Mohon tunggu...
Dyah Eka Kurniawati Hadiyanto
Dyah Eka Kurniawati Hadiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Forensik Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya

Salam kenal semua, basic pendidikan saya dari Teknologi Laboratorium Medis dan saat ini sedang melanjutkan study di Sekolah Pasca sarjana Universitas Airlangga, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembaran Mayrina (Dimuat di Majalah HAI)

27 November 2022   19:28 Diperbarui: 27 November 2022   19:57 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

       "Kalian saling bertemu dimana??"

Aku melirik wajah May sekilas. Sepertinya dia terlihat heran dengan nadaku yang menyebutkan soal Mei-mei. Apa ini karena gosip angin yang sudah beredar luas itu?

       **

Aku tak tahu dengan pasti bagaimana sikap May dan Mei-mei sebagai saudara kembar. Aku heran, saat berangkat atau pulang sekolah, May dijemput dengan sedan hitam mewah setiap hari. Dan saat keluar mobil, hanya May saja yang turun. Mei-mei tak pernah diajak. Aku kasihan melihatnya. Ia seperti di anak-tirikan. Saat istirahat Mei-mei menyendiri dari temannya yang lain. Sejahat itukah May yang tak mau menemani Mei-mei?

Pandanganku terpaku lama pada seorang gadis bergaun putih dan berambut panjang yang sedang duduk di bangku taman. Ia sendiri tanpa seseorang yang menemani. Tanganya sibuk menulis di buku kecil. Aku belum berpindah tempat. Ingin sekali ku temui dia saat itu juga. Pandangan kami saling beradu dari kejauhan. Ia tersenyum semanis mungkin yang tak bisa aku tolak. Senyuman yang menggodaku untuk mendekati dan menemani waktu sorenya di taman.

"Don!!!" panggilan keras itu menggagalkan niatku. Itu suara May yang mencegahku menemui Mei-mei.  Saat ku lihat lagi, bangku di taman sudah tak ada orang. Sepi senyap.

       **

Sepertinya May memang menyukaiku. Namun aku tak suka dengannya. Cara dia menjauhkanku dengan Mei-mei.

May langsung terisak saat aku menyinggung nama Mei-mei, dan ingin sekali bertemu dengannya. Aku bingung karena tetesan air mata May yang deras. Aku diajak ke suatu tempat luas yang sangat sepi. Aku paham. Ini tempat apa. Ini sebuah makam.

"Mei-mei hanya tinggal kenangan, Don." isak May. Aku benar-benar heran dan tak mengerti apa yang teah terjadi selama ini, denganku. May memberiku sebuah buku harian kecil. Itu buku yang aku lihat dibawa Mei-mei kemarin. Ya, benar.

Lembar demi lembar ku buka. Kuserapi mendalam tulisan dan sajak puitis yang ditulis disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun