Mohon tunggu...
Dyah Nopitasari
Dyah Nopitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan BK UNESA

Mulai sekarang atau tidak sama sekali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Salah Jurusan, Bagaimana Mencegahnya?

11 Juni 2023   05:29 Diperbarui: 11 Juni 2023   05:41 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Satu hal yang saya sesali dalam hidup adalah asal-asalan milih jurusan. Entah apa yang membuat saya memilih jurusan ini, mungkin karena tergiur dengan stigma "keren" dari orang-orang tanpa saya tau apa yang akan saya pelajari dan bagaimana prospek kerjanya" Ujar Ani (nama samaran)

Penggalan kalimat diatas adalah ucapan dari Ani, seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta yang ada di Jawa Timur. Ia mengakui tidak memiliki alasan khusus dalam memilih jurusan. Saat itu ia hanya mengetahui bahwa jurusannya terlihat "keren". Selain itu juga banyak temannya yang memilih jurusan tersebut, sehingga ia memutuskan mengambil jurusan teknik elektro. Walau ia tidak minat dalam pelajaran matematika dan fisika, ia nekat mengambil jurusan tersebut. Yang lebih parahnya lagi, ia tidak mengkomunikasikan pilihannya kepada orang tua dan gurunya. Ia merasa ragu untuk mendiskusikannya karena ia tak memiliki alasan yang kuat dan orang tua nya yang cenderung membebaskan anaknya untuk memilih. Selain itu juga kurangnya bimbingan/pengarahan dari gurunya saat masih duduk di bangku SMA. Namun karena kebebasan itulah, Ani merasa semakin hilang arah dengan berbagai pilihan yang ada. Hingga saat ini ia kesulitan dalam beradaptasi di dunia perkuliahan. Ani kehilangan motivasi sehingga nilainya menurun dan Ani memutuskan untuk berhenti kuliah.

            Dari kisah diatas dapat diketahui bahwa Ani mengalami penyesalan karena salah jurusan. Masalah ini sering dialami banyak orang di Indonesia, diketahui sebanyak 87% mahasiswa Indonesia mengaku bahwa mereka salah jurusan. Data ini diambil dari penelitian yang diselenggarakan oleh Career Center Network (ICCN) tahun 2017. Hal tersebut tentu menjadi kekhawatiran pada masa depan Indonesia, karena banyak calon penerus bangsa yang tidak menempuh pendidikan sesuai minatnya. Sehingga banyak dari mereka yang kehilangan motivasi serta tidak memaksimalkan kemampuannya karena memang bukan jurusan itu yang mereka minati. Masalah tersebut dapat memberikan dampak negatif pada pembangunan negeri ini. Jika posisi pekerjaan yang ditempati bukanlah peminatan serta bakatnya, Apakah hasil dari pekerjaan tersebut akan maksimal? Tentu tidak.

Dari permasalahan di atas dapat diketahui bahwa faktor mahasiswa mengalami salah jurusan adalah:

1. Belum mengetahui bakat dan minatnya

Bakat dan minat adalah sesuatu yang berbeda namun beriringan. Bakat adalah suatu kemampuan seseorang dalam mempelajari suatu bidang dengan waktu yang lebih singkat dari orang lain dengan hasil yang lebih baik. Sedangkan minat adalah ketertarikan seseorang dalam suatu bidang (Wintara, 2017). Kedua hal ini bisa dikembangkan melalui pengenalan dan latihan. Namun nyatanya banyak sekolah yang tidak meyediakan tes bakat dan minat pada siswanya. Selain itu juga kurangnya pengetahuan siswa mengenai jurusan maupun prospek kerja kedepannya. Sehingga para siswa tidak mengetahui bakat dan minatnya hingga kesulitan dalam memilih jurusan.

