Lama aku duduk di pinggir lautan asa masa depan
Sepertinya tidak ada kapal yang singgah malam ini
Tidak juga manusia linglung yang berjalan di tepi pantai
Tak ada siapa-siapa
Seperti isi pikiranku saat ini
Laut malam ini tidak dingin
Pun tidak juga angin yang membuatku gerahÂ
Entah, mungkin udara saja enggan menyapakuÂ
Mungkin saja kekosonganku telah terlihat dari jarak di balik fatamorgana
Kadang Tuhan memang jahil
Ia sengaja ciptakan kesepian untuk menggoda umatNya agar terbang dengan sayap imajinasinya
Supaya manusia ingat bahwa ada hal-hal lain dalam hidupnya yang harus dipikir ulang
Dirasakan lagi agar tidak mati
Mungkin aku saja yang sudah lumpuh rasa dan karsa
Sepi saja tidak tahu bagaimana rasanya
Salah sangka aku hanya menganggap itu waktu yang disiapkan Tuhan untuk berbicara padaku
Mengingatkanku bahwa hari ini aku lupa berdoa
Mengingatkanku bahwa hari ini aku terus saja mendongak mencari burung yang terbang melalang
Lalu dengan bisikan-Nya, Ia menyadarkanku bahwa aku harus terus berdoa agar sampai pada goa surgaNya
Menyadarkanku bahwa banyaknya burung disana masih kalah dengan ratusan semut yang bergandengan di bawah tanah
Tidak ada burung yang saling menggengam saat yang lain terpuruk
Hanya ada semut yang saling menyatu bahu membahu
Terkadang aku mencari sepi
Agar aku bisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta Sepi
Karena sejahil-jahilnya Tuhan pada akhirnya tetap aku yang lebih banyak menggoda-Nya dengan candaanku yang tidak tahu diri
Yang lupa bersyukur
Yang lupa bahwa hidup ini ramai meski aku lebih menyukai sepi yang lebih menampakkan siapa diriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H