Di balik tirai waktu yang samar, Â
terbentang jalan berdebu kenangan. Â
Langkah kecilku pernah terpahat di sana, Â
berlari di antara harapan dan luka. Â
Saat embun pagi menyapa lembut, Â
aku teringat senyum yang tak lagi utuh. Â
Ada tawa yang menggema di sudut hati, Â
namun kini hanya gema sunyi yang menanti. Â
Aku kembali ke pelukan masa lalu, Â
menyisir bayang-bayang yang sempat berlalu. Â
Ada cinta yang tak sempat terucap, Â
ada maaf yang tersimpan dalam gelap. Â
Kudengar gema suaramu di angin senja, Â
bisikan halus yang menghangatkan jiwa. Â
Namun waktu tak mau berkompromi, Â
ia melesat, meninggalkan ilusi. Â
Kini aku berdiri di batas ingatan, Â
mencoba merajut luka jadi kekuatan. Â
Karena masa lalu tak pernah benar-benar hilang, Â
ia hidup dalam jiwa, menjadi terang. Â
Biarkan ia jadi guru yang bijak, Â
yang mengajari makna setiap jejak. Â
Dan pada masa kini, aku melangkah, Â
dengan hati penuh doa dan arah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H