Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pandemi Itu Delusi

4 Februari 2022   00:18 Diperbarui: 5 Februari 2022   14:21 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Jikalau Pikiran Menyatakan 'Tidak', Jangan Sekali-kali Mulut Berucap 'ya'".

(Filsuf Liar_Jalanan)


menuruti kontemplasi, intuisi maupun halusinasi

yang seolah penbenaran dari asumsi

landasan berpikir yang dianggap benar

dari para penyandang  jubah pemikir ternama dan tenar

lalu diikuti oleh para kebanyakan berstempelkan awam

yang begitu gampang dibungkam

oleh suguhan cetusan membuai mengayun 

dalam alunan simponi merdu mendayu syahdu

namun serba kelabu, sarat tipu-tipu

berujung layu membisu, tak kuasa menyanggah

meski hanya kata sepatah di ranah sendiri 

yang seharusnya merdeka di bawah kedaulatan Tuhan

gaung pandemi bernotasi 19 pun menyeruak

mendunia meluluhlantakkan nasib tiap bangsa

meski telah berkesempatan sebagai bangsa merdeka

yang diberkati, dirahmati Sang Maha Kuasa

seperti yang tertoreh dan terpatri dalam deklarasi

pun diakui di sepenjuru bumi

kini ganti harus diakui pula jadi mati suri

oleh hasutan iblis berwujud gerombolan manusia

mengkerdilkan, merendahkan segala titah-Nya

yang seharusnya diejawantahkan

di setiap relung hidup dan kehidupan 

budaya dan peradaban manusia

sekali lagi, kunyatakan di sini

di puisi ini, bahwa pandemi dengan notasi 19

adalah delusi yang tak perlu dituruti

bila kita masih memiliki jati diri

sebagai hamba Ilahi, pejuang penegak tatanan seimbang

dalam realitas hidup yang jelas berorientasi kembali kepada Sang Ilahi ...

Kota Malang, Februari  yang dihiasi oleh maunya Ilahi - bukan maunya iblis, tahun 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun