Salam Seimbang sebagai bangsa Indonesia_Nusantara ...
Sebagaimana yang telah kami sampaikan pada artikel analisis kami sebelumnya berjudul "Gelombang Bencana Dahsyat Mengerikan dan Ambang Kehancuran Dunia", maka artikel kami kali ini adalah kelanjutan dari artikel dimaksud. Dan, masih dalam koridor sebagai "Seruan dan Peringatan" kami yang tergerak mengemban amanah Tuhan untuk menyampaikan perintah-Nya yang berprinsip dan bernilai keseimbangan universal. Yakni, kepada umat manusia di dunia, khususnya bagi bangsa Indonesia_Nusantara.
Bahwa saat ini, konsdisi keseimbangan di muka bumi sudah berada di puncak kerusakan yang sangat parah. Baik keseimbangan alam, keseimbanga sosial, maupun keseimbangan tatanan dunia secara keseluruhan. Produk teknologi canggih yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat, justru sebagian besar dirahkan untuk menciptakan kerusakan dan kehancuran. Dan, kondisi kerusakan ini telah menghantarkan peradaban saat ini berada di tepi jurang kehancuran yang mengerikan.Â
Sebenarnya, kehancuran-kehancuran dahsyat sudah pernah terjadi pada dahulu kala. Ajaran Tuhan yang sebagian besar berisi tentang sejarah, menggambarkan berbagai bencana besar yang pernah terjadi pada masa para Rasul. Artinya, bahwa dahulu kala kebejatan manusia juga sudah luar biasa. Keserakahan manusia sudah di luar batas, dan semua itu berakibat pada kerusakan keseimbangan yang sangat parah di muka bumi. Alhasil, bencana dahsyat dan mengerikan tidak bisa dihindarkan.Â
Kita lihat pada masa Nuh, bencana yang digambarkan seperti air bah yang menenggelamkan sebagian besar permukaan bumi. Kemudian ada gempa raksasa, ledakan dahsyat, badai besar, pandemi hebat juga terjadi pada masa Rasul-Rasul setelahnya. Bencana pada masa Yesus, tertulis dalam Injil (Mathius 24:7), yakni "Sebab akan bangkit bangsa melawan bangsa , kerajaan akan bangkit melawan kerajaan, akan ada kelaparan dan gempa di berbagai tempat". Kemudian, pada masa Muhammad dikisahkan dalam QS Ar-Rum (30) : 2-4, perang dunia yang dimotori oleh dua kekuatan adikuasa, antara Romawi Timur dan Persia Baru.
Ketahuilah, kerusakan keseimbangan yang masif dan parah yang berakibat pada bencana besar, tidak dapat dilakukan hanya dengan berbekal peralatan sederhana, seperi cangkul, sabit, parang dan teknologi tepat guna. Tetapi dibutuhkan peralatan yang jauh lebih besar, lebih kuat dengan teknologi yang lebih canggih. Dibutuhkan bulldozer yang kuat dalam menggusur hutan, diperlukan eskavator dan mesin-mesin bor yang besar untuk menggali lobang-lobang tambang, dibutuhkan mesin-mesin pertanian dan teknologi rekayasa genetik untuk memacu produktivitas pertanian, dibutuhkan berbagai teknologi industri yang berkapasitas besar untuk memacu ekonomi.
Dan, tak kalah dahsyatnya adalah kebutuhan perangkat pertahanan dengan menciptakan mesin-mesin penghancur yang mengerikan. Mulai dari yang paling ringan seperti senapan, granat, mortir sampai dengan rudal-rudal nuklir yang berdaya ledak sangat dahsyat.Â
Kita lihat dalam catatan sejarah manusia, tidak ada kehancuran yang melebihi dahsyatnya Perang Dunia. Perang Dunia 2 yang menewaskan 60 hingga 80 Juta jiwa masih menjadi rekor musibah terbesar dalam satu milenium terakhir. Padahal Perang Dunia 2 masih menggunakan senjata konvensional yang daya hancurnya jauh lebih rendah dibandingkan mesin-mesin perang yang ada saat ini. Dan, ketahuilah dunia saat ini sedang dibayangi ancaman Perang Dunia 3.Â
Jika ini benar-benar terjadi, tidak bisa dibayangkan kehancuran akibat Perang Dunia 3. Ada kurang lebih 13 ribu bom nuklir aktif di Dunia saat ini. Satu bom nuklir mempunyai daya ledak, puluhan, ratusan, hingga ribuan kali bila dibandingkan dengan bom atom yang pernah menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia 2. Jika ribuan bom nuklir meledak saat ini, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kehancuran yang terjadi di muka bumi, milyaran manusia akan terbunuh, kota-kota dan berbagai industri akan luluh lantak, teknologi akan hancur, lumpuh sehingga tidak bisa lagi difungsikan, peradaban modern akan terjungkir menjadi terbelakang.Â
Hal ini sudah pernah diprediksi oleh Albert Einstein, jika terjadi Perang Dunia 3 maka perang-perang selanjutnya akan menggunakan kembali panah, pedang dan tombak. Kalaupun ada sebagian perangkat teknologi yang selamat, pertanyaannya: "Apakah masih bisa efektif untuk difungsikan?" Jika ada kendaraan yang selamat dari kehancuran, bagaimana bisa dijalankan bila semua SPBU-SPBU tidak berfungsi? Kilang-kilang minyak tidak beroperasi, mesin-mesin bor minyak tidak bisa digunakan, pembangkit-pembangkit listrik, pabrik-pabrik spare part, dan sumber daya pendukung lainnya tidak bisa dijalankan? Ketika perangkat teknologi yang tersisa tidak bisa difungsikan, maka ujung-ujungnya akan mangkrak menjadi barang rongsokan dan lapuk, musnah ditelan oleh jamur.Â
Jadi, dahulu kala peradaban sudah maju, teknologi sudah canggih, namun karena bencana dan perang yang sangat dahsyat, peradaban terjungkir menjadi terbelakang. Kemudian akan lahir lagi, tumbuh dan berkembang sampai ke puncak, lalu hancur kembali, begitu seterusnya hingga sekarang.Â
Ini semua membuktikan bahwa perjalanan sejarah peradaban manusia mempunyai pola yang siklus, selalu berulang atas prinsip yang sama. Tidak berjalan secara linear seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin yang mengatakan, bahwa peradaban manusia berawal dari kehidupan yang primitif kemudian bergerak menuju peradaban yang modern seperti saat ini. Teori ini menguatkan pemahaman bahwa kehidupan para Rasul terdahulu sangat terbelakang. Semua kejadian-kejadian luar biasa yang mengirinya selalu digambarkan sebagai keajaiban dan mukjizat, tidak pernah mengaitkan dengan kemajuan teknologi. Sehingga isi dari Kitab-Kitab Suci bagai kisah dongeng para super hero, tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.Â
Jadi Tuhan telah merancang bahwa sejarah peradaban berjalan secara siklus, dan ketahuilah bahwa semua yang seimbang di alam semesta ini bergerak atau tumbuh secara siklus. Tuhan merancang benda-benda besar di luar angkasa bergerak secara rotasi maupun ber-revolusi. Di dalam tata surya kita, matahari berotasi mengeluarkan energi, mengerakkan planet-planet dan benda benda langit di sekitarnya mengelilingi matahari. Pergerakan planet dirancang secara teratur dan seimbang sehingga tidak terjadi benturan antara yang satu dengan yang lain. Revolusi planet-planet mengeluarkan energi daya dorong terhadap pusat atau matahari. Di sinilah terjadi keseimbangan energi keluar dan energi masuk, tidak terjadi kebocoran atau kehilangan energi. Inilah kunci keseimbangan energi dalam tata surya sehingga bisa bergerak dan bertahan selama ribuan tahun.Â
Bukan itu saja, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi siklus peredaran waktu, mulai peredaran hari siang dan malam, peredaran bulan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 30, peredaran tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk tahun Masehi, perederan ulan dari Muharam sampai dengan Dzulhijjah untuk tahun Hijriyah. Dan, Siklus peredaran Tahun ini sejalan dengan Siklus peredaran Musim. Aktivitas kehidupan kita juga berulang-ulang dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.Â
Bahkan, di dalam tubuh kita juga terjadi siklus regenarasi sel. Semakin sempurna proses regenarasi sel, semakin sehat dan abadi di tubuh kita. Pergerakan Siklus ini juga terjadi pada perjalanan peradaban Manusia, Tumbuh berkembang hingga mencapai puncak kemudian hancur, terus lahir lagi, begitu seterusnya. Di saat peradaban sampai di puncak kecanggihan, biasanya diikuti kerusakan Keseimbangan yang sangat parah, baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di saat itulah diutus para Nabi-Nabi, para Rasul-Rasul, pejuang-pejuang keseimbangan untuk mengingatkan umat manusia agar segera bertaubat memperbaiki keseimbangan sebelum datang kehancuran yang sangat dahsyat.Â
Perlu sekali untuk disadari bersama, bahwa kehancuran besar yang terjadi adalah proses pemulihan keseimbangan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-Keseimbangan yang lain. Di atas puing-puing Kehancuran peradaban yang Timpang akan tampil Kekuatan Sosial Baru yang dipimpin oleh para Rasul-Rasul, para Nabi-Nabi pada masanya. Mereka menegakkan ajaran kebaikan, membangun Tatanan Kehidupan yang Seimbang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sepeninggal para pejuang-pejuang keseimbangan, teknologi dan peradaban berkembang semakin maju, sistem keseimbangan mulai tercabik-cabik kembali, hingga pada akhirnya kembali terjadi kehancuran global. Begitu seterusnya berulang-ulang hingga saat ini.
Nah, bagaimana dengan kondisi saat ini? Yang jelas, teknologi mesin-mesin perang yang ada saat ini lebih dari cukup untuk meluluhlantakkan sebagian besar dari permukaan bumi. Berbagai bencana alam yang semakin marak di muka Bumi sudah menandakan bahwa kerusakan Keseimbangan Alam berada pada fase yang sangat kritis. Coba bila kita tarik ke dalam prinsip sejarah yang berulang atau siklus sejarah. Musibah perang dunia yang dipadu dengan gempa bumi dan kelaparan dimana-mana terjadi pada masa Yesus, yang kemudian berulang lagi menjadi perang besar pada masa Muhammad. Ketahuilah, ada perang besar pada masa Muhammad, yakni yang satu digambarkan dalam QS Al-Fil dan yang satunya lagi digambarkan dalam QS Ar-Rum.Â
Meskipun para Ahli Kitab menggambarkan peradaban pada masa Muhammad sangat terbelakang, tapi di Al-Qur'an berkata lain! Konvoi pasukan kavaleri Al-Fil dihancurkan oleh Squadron tempur udara Ababil yang menjatuhkan bom radiasi atau bom kimia yang bila terkena akan hancur seperti daun yang dimakan ulat. Surat Al-Fil ini menandakan bahwa perang besar pada saat kelahiran Muhammad sudah menggunakan teknologi yang canggih, sebagai pertanda bahwa peradaban sudah relatif maju pada saat itu.Â
Kemudian lebih dari 50 tahun setelahnya, ketika kehidupan sudah di puncak kerusakan, Muhammad beserta pejuang-pejuang keseimbangan sudah berupaya menyampaikan sebuah peringatan akan datangnya malapetaka besar, mengingatkan manusia untuk bertaubat, menyelamatkan diri dari bencana yang mengerikan. Namun sayang, hanya segelintir yang mau mendengar peringatan Muhammad, hingga pada akhirnya perang besar antara dua kekuatan dunia benar-benar meletus, sebagaimana yang digambarkan dalam QS Ar-Rum. Sebuah Perang global antara dua kelompok penguasa dunia, Persia Baru dan Romawi Timur . Tentunya, teknologi yang dipergunakan jauh lebih berkembang dan lebih dahsyat dibandingkan dengan perang yang dikisahkan dalam QS Al-Fil. Kedahsyatan perang inilah yang menjungkirbalikkan peradaban maju menjadi terbelakang.Â
Setelah lebih dari satu milenium, teknologi mulai bangkit kembali, hingga pada 1939 kembali terjadi perang besar, Perang Dunia 2, perang yang menelan korban 60 hingga 80 Juta jiwa. Perang Dunia 2 ini identik dengan perang dalam kisah QS Al-Fil, kedua perang tersebut sama-sama ditutup dengan dijatuhkannya bom atom, bom radiasi. Gambaran semua perang besar di atas akan berulang menjadi Perang Dunia 3. Dengan kata lain, Perang Dunia 3 akan terjadi sebagai perulangan dari Perang Dunia 2, perulangan yang terjadi pada masa Muhammad, perulangan yang terjadi pada masa Yesus dan Rasul-Rasul sebelumnya. Jadi, untuk membaca tanda-tanda akan terjadinya Perang Dunia 3 ini, kita bisa menarik dari data Sejarah perang-perang besar sebelumnya. Bisa mulai dari masa Yesus, ditambah data pada masa Muhammad. Tentunya data yang paling lengkap adalah data pada Perang Dunia 2.Â
Kita simak catatan Sejarah latar belakang sebelum terjadinya Perang Dunia 2. Diawali dengan Pandemi Flue Spanyol pada Februari 1918 - April 1920 yang membunuh Puluhan Juta Manusia, kemudian berlanjut dengan Great Depression atau Krisis Ekonomi Dunia. Dalam kondisi ekonomi yang krisis, perlombaan senjata justru semakin gencar dan terjadi ristalisasi aliansi kekuatan militer. Blok Sekutu yang berhadapan dengan Blok Poros yang meliputi aliansi Jerman, Jepang dan Italia. Mari kita bandingkan dengan kondisi saat ini, Pandemi Covid-19 semakin merebak hingga sekarang, kemudian memacu Krisis Ekonomi Global yang menimbulkan gesekan atau tekanan antar negara. Dalam situasi kondisi Dunia yang memanas di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Eropa, maka masing-masing negara berupaya meningkatkan anggaran pertahanan militernya. Terjadilah perlombaan persaingan persenjataan semakin gencar, blok-blok militer semakin menampakkan kesolidannya. Perualangan Perang Dunia 2 menjadi Perang Dunia 3 semakin jelas.Â
Mari kita cermati lebih dalam, Jerman sebagai kekuatan terbesar di Eropa waktu itu, menyimpan dendam atas kekalahannya pada Perang Dunia 1. Beberapa wilayahnya terlepas dan memerdekakan diri, termasuk Polandia yang sebagian penduduknya adalah warga keturunan Jerman. Hal yang sama juga terjadi pada Uni Soviet, setelah kalah dalam Perang Dingin pada 1990, Uni Soviet terpaksa membubarkan diri. Semua negara yang dulunya tergabung dalam Uni Soviet telah memerdekakan diri.Â
Dan, dalam kesepakatan pembubaran Uni Soviet, pihak NATO (North Atlantic Treaty Organization) berjanji tidak akan memperluas keanggotaannya ke Eropa Timur, negara-negara bekas Pakta Warsawa. Namun seiring dengan perjalanan waktu, justru banyak negara-negara bekas Uni Soviet dan Pakta Warsawa bergabung ke dalam NATO. Rusia dalam kondisi lemah tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali membangun kembali kekuatan ekonomi dan militernya untuk membalaskan dendam kepada NATO dan Amerika. Atas usaha kerasnya Rusia mampu bangkit kembali sebagai kekuatan militer terbesar kedua Dunia setelah Amerika. Bahkan, misil-misil Hypersonic dan kekuatan senjata Nuklir Rusia jauh mengungguli Amerika.Â
