Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencari Tuhan

3 Juni 2022   17:26 Diperbarui: 3 Juni 2022   22:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

apa yang kau cari?

aku sedang mencari Tuhan ...

sepenggal timbal cakap dua anak manusia

bapak-anak, guru-murid, begawan-cantrik ...

 

dituturkan begitu detil oleh sang pencari itu

mengapa selalu datang kemari tiada putus

berdiskusi dan berdiskusi demi memperkokoh jadi diri

berharap menjadi manusia sejati dalam naungan otoritas Sang Maha Pencipta Segala

jadi, karena itu engkau selalu kemari? 

laksana api nan tak kunjung padam membakar hati, jiwa dan alam pikiranmu ...

ya, begitulah bapa guru, salahkah aku?

tak ada yang salah dalam dirimu, nak

dan, engkaulah satu-satunya yang langka dari sekian anak manusia yang pernah kutemui

singgah kemari berhadap-hadapan denganku, tak kenal jemu, haus tahu dalam berburu ilmu ...

sesungguhnya, akupun tak jauh beda denganmu

keberadaanmu denganku hanyalah soal selisih waktu

perjalanan kita, lebih dulu aku daripada engkau dalam menapak

capaian akan tujuan hidup berwujud nyata, sebagaimana maunya Tuhan?

sama, nak, belum apa-apa!

karena aku tak ingin dikata sebagai sang piawai hanya dalam tutur kata belaka

sementara, wujud nyata sebagai bukti padunya kata dan tindak nyata, belum nampak jua ...

kita tengah sama-sama berjuang mendapatkan dan mewujudkan restu-Nya, nak

camkan itu!

 

sang pencari pun diam tertegun

kagum nan takjub atas sikap sang bapa, sang guru, sang begawan

sebab di matanya, sosok yang selalu jadi pendamping bercengkerama

adalah sang rendah hati yang tak pernah membusung dada

bermitos, berharap pengkultusan junjungan, apalagi mengharapkan bayaran dari sesama ciptaan-Nya ...

terima kasih, bapa, guru, begawan, juga sebagai kawan bicaraku

gumam sang pencari ...

 

Kota Malang, Juni hari ketiga, Dua ribu dua puluh dua,

"Saat harus kutuangkan di ruang ini, tentang perjalanan dalam pencarian hakikat hidup dalam kehidupan ..."

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun