ratna mutu manikam beruntai zamrud katulistiwa
negeri seribu pulau yang memukau di tengah jagat rayaÂ
bagi yang memandang selayang pandang
gemah ripah loh jinawi tata tentrem rukun raharja, subur kang sarwa tinandur
bagi yang menangkap dari dongeng legenda cerita konon katanya
begitukah antara nyata dan wacana?
dari mana nyata dikata sejahtera, bila tak berdaya
terbelengu oleh sangkutan kian menggunung?
dimanakah makna sejahtera yang sesungguhnya?
tumpur menyembul binasa melanda menganga
membungkam negeri tanah merdeka dalam ayunan retorika
tentang subur makmur berkelana dalam kata-kata
merebak di setiap pidato, kuliah, pesta upacara bersimbah dusta
membungkam duka nestapa mereka yang tak berdaya, tak punya kuasa
negeri seribu pulau terperangkap tergilas oleh keecek-ecekan, mengangkangi adab kemanusiaan
lumpuhkan hukum dan keadilan bagi anak negeri, bagi anak bangsa
pilu tersayat sembilu dalam bual bujuk rayu dari penggenggam kuasa
pada mereka yang masih hidup dalam bayang-bayang dan angan
dalam tanya sederhana, sampai kapankah ini semua akan berakhir?
kami 'tlah terlanjur cinta pada bangsa dan negeri ini
dan, kami bukanlah jiwa-jiwa yang gampang dibeli
oleh siapapun dengan harga berapapun
karena kami tak pernah menggadaikan, menjual diri kami
hanya karena demi bangsa dan negeri ini
hingga Sang Ilahi mengambil nyawa kami
bukan karena pahala atau dosa , bukan pula karena surga atau nerakaÂ
padamu negeri kami berjanji ...Â
merdekakalah dan siapkanlah untuk menjadi yang sungguh benar, merdeka!
Kota Malang, Agustus di hari keenam, Dua Ribu Dua Puluh Dua.Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H