Mohon tunggu...
dyah ayu
dyah ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Ayu hanya 'anak-anak' yang ingin melihat betapa banyak dunia yang ingin ia jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing-kucing Manusia

2 Februari 2023   01:23 Diperbarui: 2 Februari 2023   01:35 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Tiiin! 

     Suara memekakkan itu berhasil membuat sikucing melompat. Andaikata tidak, mungkin kucing malang itu sudah gepeng terlindas. Kucing itu beruntung, selalu lewat sebelum atau sesudah motor dan mobil lewat, jaraknya tipis sekali.

     Penglihatan abu-abu membawa empat kaki kurus itu memasuki pekarangan luas tanpa tau di sana ada dua manusia. Bapak-bapak berkolor dan berkaos kutang sedang memandikan mobil dengan sayang. Dan bocah yang terlihat mengumpulkan dedaunan kering lalu mencoba menciptakan apinya sendiri menggunakan korek. Yang kucing itu tau, pindang goreng ini akan cocok memenuhi perut kecilnya.

     Melihat kucing rembes, bau, dan kotor melintasi pekarangan rumah, karena takut kaki menjijikkan itu mengotori lantai mahalnya, Papa–bapak-bapak berkolor dan berkaos kutang–menggerakkan selang di tangannya lurus menghadap si kucing. Air telak membasi hewan itu.

     Si kucing berjingkat merasakan dingin air menusuk kulit tanpa dagingnya. Langsung lari terbirit-birit lalu mengibaskan tubuh setelah cukup jauh. Menjilat bulu. Berharap jilatan lemah tersebut membantu tubuhnya cepat kering.

     Belum selesai sialnya, kucing itu tak menyadari seorang bocah berjalan mengendap ke arahnya. Menangkap ekor panjangnya. Membuat si kucing mengeong kesakitan. Tubuhnya dijungkirkan. Kepala jadi ekor. Ekor jadi kepala. 

     Terus mengeong sambil mencakar-cakar udara kosong.

     Bocah itu terkikik. Punya ide. Mengambil korek dari sakunya. Menggesek pemantiknya. Percobaan pertama. Gagal. Percobaan kedua. gagal. Kucing malang itu terus meronta. Percobaan ketiga. Berhasil. Udara di sekitar perut kucing menghangat seiring bocah itu mengarahkan pemantik ke perut si kucing yang masih kering.

     Hewan itu tak tahu menahu sampai merasakan sesuatu yang begitu panas merambati perut kurusnya. Menghanguskan bulu. Melepuhkan kulit.

     Kucing malang itu langsung mencakar tangan si bocah yang dalam jangkauan, yang memegang korek. Bocah itu terkejut kemudian refleks melepas cengkraman pada ekor panjang itu.

     Kucing itu langsung lari kemana saja kaki kurus membawa pergi. Dengan api masih merambati perut. Mengeong dengan suara paling lantang. Mengutuk siapa saja yang telah menyakitinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun