Mohon tunggu...
Dyah I
Dyah I Mohon Tunggu... Akuntan - Want to be a writer

Food enthusiast, traveler

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mimi dan Mintuna

22 November 2024   16:10 Diperbarui: 22 November 2024   17:15 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini pagi-pagi sudah memasak untuk pesenan salah satu pelanggan favorit, yaitu nasi bakar ayam dan cumi jamur, cap jae jawa dan gudeg. Sudah beberapa bulan ini saya dan sahabat membuka kedai makanan dan minuman di salah satu rumah sakit yang lumayan besar.  Dengan modal senang makan enak dan masak-masak, kami memberanikan diri menjual makanan dan minuman untuk pengunjung rumah sakit, pegawai ataupun siapa saja yang mampir di kedai kami.  Kami menyediakan makanan rumahan dan minuman. Pelan-pelan kami membangun  loyalitas pelanggan dengan menyediakan makanan rumahan dan minuman yang murah namun enak. Memang saingan kami banyak outlet makanan franchise yang sudah punya nama dan pelanggan yang loyal.  Tidak mudah bagi kami untuk mendapatkan pelanggan setia. Namun dengan modal menu yang enak dan pendekatan kekeluargaan, kami perlakukan pelanggan sebagai teman, lambat laun mulai ada pelanggan yang setia dengan produk kami.  Karena menu kami adalah makanan rumahan, maka pelanggan kami kebanyakan bukan generasi Gen Z yang lebih memilih makanan francy dan fast food.

Pelanggan kami kebanyakan pasien-pasien yang kontrol rutin ke rumah sakit.  Karena kami senang mengobrol, maka bila ada pelanggan, kami perlakukan seperti teman dan kami ajakin ngobrol sehingga pelanggan betah untuk duduk di kedai kami. Hal ini tidak akan mungkin di temui di outlet-outlet franchise yang ada. 

Dengan adanya hal tersebut, jadi kami tau nama-nama pelanggan kami, bahkan bertukar nomor ponsel, jadi bila mereka akan control dua hari sebelumnya suka memesan menu yang akan dibeli pada saat mereka control.

Salah satu pelanggan favorit kami adalah pasangan suami istri manula yang berusia sekitar 70-80 tahunan (perkiraan saya, karena saya sungkan untuk menanyakan usia mereka).  Mereka selalu memesan apa saja yang akan mereka ambil pada saat kontrol. Minggu lalu mereka memesan nasi bakar, salad, cap jae jawa.

Pasangan favorit kami ini selalu bergandengan tangan bila berjalan di rumah sakit, terlihat jelas bagaimana mereka saling menyayangi meskipun sudah usia senja.  Sang suami dengan telaten selalu mendengarkan perkataan istrinya dan selalu mengabulkan permintaan istrinya bila ingin membeli menu lain selain pesanannya.  Melihat kerukunan mereka, mengingatkan pada almarhum kedua orang tua saya.  Dulu kedua orang tua saya juga seperti itu, selalu bergandengan tangan bila jalan-jalan pagi, bahkan dalam tidurpun mereka suka berpegangan tangan. (kalau mengingat hal tersebut kadang membuat rindu kepada alamarhum).  Bahkan dulu pada saat ibu saya opname di rumah sakit, karena ayah tidak bisa bezuk karena beliau juga sakit, tiap hari ayah selalu menulis surat untuk ibu.  Sampai tetangga yang sering dititipin surat suka terharu dan merasa iri dengan keromantisan ayah.

Nenek saya dulu suka bercerita tentang mimi dan mintuna, dan menasehati bila menikah supaya seperti mini dan mintuna.

Siapakah mimi dan mintuno itu? dan mengapa dijadikan sebuah perumpamaan dalam petuah cinta manusia?

Mimi dan Mintuna merupakan binatang beruas atau Arthropoda yang biasanya disebut dengan belangkas, kepiting tapal kuda atau horseshoe crab dan menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove. Binatang ini biasanya ditemukan di perairan Jawa khususnya di Jawa Tengah. Mimi sendiri merupakan sebutan untuk belangkas berjenis kelamin jantan dan Mintuna merupakan belangkas berjenis kelamin betina. Keduanya memiliki ciri-ciri yang hampir sama, namun pada belangkas betina terdapat kumpulan telur dibagian depannya dan ukurannya cenderung lebih lebar. Sedangkan pada jantan, dibagian depannya berukuran lebih kecil. Konon katanya, belangkas merupakan hewan yang setia. Kedua hewan tersebut tidak dapat dipisahkan. Jika pasangan ini dipisahkan maka keduanya dipastikan mati. Keunikan lainnya, menurut sebuah cerita dikatakan jika hewan ini dimasak tidak bersamaan maka hewan tersebut akan mengeluarkan racun, tetapi jika dimasak secara bersamaan belangkas dapat dimasak dan dikonsumsi. Oleh karenanya, muncul sebuah filosofi untuk pasangan cinta sejati yang digambarkan dengan "mimi lan mintuna", kesetiaan hewan mimi lan mintuna yang tidak tertandingi.[1] (Ummi Sabrina Sholekhah, Mimi dan Mintuna : Hewan Berdarah Biru Cerminan Kisah Kesetiaan Romeo dan Juliet Versi Binatang,Dinas Kebudayan (Kundha Kebudayaan) Daerah Istimewa Yogyakarta)

 

Meskipun saya belum tau kisah cinta dari pasangan pelanggan favorit saya tersebut, namun dapat dikatakan kehidupan mereka seperti mimi dan mintuna.  Mungkin di lain kesempatan, bila bertemu mereka saya akan menanyakan bagaimana kisah cinta mereka he..he... sehingga bisa berbagi cerita.

 

Saat ini tingkat perceraian pasangan muda sangat tinggi, bahkan menurut Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung mencatat ada sekitar 463 ribu kasus perceraian di Indonesia sepanjang tahun 2024.

 

Ekonomi menjadi faktor utama dalam 40% kasus perceraian. Faktor lain yang mendominasi adalah perselingkuhan (25%) dan kekerasan dalam rumah tangga (15%). Pasangan muda (di bawah usia 30 tahun) lebih rentan terhadap perceraian karena alasan ekonomi.  Berapa persen pernikahan yang berakhir dengan perceraian di Indonesia? Rasionya antara 22,2% hingga 25,6% . Artinya, untuk setiap empat pernikahan, ada satu perceraian.

 

Bila melihat data diatas, rumah tangga yang langgeng sangat susah dipertahankan.  Bahkan, saya mempunyai teman, mereka sudah pacaran sejak kuliah sampai bekerja, kurang lebih pacaran selama 7 tahun kemudian menikah. Namun tiga bulan kemudian bercerai. Wow sekali ya.

 

Kalau melihat hal itu, tidak ada salahnya kalau kita belajar dari mimi dan mintuna bagaimana menjadi pasangan yang saling melengkapi dan setia. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun