Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Polemik

23 Juni 2023   05:31 Diperbarui: 23 Juni 2023   12:43 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: m.kumparan.com

"Silakan dijelaskan, dan yang lain silakan menyimak dari apa yang akan diulas oleh kawanmu, si Jhon," kata sang Dosen.

"Ungkapan tersebut, pada galibnya adalah sederhana esensi maknanya. Hanya, bila di antara kita tak menguasai tentang kosa kata, makna kata, semantik maupun linguistik, maka kita akan terbuai oleh permainan kata dalam bahasa filsafat. Sehingga akan berujung pada kebingungan dalam memahami konteks bahasa filsafat. Inilah salah satu yang menjadikan mengapa mata kuliah filsafat dianggap sebagai momok oleh kawan-kawan mahasiswa." tandas si Jhon yang benar-benar disimak oleh para mahasiswa di ruang kelas. 

"Silakan dilanjutkan, saudara Jhon!" kata sang Dosen.

"Baik, pak, saya lanjutkan. Inti esensi dari ungkapan dimaksud adalah bahwa semakin seseorang mendalami satu disiplin ilmu, misal Fisika hingga khatam terhadap apa itu Fisika, maka seseorang itu akan sadar betapa masih banyak disiplin ilmu lainnya yang belum dipahami dan dikuasai. Misalnya, ilmu pertanian,kedokteran, hukum, sosial-politik, bahasa-sastra, teknik elektro, dan lain sebagainya. Sehingga pada saatnya, seseorang akan merasa sadar betapa dirinya menjadi bodoh, karena hanya satu disiplin ilmulah yang menjadikan dirinya disebut ahli, yakni ahli fisika. Namun, tidak sebagai ahli kedokteran dan ahli yang lainnya. Itulah Filsafat yang hanya bemain-main dan mengolah kata-kata dalam bahasa retorika belaka. Begitulah pemahaman saya, Pak. Terima kasih," ulas si Jhon.

Para mahasiswa jadi terkesima oleh ulasan si Jhon yang begitu tegas nan lugas dan gamblang dalam menanggapi salah satu narasi adagium dari Filsafat Idealisme yang dilontarkan oleh sang Dosen Filsafat. Dan, sang Dosen Filsafat yang dikenal killer itupun dibuat keki oleh si Jhon yang tak menganggap sebagai momok terhadap mata kuliah Filsat, yang dibuktikan dalam mengupas salah satu narasi dalam Filsafat Idealisme itu.

Bila memang cinta akan kebijaksanaan, mengapa harus berpolemik? Ah, filsafat sebagai pandangan dan sikap hidup yang ditularkan oleh para filsuf terdahulu dan terkini ... 

*****

Kota Malang, Juni di hari kedua puluh tiga, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun