Mohon tunggu...
Dyah
Dyah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih bisa beraktivitas

Suka foto dan ada keluarga kucing dirumah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Home 2

19 Mei 2023   14:12 Diperbarui: 19 Mei 2023   14:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf, no telepon yang anda tuju sedang tidak aktif" semakin membuatku ketakutan akan terjadi sesuatu hal kepada ibuku diluar sana. Otakku berfikir keras, siapa saja orang yang pernah mendatangi ibuku. Hanya ada 2 orang itu yang aku tahu dan pernah kesini. Tapi aku tidak tahu bagaimana menghubungi mereka. Dan tanpa basa basi lagi, aku pergi ke Horse bar dimana tempat Ibuku bekerja usai solat isya.

Setibanya disana, aku merasa malu pada diri sendiri, karena seperti melihat diriku sendiri yang melakukan hal seperti itu.  Tanpa malu dan seakan akan tidak ingat akan kematian. Tapi ketika aku mengingat Ibu kembali, aku hanya bisa tersenyum miris dan berupaya mencari Ibu kembali.

"Bukannya lo anaknya Risma ? mana nyokap lo? Bukannya kerja malah tidur dirumah." Aku yang mendengar penuturan itu pun kaget dan segera menyusuri tempat yang lain, untuk mencari kebenaran yang diucapkan. Hingga tanpa berkata sepatah kata pun, akhirnya aku hanya bisa menangis sekuat kuatnya dan berteriak tanpa perduli orang orang disekitarku.

Hujan tiba dan dengan segera membasahi tubuhku yang merintih kepedihan. Mereka, segera menepi dibawah atap rumah sedangkan aku hanya tertawa dalam derasnya hujan. Aneh, tapi aku sudah tak tahu harus bagaimana lagi. Dunia sudah kejam padaku saat ini, bila Ibuku benar benar tidak kembali lagi.

"pak, pak, pak,pak," terdengar bunyi hentakan sepatu yang berlari ke arahku. Jauh dari sana dia semakin mendekat dengan berlari dibawah jaket yang menutupi kepalanya. Aku tak ambil pusing dan segera beranjak pergi dari sini. Tapi tak ku sangka, pria yang berlari itu berhenti di hadapanku.

"Ngapain sih, minggir lo" ucapku berusaha menjauh darinya. Tanpa menjawab, dia langsung membawaku paksa kearah rumah.

Sepanjang jalan pun tak ada penjelasan kenapa dia melakukan ini padaku. Dan aku sudah terlalu lelah untuk bertanya padanya hingga pada akhirnya hanya kegelapan yang muncul di kepalaku dan membuat tubuhku jatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun