yang seharusnya diejawantahkan
di setiap relung hidup dan kehidupanÂ
budaya dan peradaban manusia
sekali lagi, kunyatakan di sini
di puisi ini, bahwa pandemi dengan notasi 19
adalah delusi yang tak perlu dituruti
bila kita masih memiliki jati diri
sebagai hamba Ilahi, pejuang penegak tatanan seimbang
dalam realitas hidup yang jelas berorientasi kembali kepada Sang Ilahi ...
Kota Malang, Februari  yang dihiasi oleh maunya Ilahi - bukan maunya iblis, tahun 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H