Jadi, dahulu kala peradaban sudah maju, teknologi sudah canggih, namun karena bencana dan perang yang sangat dahsyat, peradaban terjungkir menjadi terbelakang. Kemudian akan lahir lagi, tumbuh dan berkembang sampai ke puncak, lalu hancur kembali, begitu seterusnya hingga sekarang.Â
Ini semua membuktikan bahwa perjalanan sejarah peradaban manusia mempunyai pola yang siklus, selalu berulang atas prinsip yang sama. Tidak berjalan secara linear seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin yang mengatakan, bahwa peradaban manusia berawal dari kehidupan yang primitif kemudian bergerak menuju peradaban yang modern seperti saat ini. Teori ini menguatkan pemahaman bahwa kehidupan para Rasul terdahulu sangat terbelakang. Semua kejadian-kejadian luar biasa yang mengirinya selalu digambarkan sebagai keajaiban dan mukjizat, tidak pernah mengaitkan dengan kemajuan teknologi. Sehingga isi dari Kitab-Kitab Suci bagai kisah dongeng para super hero, tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.Â
Jadi Tuhan telah merancang bahwa sejarah peradaban berjalan secara siklus, dan ketahuilah bahwa semua yang seimbang di alam semesta ini bergerak atau tumbuh secara siklus. Tuhan merancang benda-benda besar di luar angkasa bergerak secara rotasi maupun ber-revolusi. Di dalam tata surya kita, matahari berotasi mengeluarkan energi, mengerakkan planet-planet dan benda benda langit di sekitarnya mengelilingi matahari. Pergerakan planet dirancang secara teratur dan seimbang sehingga tidak terjadi benturan antara yang satu dengan yang lain. Revolusi planet-planet mengeluarkan energi daya dorong terhadap pusat atau matahari. Di sinilah terjadi keseimbangan energi keluar dan energi masuk, tidak terjadi kebocoran atau kehilangan energi. Inilah kunci keseimbangan energi dalam tata surya sehingga bisa bergerak dan bertahan selama ribuan tahun.Â
Bukan itu saja, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi siklus peredaran waktu, mulai peredaran hari siang dan malam, peredaran bulan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 30, peredaran tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk tahun Masehi, perederan ulan dari Muharam sampai dengan Dzulhijjah untuk tahun Hijriyah. Dan, Siklus peredaran Tahun ini sejalan dengan Siklus peredaran Musim. Aktivitas kehidupan kita juga berulang-ulang dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.Â
Bahkan, di dalam tubuh kita juga terjadi siklus regenarasi sel. Semakin sempurna proses regenarasi sel, semakin sehat dan abadi di tubuh kita. Pergerakan Siklus ini juga terjadi pada perjalanan peradaban Manusia, Tumbuh berkembang hingga mencapai puncak kemudian hancur, terus lahir lagi, begitu seterusnya. Di saat peradaban sampai di puncak kecanggihan, biasanya diikuti kerusakan Keseimbangan yang sangat parah, baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di saat itulah diutus para Nabi-Nabi, para Rasul-Rasul, pejuang-pejuang keseimbangan untuk mengingatkan umat manusia agar segera bertaubat memperbaiki keseimbangan sebelum datang kehancuran yang sangat dahsyat.Â
Perlu sekali untuk disadari bersama, bahwa kehancuran besar yang terjadi adalah proses pemulihan keseimbangan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-Keseimbangan yang lain. Di atas puing-puing Kehancuran peradaban yang Timpang akan tampil Kekuatan Sosial Baru yang dipimpin oleh para Rasul-Rasul, para Nabi-Nabi pada masanya. Mereka menegakkan ajaran kebaikan, membangun Tatanan Kehidupan yang Seimbang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sepeninggal para pejuang-pejuang keseimbangan, teknologi dan peradaban berkembang semakin maju, sistem keseimbangan mulai tercabik-cabik kembali, hingga pada akhirnya kembali terjadi kehancuran global. Begitu seterusnya berulang-ulang hingga saat ini.
Nah, bagaimana dengan kondisi saat ini? Yang jelas, teknologi mesin-mesin perang yang ada saat ini lebih dari cukup untuk meluluhlantakkan sebagian besar dari permukaan bumi. Berbagai bencana alam yang semakin marak di muka Bumi sudah menandakan bahwa kerusakan Keseimbangan Alam berada pada fase yang sangat kritis. Coba bila kita tarik ke dalam prinsip sejarah yang berulang atau siklus sejarah. Musibah perang dunia yang dipadu dengan gempa bumi dan kelaparan dimana-mana terjadi pada masa Yesus, yang kemudian berulang lagi menjadi perang besar pada masa Muhammad. Ketahuilah, ada perang besar pada masa Muhammad, yakni yang satu digambarkan dalam QS Al-Fil dan yang satunya lagi digambarkan dalam QS Ar-Rum.Â
Meskipun para Ahli Kitab menggambarkan peradaban pada masa Muhammad sangat terbelakang, tapi di Al-Qur'an berkata lain! Konvoi pasukan kavaleri Al-Fil dihancurkan oleh Squadron tempur udara Ababil yang menjatuhkan bom radiasi atau bom kimia yang bila terkena akan hancur seperti daun yang dimakan ulat. Surat Al-Fil ini menandakan bahwa perang besar pada saat kelahiran Muhammad sudah menggunakan teknologi yang canggih, sebagai pertanda bahwa peradaban sudah relatif maju pada saat itu.Â
Kemudian lebih dari 50 tahun setelahnya, ketika kehidupan sudah di puncak kerusakan, Muhammad beserta pejuang-pejuang keseimbangan sudah berupaya menyampaikan sebuah peringatan akan datangnya malapetaka besar, mengingatkan manusia untuk bertaubat, menyelamatkan diri dari bencana yang mengerikan. Namun sayang, hanya segelintir yang mau mendengar peringatan Muhammad, hingga pada akhirnya perang besar antara dua kekuatan dunia benar-benar meletus, sebagaimana yang digambarkan dalam QS Ar-Rum. Sebuah Perang global antara dua kelompok penguasa dunia, Persia Baru dan Romawi Timur . Tentunya, teknologi yang dipergunakan jauh lebih berkembang dan lebih dahsyat dibandingkan dengan perang yang dikisahkan dalam QS Al-Fil. Kedahsyatan perang inilah yang menjungkirbalikkan peradaban maju menjadi terbelakang.Â
Setelah lebih dari satu milenium, teknologi mulai bangkit kembali, hingga pada 1939 kembali terjadi perang besar, Perang Dunia 2, perang yang menelan korban 60 hingga 80 Juta jiwa. Perang Dunia 2 ini identik dengan perang dalam kisah QS Al-Fil, kedua perang tersebut sama-sama ditutup dengan dijatuhkannya bom atom, bom radiasi. Gambaran semua perang besar di atas akan berulang menjadi Perang Dunia 3. Dengan kata lain, Perang Dunia 3 akan terjadi sebagai perulangan dari Perang Dunia 2, perulangan yang terjadi pada masa Muhammad, perulangan yang terjadi pada masa Yesus dan Rasul-Rasul sebelumnya. Jadi, untuk membaca tanda-tanda akan terjadinya Perang Dunia 3 ini, kita bisa menarik dari data Sejarah perang-perang besar sebelumnya. Bisa mulai dari masa Yesus, ditambah data pada masa Muhammad. Tentunya data yang paling lengkap adalah data pada Perang Dunia 2.Â
Kita simak catatan Sejarah latar belakang sebelum terjadinya Perang Dunia 2. Diawali dengan Pandemi Flue Spanyol pada Februari 1918 - April 1920 yang membunuh Puluhan Juta Manusia, kemudian berlanjut dengan Great Depression atau Krisis Ekonomi Dunia. Dalam kondisi ekonomi yang krisis, perlombaan senjata justru semakin gencar dan terjadi ristalisasi aliansi kekuatan militer. Blok Sekutu yang berhadapan dengan Blok Poros yang meliputi aliansi Jerman, Jepang dan Italia. Mari kita bandingkan dengan kondisi saat ini, Pandemi Covid-19 semakin merebak hingga sekarang, kemudian memacu Krisis Ekonomi Global yang menimbulkan gesekan atau tekanan antar negara. Dalam situasi kondisi Dunia yang memanas di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Eropa, maka masing-masing negara berupaya meningkatkan anggaran pertahanan militernya. Terjadilah perlombaan persaingan persenjataan semakin gencar, blok-blok militer semakin menampakkan kesolidannya. Perualangan Perang Dunia 2 menjadi Perang Dunia 3 semakin jelas.Â