2. Belum memiliki pendirian

Seseorang yang sulit menentukan pilihan biasanya belum memiliki pendirian yang kuat atau bisa kita kenal dengan labil. Kasus diatas memberikan gambaran bahwa seseorang yang tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sejak kecil, berdampak pada pendiriannya yang lemah. Mereka cenderung mengikuti orang disekitarnya dalam memilih sesuatu. Orang tua adalah sosok terdekat yang mengenali bagaimana keseharian anaknya. Orang tua juga pendidik pertama anaknya yang mengawasi dan memfasilitasi perkembangan anaknya sejak kecil. Selain orang tua, guru adalah faktor penting dalam penyuksesan karir anak. Selain itu juga karena tidak adanya dasar dalam pemilihan keputusannya, seperti "apa alasan saya memilih jurusan ini?", "apakah sudah sesuai dengan potensi saya?", "bagaimana prospek kerja kedepannya?" dll. Sehingga anak tersebut memutuskan untuk mengikuti teman-temannya dalam mengambil keputusan. 

3. Kurangnya arahan dari guru

Peranan guru sangat penting untuk peserta didik dalam memilih jurusan. Peran guru dalam UU No. 14 tahun 2005 bukan hanya mendidik dan mengajarkan materi pelajaran pada siswanya , namun juga membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai impiannya. Namun melihat kasus diatas, guru yang hanya memberikan materi pelajaran tanpa mengarahkan siswanya yang sedang kesulitan dalam menentukan sesuatu. Terbukti dengan kebingungan anak tersebut dalam menentukan pilihan, karena kurangnya peran guru untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam menentukan karirnya kedepan.

            Adapun upaya untuk mencegah permasalahan salah jurusan sebagai berikut:

1. Mengadakan Tes Bakat dan Minat

Tes bakat dan minat ini bisa menjadi solusi untuk siswa yang ingin melanjutkan studi maupun karirnya dimasa mendatang. Tes ini memuat pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai bidang pekerjaan. Output dari tes ini adalah memperlihatkan bakat dan minat testee pada suatu bidang. Tes ini hanya bisa diberikan oleh ahli seperti psikolog maupun yang sudah memiliki izin berupa sertifikasi dari lembaga tes. Pemberian tes ini hendaknya diberikan di awal dan akhir periode pada setiap jenjang pendidikan, karena sifat manusia yang dinamis maka hasil tes ini bisa saja berubah seiring bertambahnya usia dan pemahaman testee. Guru BK memiliki peran penting dalam penyelenggaran tes ini, dimana guru BK bekerja sama dengan ahli seperti psikolog untuk dapat menyelenggarakan tes ini. Namun tidak hanya dengan menyelenggarakan tes saja, guru BK juga harus menindak lanjuti hasil tes setiap peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai bakat dan minatnya serta mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

2. Memberikan Dukungan Sosial kepada Anak

Dukungan orang tua berdampak besar pada pilihan anak dalam pendidikan dan jenis pekerjaan. Anak akan mempertimbangkan informasi atau saran orang tua dalam hal apa pun (Sulistyawati, 2017). Menurut Cutrona, (Cutrona, 2004) ada beberapa aspek dukungan sosial dari orang tua yang berpengaruh dalam keputusan anak dalam mengambil jurusan. Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

  • Keterikatan (Attachment), apabila seorang anak memiliki kelekatan emosional yang baik dengan orangtua nya, maka ia akan mampu berpikir serta bertindak dengan lingkungan luar serta dapat memilih jurusan yang diinginkan. Oleh karena itu orang tua hendaknya membiasakan untuk berkomunikasi dan mengajak anaknya untuk berdiskusi setiap harinya agar anak bisa terbuka dan muncul perasaan aman.
  • Integrasi Sosial (Social Integration), orang tua harus memberikan masukan dan saran (Informational Support) kepada anak dalam berbagai hal sehingga informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil jurusan yang tepat.
  • Pengakuan (Reassurance of Worth), Orang tua perlu memberikan pengakuan pada anak mengenai potensinya. Apabila anak mendapatkan pengakuan, maka ia akan lebih percaya diri dalam mengembangkan potensinya sehingga ia dapat memilih jurusan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
  • Hubungan yang dapat diandalkan (Reliable Alliance), hubungan orang tua dan anak sangat berpengaruh dalam pemutusan pilihan jurusan. Apabila hubungan keduanya baik, maka anak dapat merasa tenang dan menganggap orang tua dapat diandalkan dalam membantu dalam berbagai kondisi termasuk memilih jurusan.
  • Bimbingan (Guidance), orang tua adalah madrasah pertama anaknya. Salah satu peranan orang tua dalam menyukseskan pendidikan anaknya adalah dengan membimbing anaknya sesuai dengan minat dan potensinya. Membimbing disini bukan hanya sekedar memberikan pelajaran atau pengetahuan, namun juga memfasilitasi anak dengan menyediakan kebutuhan sesuai dengan bidang yang ia sukai. Namun perlu digaris bawahi bahwa keterlibatan orang tua hanya sekedar membimbing dan mengarahkan sesuai dengan minat dan potensi anaknya, orang tua dilarang untuk memaksakan kehendaknya dalam mengambil keputusan anak.
  • Kesempatan untuk Mengasuh (Opportunity for Nurturance), jika seorang anak dapat mengandalkan dirinya maka kesempatan untuk merasa dibutuhkan akan tumbuh. Untuk menciptakan hal tersebut bisa dengan harapan orang tua. Harapan orang tua yang menginginkan anaknya untuk mencapai mimpinya dan sukses dalam bidangnya bisa memicu anak tersebut untuk merasa dibutuhkan. (Dahani & Abdullah, 2020) 

3. Memaksimalkan Peranan Guru

Permasalahan salah jurusan ini perlu di cegah, salah satunya dengan memaksimalkan peranan guru di sekolah. Guru hendaknya memberikan pengarahan serta mendampingi siswanya dalam berbagai hal yang menyangkut perkembangannya. Guru BK memiliki peran khusus dalam membantu siswa menentukan karirnya. Guru BK berkewajiban untuk memberikan layanan baik bimbingan maupun konseling di bidang belajar, sosial, pribadi maupun karir. Pemberian bantuan ini bukan hanya tugas guru BK saja, namun seluruh staf yang ada di sekolah. Guru BK dapat bekerja sama dengan wali kelas serta guru mata pelajaran untuk memberikan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap peserta didik. Misalnya guru BK dapat memberikan layanan bimbingan karir yang bisa dilaksanakan baik kelompok maupun klasikal mulai dari semester 1 hingga menjelang lulus secara rutin dengan materi yang disesuaikan capaian aspek perkembangan peserta didik di setiap jenjang.

            Salah jurusan merupakan fenomena yang sangat lazim ditemui di negeri ini. Banyak sekali faktor yang menyebabkan permasalahan ini bisa terjadi. Beberapa faktor tersebut seperti peserta didik yang belum mengetahui bakat dan minatnya, belum adanya pendirian yang kuat, serta peran guru yang kurang maksimal . Namun itu semua bisa dicegah dengan melibatkan seluruh pihak seperti pemberian tes bakat dan minat, dukungan sosial dari orang tua, dan memaksimalkan peranan guru di sekolah sehingga menjadikan peserta didik mampu merencanakan karirnya secara matang. Permasalahan salah jurusan ini perlu dicegah demi masa depan bangsa yang gemilang.

Referensi

Cutrona, E. (2004). Handbook of Social Support Communication in Families.

Dahani, & Abdullah, S. M. (2020). Pengambilan Keputusan Jurusan Ditinjau Dari Dukungan Sosial Orangtua Pada Mahasiswa. Seminar Nasional Hasil Penenlitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat, 2008, 386--391. https://semnaslppm.ump.ac.id/index.php/semnaslppm/article/view/178

Sulistyawati, N. L. (2017). Pengaruh Minat, Potensi Diri, Dukungan Orang Tua, dan Kesempatan Kerja terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1-12.

Wintara, I. M. S. (2017). Pentingnya Peran Guru dalam Meningkatkan Bakat dan Kreativitas Siswa Melalui Ekstrakurikuler. March.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun