Mohon tunggu...
Dyah Ayu Lestari
Dyah Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Proses berfikir manusia adalah misteri

Mahasiswi UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urusanku Bukan Urusanmu, Salahkah Aku Berpendapat?

12 Februari 2020   00:00 Diperbarui: 12 Februari 2020   00:11 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Disuruh mondok ga mau, maunya kerja. Sekarang udah kerja, malah sakit-sakitan. Maunya apa sih?"  Ujar Bu Desi. Beliau adalah tetangga dekat Dini yang hampir setiap pagi ngerumpi dirumahnya sambil membeli sayuran. Mendengar kata itu, Dini terdiam sambil menahan tangis dan langsung masuk kekamar sambil membanting pintu. Dini merasa sakit hati dengan perkataan Bu Desi tersebut. Karena, menurut Dini Bu Desi hanya seorang tetangga dan tidak berhak mengkritik apalagi mengatur hidupnya.

Banyak permasalahan yang terjadi antara orangtua dan anak pada fase pubertas. Salah satu penyebabnya yaitu tidak adanya saling pengertian antara mereka. 

Menurut orangtua, sesungguhnya anak remaja itu sering keluar dari rumah, menghabiskan waktunya hanya untuk main-main dan nongkrong Bersama teman-temannya di kafe. Akan tetapi, menurut  anak itu sendiri sesungguhnya orangtua memperlakukan mereka seperti anak kecil, bahkan hanya menyuruh untuk melakukan ini, dan melarang untuk melakukan itu.

Bukan hanya orangtua, lingkungan sekitar juga mempengaruhi daya fikir anak. Bisa kita lihat dalam cuplikan cerita diatas, bahwa omongan orang lain seperti halnya seorang tetangga juga mempengaruhi keputusan Dini. Padahal sesuatu yang dilakukan Dini sudah mendapatkan persetujuan oleh orangtua-nya yang pada saat itu Dini memilih untuk bekerja daripada masuk ke pesantren untuk melanjutkan pendidikannya setelah jenjang SMA usai. 

Dini merasa kesal dan sakit hati atas perkataan tetangganya tersebut sampai membanting pintu kamarnya. Hal ini merupakan perbuatan yang dilakukan karena timbulnya emosi. 

Jika saja orang tua Dini mendidiknya agar berpikir secara positif atau positif thinking, maka Dini tidak akan terpengaruh oleh siapapun. Serta dia akan merasa percaya diri dengan keputusan yang telah diambil. Walaupun Dini tetap mengalami emosi, akan tetapi hanya sekadarnya saja.

Sebenarnya ada salah satu solusi untuk permasalahan ini, sebaiknya orangtua merubah model pendidikan serta mengerti bahwa anaknya tersebut sudah beranjak dewasa, oleh karena itu tidak seharusnya bagi orangtua memperlakukan mereka seperti anak kecil. 

Dan bagi anak remaja juga harus mengerti apa yang bermanfaat bagi mereka serta apa yang berbahaya bagi mereka sendiri. Oleh karena itu, wajib bagi mereka untuk mengetahui tanggung jawab dan harus selektif untuk memilih teman.

Sudah kita ketahui bahwa kepedulian dan kasih sayang orangtua sangatlah penting dan berpengaruh pada perkembangan anak. Sama seperti halnya jika anak yang kurang kasih sayang, maka pada usia remaja dia akan mudah terpengaruh oleh orang lain. Misalnya jika  anak itu perempuan, maka ketika ia berusia remaja dia akan mudah dekat oleh laki-laki dengan rayuannya. Karena dia menganggap kasih sayang laki-laki tersebut lebih banyak daripada kasih sayang yang diberikan oleh orangtua.

Dikatakan juga bahwa pemuda menjadi peran yang besar dalam pembangunan bangsa, karena kemajuan bangsa berada diatas pundak mereka. Sejak zaman nabi dahulu, banyak pemuda muslim yang terkenal karena perannya yang besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun