
  Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H