Sampai di sini kondisi masih cukup pararel dengan sebelum pecahnya Perang Dunia 2. Pada akhirnya Jerman akan bangkit membalaskan dendam atas kekalahannya pada Perang Dunia 1, yang diawali dengan menginvasi Polandia yang pada akhirnya berkembang dan terjadilah perang di sepenjuru Eropa. Hal yang sama juga telah dipersiapkan oleh Rusia saat ini. Amerika sangat yakin bahwa Rusia akan balas dendam untuk kembali membangkitkan kejayaan Uni Soviet. Para pengamat mengatakan, bila Rusia benar-benar menginvasi Ukraina, maka Gerbang Perang Dunia 3 sudah dibuka! Sama dengan Perang Dunia 2, Perang Dunia 3 juga akan dimulai di Eropa, kemudian berkembang ke wilayah-wilayah lain termasuk Asia Pasifik. Saat ini ada dua kekuatan besar yang berhadapan di Asia Pasifik, yakni China yang berhadapan dengan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika.Â
Karakter China saat ini sangat mirip dengan Jepang pada saat Perang Dunia 2. Dengan pecahnya perang di Eropa, maka China akan memanfaatkan situasi Dunia yang kacau dengan semakin berani menguasai Laut Cina Selatan dan menginvasi Taiwan. Ketegangan akan semakin memuncak antara China dengan Amerika, kkonomi China yang sangat bergantung kepada Amerika akan mendapatkan tekanan yang sangat berat dengan berbagai sanksi ataupun embargo. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Amerika kepada Jepang pada Perang Dunia 2. Pada akhirnya, saat kondisi ekonomi di ambang kehancuran, China akan bertindak seperti Jepang dengan mencuri kesempatan untuk menghancurkan kekuatan Amerika di wilayah Pasifik. Inilah kondisi yang sang berat yang akan dihadapi oleh negara-negara di Asia Pasifik. Dengan lumpuhnya Armada Pasifik Amerika, China akan leluasa menginvasi negara-negara di sekitarnya, hingga negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bencana Kemanusiaan yang cukup berat akan dirasakan.Â
Kekalahan Sekutu oleh Blok Poros pararel dengan peristiwa "Ghuilibatir-ruum" (QS Ar-Rum : 2-3), yakni kekalahan Blok Romawi Timur oleh Blok Persia Baru pada masa Muhammad. Namun sampai dengan 6-7 tahun setelahnya, "Wa hum mim ba'di gholabihim sayaghlibuun", Romawi melakukan revans menghancurkan Blok Persia, yang berarti Sekutu akan bangkit melakukan revans menghancurkan Blok Poros. Hal yang sama juga terjadi pada penghujung Perang Dunia 2.Â
Perlu diketahui bahwa Perang Dunia 3 adalah Perang Nuklir yang daya hancurnya melebihi dari Perang Dunia 2, dan parahnya lagi, dahsyatnya Perang Nuklir akan diperparah dengan terjadinya gempa-gemba besar di berbagai tempat sebagaimana yang disebutkan dalam Injil. Gempa-gempa besar akan menciptakan Tsunami raksasa dan meletusnya gunung-gunung berapi di berbagai wilayah. Dan ingat! Perang serta bencana-becana besar akan berimbas krisis pangan yang hebat serta pandemi yang luar biasa. Lengkap sudah kehancuran yang terjadi, meruntuhkan peradaban dan membunuh milyaran manusia.Â
Jadi, kembali kami tandasskan, Perang Dunia 3 sudah di depan mata, bencana-bencana besar segera mengguncang kehidupan dunia. Kita akan dihadapan dengan kengerian-kengerian yang mencekam, kita akan melihat pemandangan-pemandangan yang sangat tragis dan sadis yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Dan, kita akan merasakan kepedihan yang menyayat-nyayat. Inilah gambaran yang akan menghadang di depan kehidupan kita.
Kami hanya mengingatkan. Sudahkah kita siap menghadapinya? Apa yang seharusnya kita lakukan apabila saatnya bencana dahsyat mengerikan itu datang melanda kita?
Salam Seimbang di bumi Indonesia_Nusantara ...
Â
*****
Kota Malang, November di hari keenam, Dua Ribu Dua Puluh Dua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H