Keterkaitan dengan modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi dan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi sangat erat kaitannya dengan modul 2.3. coaching untuk supervisi akademik. Â Pembelajaran berdiferensiasi diberikan di kelas sesuai dengan pemahaman sebagai berikut : 1) Pembelajaran berdiferensiasi bersifat proaktif; 2) Pembelajaran berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif; 3) Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian; 4) Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk; 5) Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid; 6) Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual; dan 7) Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, setiap murid difasilitasi untuk mengembangkan potensi terbaiknya. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada murid untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru dapat memaksimalkan perkembangan potensi yang dimiliki murid melalui proses identifikasi kebutuhan belajar yang tepat.
Dalam modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional diberikan kepada murid agar memiliki : 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen diri, 3) Kesadaran sosial, 4) Keterampilan berelasi, dan 5) Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk membantu mengelola aspek sosial dan emosional diri sendiri yang berperan sebagai guru dan dapat menerapkan pembelajaran sosial emosional guna mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak komunitas sekolah. Penerapan pembelajaran sosial emosional memiliki manfaat bagi murid dalam mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Sikap positif yang dimaksud yaitu, memiliki empati dan kepercayaan terhadap diri sendiri.
Keterampilan Coaching dengan Pengembangan Kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran
Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. Berikut ini adalah kompetensi inti coaching :
- Kehadiran Penuh/Presence merupakan kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.Â
- Mendengarkan Aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk
- Mengajukan Pertanyaan Berbobot. Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Setelah mempelajari bagaimana mendengarkan aktif, berikut ini adalah salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.
R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan sema informasi yang disampaikan coachee. Â
A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee.
S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama.
A (Ask/Tanya) mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan.
Sebelum membahas dan memberikan contoh alur yang spesifik dari setiap percakapan coaching di atas, menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun murid.