Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menggiring Kucing Liar Menjadi Ramah dan Familiar

22 Agustus 2022   03:28 Diperbarui: 2 Agustus 2023   14:43 2142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: kompas.com

#Kebiri Hewan Liar

Fenomena tentang seorang perwira tinggi TNI berinisial Brigadir Jendral (Brigjen) menjadi pelaku penembakan terhadap sejumlah kucing di lingkungan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, Bandung, Jawa Barat, dengan alasan ingin menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan dari Kucing Liar, mengundang perhatian bagi siapapun yang peduli terhadap sebuah keseimbangan lingkungan ekosistem. 

Oleh karenanya, tindakan tersebut, yakni membantai kucing-kucing liar dengan dasar dan alasan hanya demi ngin menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan dari Kucing Liar, apakah sebuah tindakan yang dapat dibenarkan dari sudut pandang perikehewanan, maupun perikemanusiaan? 

Pun demikian halnya, fenomena terhadap Kucing Liar yang dianggap sebagai gangguan kebersihan dan kenyamanan lingkungan, yang dijawab oleh manusia dengan cara dibantai ataupun dikebiri guna menghambat peledakan populasinya, apakah juga sebagai solusi arif nan bijaksana sebagai jawaban dari manusia yang beradab?

Mari kita kembalikan kepada hakikat Alam Semesta dengan segala isinya dalam pemahaman tentang ekologi dan ekosistem yang telah dirancang bangun oleh Tuhan Semesta Alam dengan maha seimbang dan sempurna ...

Ekologi dan Ekosistem

Ekologi sebagai cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup dengan mahluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitar. 

Dalam ilmu lingkungan, ekologi dijadikan sebagai ilmu dasar untuk memahami interaksi di dalam lingkungan. Dimana komponen yang terlibat dalam interaksi ini dapat dibagi menjadi komponen biotik (hidup) dan abiotik (tak hidup). 

Sistem ekologi ini terbentuk dari kesatuan dan interaksi antarkomponen penyusun ekosistem yang saling berhubungan satu sama lain.

Selanjutnya, analisis ekologi ini dapat digunakan oleh manusia untuk menciptakan lingkungan hidup berkelanjutan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan kelestarian, serta kesejahteraan. 

Asas-asas ekologi digunakan dalam menganalisis lingkungan hidup manusia, pertambahan penduduk peningkatan produksi makanan, penghijauan, erosi, banjir, pelestarian plasma nutfah, dan hewan-hewan langka, koleksi buah-buahan langka, dan pencemaran lingkungan.

Suatu sistem ekologi disebut sebagai ekosistem. Susunan dari ekosistem ialah seluruh organisme yang berfungsi bersama dalam suatu wilayah yang berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. 

Interaksi ini membentuk aliran energi yang menghasilkan struktur biota yang jelas dan siklus materi antara bagian hidup dan tak hidup. Struktur yang sama terbentuk dalam berbagai ekosistem yang berbeda. 

Semua ekosistem memiliki komponen biotik dan abiotik. Komponen biotiknya dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat trofik-nya. Semua ekosistem juga memiliki fungsi utama yang sama, yaitu mengalirkan energi dan membentuk siklus materi.

Di dalam ekosistem terkandung suatu 'jaring-jaring makanan' atau siklus makanan yang merupakan hubungan alami dari 'rantai-rantai makanan' dan representasi grafis dari proses  'makan dan dimakan' dalam komunitas ekologis. Jaring-jaring makanan disebut juga sistem sumber daya konsumen.

Sumber Gambar: kompas.com
Sumber Gambar: kompas.com

Jaring-jaring Makanan dan Rantai Makanan

Para ahli ekologi secara luas dapat menggolongkan semua bentuk kehidupan ke dalam salah satu dari dua kategori yang disebut tingkat trofik, yakni tingkat dalam rantai makanan dimana suatu organisme memperoleh energi yang terdiri dari, autotrof dan heterotrof.

Dalam memelihara tubuhnya, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi. Autotrof menghasilkan bahan organik dari zat anorganik, termasuk mineral dan gas seperti karbon dioksida. 

Reaksi kimia ini memerlukan energi, yang terutama berasal dari Matahari dan melalui fotosintesis, meskipun jumlah yang sangat kecil berasal dari ventilasi hidrotermal dan mata air panas. 

Ada gradien antara tingkat trofik dari autotrof murni yang memperoleh satu-satunya sumber karbon dari atmosfer, ke miksotrof (seperti tumbuhan karnivor) yang merupakan organisme autotrof yang sebagian memperoleh bahan organik dari sumber selain atmosfer, dan heterotrof murni yang harus makan untuk mendapatkan bahan organik. 

Keterkaitan dalam jaring-jaring makanan menggambarkan rantai makanan, seperti di mana heterotrof memperoleh bahan organik dengan memberi makan pada autotrof dan heterotrof lainnya.

Jaring-jaring makanan adalah ilustrasi yang disederhanakan dari berbagai metode makan yang menghubungkan suatu ekosistem ke dalam sistem pertukaran terpadu. Ada berbagai jenis hubungan makan yang secara kasar dapat dibagi menjadi herbivor, karnivor, pebangkai dan parasitisme. 

Beberapa bahan organik yang dimakan oleh heterotrof, seperti gula, menyediakan energi. Autotrof dan heterotrof ada dalam berbagai ukuran, dari mikroskopik hingga berton-ton dari cyanobacteria hingga redwood raksasa, dan dari virus dan bdellovibrio hingga paus biru.

Konsep siklus makanan, rantai makanan, dan ukuran makanan mengorganisasikan spesies menjadi kelompok fungsional, yang menjadi dasar bagi dinamika trofik dan betapa pentingnya peran organisme dekomposer dalam sistem klasifikasi trofik. 

Gagasan tentang jaring-jaring makanan memiliki pijakan sejarah, termasuk 'bank terjerat', 'jaring kehidupan, jaringan hubungan rumit', dan mengacu pada pembusukan oleh cacing tanah, dimana dia berbicara tentang 'gerakan terus-menerus partikel tanah', sebagaimana pernah disinggung oleh Chales Darwin. Dimana telah disdeskripsikan tentang alam sebagai 'satu jaring kehidupan yang berkelanjutan'.

Begitulah deskripsi ringkas tentang ekosisitem yang di dalamnya terkandung jaring-jaring makanan dan rantai makanan, manakala kita mau memahami soal lingkungan dengan sistemnya sebagai rangkain yang terkait dan tak terpisahkan, sebagai bagian dari alam semesta yang dirancang bangun oleh Tuhan dengan teknologi canggih, maha seimbang dan sempurna.

Oleh karenanya, berhadapan dengan fenomena Kucing Liar sebagai salah satu aspek dari ekosistem, jaring-jaring makanan, maupun rantai makanan, maka meledaknya poupulasi hewan kucing di lingkungan kita, seharusnya disadari sebagai hukum pasti alam, yakni dalam perspektif sebab-akibat. 

Artinya, sebab telah terjadi ketimpangan dalam suatu ekosistem yang asal muasalnya sistematis, maka peledakan populasi Kucing Liar, yang berarti pula terjadi ketidakseimbangan, adalah sebuah akibat yang tentunya harus ditelusuri akar masalahnya secara seksama guna menyikapi secara arif nan bijaksana. Bukan sebaliknya, malah membabi buta. 

Inilah yang saya maksudkan sebagai sudut pandang perikehewanan dan perikemanusiaan yang adil dan beradab sesama mahluk ciptaan Tuhan Semesta Alam.

Saya tandaskan lagi, pertanyaan yang patut diajukan di sini adalah,

  • Apakah pembantaian terhadap Kucing Liar dengan dalil dan dalih demi kebersihan dan kenyamanan lingkungan, lantaran dianggap mengusik lingkungan hidup manusia adalah suatu sikap yang arif nan bijaksana?
  • Pun demikan halnya, apakah kebiri atau pengebirian terhadap kucing liar dimaksud, juga sebagai langkah solusi yang tepat dalam mengikis sebuah anggapan ketidaknyamanan oleh manusia dalam konteks lingkungan dan keberadaan hidup manusia sesama mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa?

Dalam hal 'kebiri', yang disebut juga 'pengebirian' atau 'kastrasi', merupakan tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi 'testis' pada jantan atau fungsi 'ovarium' pada betina. 

Pengebirian dapat dilakukan pada hewan ataupun manusia. Yang demikian ini, apakah bukan sebagai melawan kehendak alam, hukum alam sebagai hukum Tuhan atas ciptaan-Nya yang telah dirancang bangun dalam prinsip keseimbangan dan maha sempurna?

Sumber Gambar: dokpri
Sumber Gambar: dokpri

Kucing dan Tikus

Berikut ini, sekedar nukilan kisah dari fakta yang saya alami sendiri manakala berhadapan dengan fenomena 'Kucing dan Tikus' di lingkungan dimana saya beserta keluarga batih hidup dan berada.

Terhadap tikus, siapapun dan keluarga manapun, pasti merasakan dan memberikan penilaian yang hampir 90% sama, yakni dianggap binatang yang paling menjengkelkan yang dianggap sebagai pengusik kebersihan dan kenyamanan lingkungan rumah.

Mulai dari alat pengusir tikus, racun tikus dengan segala produksi dan merek, saya terapkan selama bertahun-tahun, hanya dalam rangka memberantas tikus karena dianggap mengganggu kebersihan dan kenyamanan di rumah, utamanya bila sudah menjamah dan mengobrak-abrik di bagian persediaan makanan di rumah. 

Selama bertahun-tahun itu pula, belum dikata sukses dalam artian yang sesungguhnya, yakni dalam menciptakan kebersihan dan kenyamanan rumah yang disebabkan oleh gangguan hewan bernama tikus.

Begitu saya mengkaji kembali materi konsepsi tentang ekosistem, jaring-jaring makanan, serta rantai makanan, dan melalui diskusi yang cukup panjang dengan keluarga dan kawan-kawan, sudah seharusnya saya bersikap elegan dalam menghadapi persoalan Kucing dan Tikus yang fenomenal dengan label 'liar'.

Maka, saya mencoba mengundang Kucing Liar yang di setiap waktu berseliweran di sekitar rumah yang mendapatkan stempel menjengkelkan bagi istri saya, karena sama juga ceritanya, yakni acapkali 'nyolong' persediaan makanan di rumah, terutama yang tersesedia di meja makan sebagai santapannya di kala sang Kucing sudah tak menemukan lagi pakannya.

Dengan cara menyiapkan pakan Kucing yang saya beli dari toko penyedia pakan Kucing. Saya memilih pakan dimaksud yang harganya paling rendah, Rp 18.000/kg. Saya siapkan pakan Kucing di mangkok plastik secukupnya di teras rumah dalam rangka memancing para Kucing supaya singgah di rumah saya. 

Alhasil, mereka para Kucing Liar yang sebelumnya sangat sulit 'ditaklukkan' untuk bisa familiar, ternyata lambat laun seiring dengan jalannya waktu, akhirnya bisa! 

Bahkan, sebab dari saya yang saban watu menyediakan pakan khusus untuk mereka, suatu ketika, salah satu dari sang Kucing Liar yang dijuluki oleh sang istri dan para ibu tetangga sebagai 'Kucing Preman' itu, memasuki rumah dan mengitari meja makan yang tersedia makanan yang biasanya diembatnya di kala sang empunya makanan sedang lengah, benar-benar tak ada keinginan untuk menjamahnya.

Sebaliknya, gerakan sang Kucing Liar yang sudah tak lagi liar saat memasuki rumah, ternyata mengendus-endus dengan indera penciumnya yang tajam itu, hanya untuk berburu tikus yang sedang ngendon di persembunyianya, di salah satu ruangan di rumah.

Tercatat, selama sang Kucing Liar memasuki rumah karena memang saya fasilitasi, 8 ekor Tikus pengganggu kebersihan dan kenyamanan rumah itu, berhasil ditangkapnya! Alahamdulillah, Puji Tuhan, saya senang menyaksikannya ...

Singkat cerita, sejak saat itulah, sejak saya yang berupaya mendapatkan jawaban bagaimana bersolusi terhadap para Liar, Kucing dan Tikus yang telah terlanjur mendapatkan label Liar dan Pengusik Kebersihan dan Kenyamanan Lingkungan Rumah, real berakhir! 

Sebagian dari tetanga pun mengadopsi cara saya dalam bersolusi menghadapi mahluk ciptaaan Tuhan Semesta Alam yang dianggap sebagai Pengganggu Kebersihan dan Kenyamanan Rumah secara mangkus dan sangkil ...

Simpulannya, manakala sebuah ekosistem dengan jaring-jaring makanan dan rantai makanannya ada yang terputus atau terganggu, maka hukum pasti alam terhadap lingkungan akan menerima akibatnya, salah satunya label "liar" dan mengganggu kebersihan dan kenyamanan ditahbiskan kepada mereka, para Kucing dan Tikus ...

Sekian dan terima kasih. Salam Seimbang, Satu Bangsa Indonesia_Nusantara ...

***

Kota Malang, Agustus di hari kedua puluh dua, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun