Mohon tunggu...
Dyah Ayu Agustina
Dyah Ayu Agustina Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Perempuan 24 tahun penyuka kopi tapi bukan penikmat senja. Sedang dalam perjalanan menemukan tujuan hidupnya dengan rajin mengutarakan perasaan dan pikiran dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renungan Pinggir Pantai

22 Juli 2021   15:02 Diperbarui: 22 Juli 2021   15:22 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cr: Christopher Ruel/Unsplash.

Lama aku duduk di pinggir lautan asa masa depan

Sepertinya tidak ada kapal yang singgah malam ini

Tidak juga manusia linglung yang berjalan di tepi pantai

Tak ada siapa-siapa

Seperti isi pikiranku saat ini

Laut malam ini tidak dingin

Pun tidak juga angin yang membuatku gerah 

Entah, mungkin udara saja enggan menyapaku 

Mungkin saja kekosonganku telah terlihat dari jarak di balik fatamorgana

Kadang Tuhan memang jahil

Ia sengaja ciptakan kesepian untuk menggoda umatNya agar terbang dengan sayap imajinasinya

Supaya manusia ingat bahwa ada hal-hal lain dalam hidupnya yang harus dipikir ulang

Dirasakan lagi agar tidak mati

Mungkin aku saja yang sudah lumpuh rasa dan karsa

Sepi saja tidak tahu bagaimana rasanya

Salah sangka aku hanya menganggap itu waktu yang disiapkan Tuhan untuk berbicara padaku

Mengingatkanku bahwa hari ini aku lupa berdoa

Mengingatkanku bahwa hari ini aku terus saja mendongak mencari burung yang terbang melalang

Lalu dengan bisikan-Nya, Ia menyadarkanku bahwa aku harus terus berdoa agar sampai pada goa surgaNya

Menyadarkanku bahwa banyaknya burung disana masih kalah dengan ratusan semut yang bergandengan di bawah tanah

Tidak ada burung yang saling menggengam saat yang lain terpuruk

Hanya ada semut yang saling menyatu bahu membahu

Terkadang aku mencari sepi

Agar aku bisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta Sepi

Karena sejahil-jahilnya Tuhan pada akhirnya tetap aku yang lebih banyak menggoda-Nya dengan candaanku yang tidak tahu diri

Yang lupa bersyukur

Yang lupa bahwa hidup ini ramai meski aku lebih menyukai sepi yang lebih menampakkan siapa diriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun