Beberapa waktu ini sesuatu bernama "Anxiety" kerap menjadi bahan perbincangan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan sedang naiknya tren isu tentang kesehatan mental. Anxiety sendiri merupakan perasaan yang tidak menentu yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa mendatang (Chaplin & Chaplin, 2000).Â
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman & Rohmad, 2010). Kecemasan ringan merupakan hal yang normal, tetapi kecemasan berat dapat menjadi masalah serius
Gejala-gejala anxiety yang bersifat fisik diantaranya adalah jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Sundari, 2005). Anxiety juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1998).
Anxiety atau biasanya berkembang selama periode waktu tertentu, beberapa tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa atau keadaan khusus dapat mempercepat serangan anxiety. Berikut merupakan faktor-faktor pemicu serangan kecemasan antara lain:
- Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
- Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
- Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Salah satu faktor penyebab mahasiswa mengalami adanya anxiety attack pada masa pandemi sekarang adalah sistem pembelajaran secara daring yang dianjurkan oleh pemerintah dan diberlakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia dalam rangka untuk mencegah penyebaran dan penularan wabah virus COVID-19.Â
Wabah Virus COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang dimana kasus pertama kali ditemukan pada akhir tahun 2019, kini telah hampir memasuki tahun kedua dalam penyebarannya yang melanda 215 negara di dunia. Penyebaran virus COVID-19 memberikan dampak yang hampir mempengaruhi seluruh aspek kehidupan yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia di dunia. Salah satunya adalah, aspek pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi.
Dalam upaya pencegahan penularan dan penyebaran virus ini, Pemerintah Indonesia telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka dan menggantinya dengan perguruan tinggi menyelenggarakan pembelajaran secara daring melalui Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 Tahun 2020. Dalam surat edaran yang disebarkan, memuat 10 poin yang salah satunya ialah perintah untuk menerapkan pembelajaran daring (Yandwiputra, 2020).
Pembelajaran daring adalah suatu metode belajar mengajar yang menggunakan teknologi digital yang dilengkapi dengan jaringan internet dengan aksesibilitas, fleksibilitas, konektivitas, serta kemampuan untuk mendorong interaksi pembelajaran (Moore, Dickson-Deane, & Galyen, 2011).Â
Selain membutukan koneksi internet, pembelajaran daring juga membutuhkan perangkat seperti smartphone Android, iPhone, laptop, komputer, tablet, dan perangkat lainnya yang dapat mendukung platform yang dapat membantu proses belajar mengajar dalam jarak jauh. Beberapa platform yang dapat menunjang pembelajaran secara daring ini antara lain adalah WhatsApp, Zoom, Google Meet, Google Classroom, Edmodo, Microsoft Office 365, Quipper School, Ruang Guru, Zenius, dan masih banyak lagi.
Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020) mengungkapkan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran secara daring memiliki kelebihan, tantangan, serta hambatan tersendiri.Â
Kelebihan dari pembelajaran daring menurut Sadikin, A., & Hakim, N. (2020) antara lain adalah menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam kemandirian belajar. Dengan menggunakan aplikasi dan platform yang mendukung pembelajaran online ini, memunculkan sifat tanggung jawab mahasiswa karena aplikasi tersebut menuntut mahasiswa untuk mempersiapkan pembelajarannya secara manual dan mandiri.
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran secara daring juga memiliki tantangan khusus dan hambatan yang tidak ditemukan dalam sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Tantangan khusus tersebut adalah jarak lokasi antara para mahasiswa dengan para dosen yang dimana dosen tidak dapat mengawasi secara langsung aktivitas mahasiswa selama pembelajaran. Sehingga keefektifan akan diberlakukannya pembelajaran secara daring ini perlu dipertanyakan.Â
Khan (2012) berpendapat bahwa sebaiknya pembelajaran daring tidak diselenggarakan dalam waktu yang lama dalam jangka waktu satu harinya karena tingkat pertahanan konsentrasi mahasiswa pada pembelajaran daring lebih lemah dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka.
Dengan tingkat konsentrasi yang rendah tersebut, dapat menyebabkan mahasiswa untuk kesulitan dan menerima dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan dosen dalam perkuliahan yang kemudian hal ini akan menimbulkan anxiety kepada para mahasiswa.Â
Selain itu anxiety pada mahasiswa juga dapat disebabkan karena (1) banyaknya materi perkuliahan yang dipelajari, (2) kurangnya interaksi dengan dosen, (3) kualitas mengajar dosen, (4) metode mengajar dosen, (5) lingkungan belajar, dan (6) banyaknya tugas yang diberikan dosen (Yusoff, M.S., Rahim A.F. 2010, & Yaacob, M. J., 2010).
Seperti yang diketahui stress akan menimbulkan dampak negatif (Rasmun, 2004), terutama pada kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam perkuliahan seperti yang telah dikemukakan oleh Hasanah, U., Ludiana, Immawati, & Livana (2020) bahwa efek samping dari munculnya stress akibat pembelajaran secara daring yaitu:
- Penurunan konsentrasi serta pemusatan perhatian dalam perkuliahan,
- Penurunan minat kepada hal yang dipelajari dalam perkuliahan,
- Terjadinya demotivasi diri, dan
- Menimbulkan perilaku kurang baik (merokok, meminum alkohol, dll.)
Masalah serangan gangguan kecemasan yang diderita mahasiswa apabila tidak segera ditangani dan ditindaklanjuti dapat menimbulkan gangguan psikologis lainnya yang lebih serius seperti depresi.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Maia, dkk. (2020), menunjukkan hasil bahwa siswa yang telah dievaluasi dalam periode pandemi ini memiliki tingkat kecemasan, depresi, dan stress yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa pada masa normal. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya anxiety attack ini yang dapat dilakukan secara individu oleh mahasiswa maupun dari bantuan pihak luar seperti lingkungan keluarga.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk mencegah terjadinya ancaman gangguan kecemasan antara lain adalah mengatur jadwal antara perkuliahan dengan kegiatan rumah, memiliki istirahat yang cukup, melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara rutin, melakukan kegiatan yang disukai, bersosialisasi dengan keluarga atau orang lain, dll. Lalu, hal yang dapat dilakukan oleh keluarga dari mahasiswa adalah dengan memberikan lingkungan rumah yang nyaman dan sehat sehingga dapat memberikan mahasiswa suasanya belajar yang nyaman dan mahasiswa dapat fokus terhadap perkuliahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H