"Salahin aja terus aku Mas. Ga pernah ngerasa, kalau kamu juga pernah salah. Egois. Pembo-"
"Mau bilang pembohong kamu?" ujar Papa yang sudah tersulut emosi.
"Bohong dari mana? Kalau uang Papa habis ya memang habis Ma. Buat cicilan motor, mobil, sama lainnya. Kamu ga ngasih kan. Jadi ya pakai gajiku."
"Itu kan memang tanggung jawabmu Mas. Tapi kalau aku lagi mintak, terus kamu bilang ga ada. 1 jam kemudian kamu ngeluarin uang buat beli makan diluar, apa itu tetep ga ada uang? Apa beli makan ga pakai uang?"
"Itu uang seseran."
"Nah itu, Papa ga jujur sama Mama."
"Apa aku mesti bilang sama kamu juga, kalau dapat uang seseran."
"Kalau dari awal kamu jujur masalah uang. Aku ga bakalan nuntut ini itu Mas. Tapi karena kamu sering bohong gini, makanya aku ga percaya."
"Ga perlu kalau itu. Yang penting aku tetap ikut bayar yang lain juga."
"Apa kamu pernah ngasih aku uang jajan Mas?uang belanja buat aku?enggak kan?"
Setelah kejadian yang menimpaku saat itu. aku tidak pulang kerumah selama 3 hari. Tidur dipenginapan, menggunakan uang tabunganku sendiri. Berusaha menenangkan diri dan kedepannya bakalan berusaha bodoh amat dengan keadaan sekitar. Capek memang, kalau terlalu perhatian sama orang orang sekitar. Berusaha buat selalu tersenyum diluar sana, tapi ketika pulang kerumah, hanya luka yang kembali terulang.