Mohon tunggu...
Dyah
Dyah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih bisa beraktivitas

Suka foto dan ada keluarga kucing dirumah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sisi Dalam Pernikahan

22 Januari 2023   18:18 Diperbarui: 22 Januari 2023   18:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau Mama sama Papa lagi ada masalah, bisa ga, enggak ribut depan aku? Apalagi depannya devon?" Pintaku pelan kepada papa. Dimana moodku saat ini, benar benar tidak stabil.

"Kalian itu selalu aja ribut masalah duit." Jedaku tapi tetap berusaha tenang. 

"Apa ga capek gitu, ngomong sebentar sehari sampai dua hari. Terus besoknya udah libur lagi, kaya mit semester sd. Aku yang lihat kalian gitu aja capek. Ngerasa dirumah ini nih, udah ga betah. Panas muluk, mau emosi bawaannya."

"Kalau Mama sama Papa masih mau ribut lagi, yaudah silahkan. Syifa udah gak mau ikut campur sama kalian. Udah dewasa, tapi sikapnya belum dewasa sama sekali. Ga jujur, ga terbuka, pantes aja tiap hari ribut."

"Udah Fa? Kalau udah Papa mau ngomong juga."

"Ngomong apa? Mau nyalahin Mama lagi? Udah basi Pa, bosen dengernya. Apa Papa juga ga koreksi diri, kalau Papa juga salah. Jangan bisanya nyalahin doang, tapi giliran salah gak mau ngaku."

"Lama lama kamu tuh sama kaya Mamamu, Fa."

"Kalau aku ga mirip sama Papa, Mama. Terus mirip siapa?"

Plakk. Bunyi tamparan keras mendarat pada wajahku. Aku hanya bisa tersenyum getir, ketika itu terjadi. Tak bersuara lagi, langsung pergi dari rumah menggunakan sepeda motor. Menghiraukan Papa yang mencoba memanggilku berulang kali.

"Mas, kamu apain sih Shifa sampai aku denger suara tadi? Jawab mas?"

"Ini semua gara gara kamu Ma. Kalau kamu ga banyak ngomong. Ga bakalan aku emosi kaya gini."

"Salahin aja terus aku Mas. Ga pernah ngerasa, kalau kamu juga pernah salah. Egois. Pembo-"

"Mau bilang pembohong kamu?" ujar Papa yang sudah tersulut emosi.

"Bohong dari mana? Kalau uang Papa habis ya memang habis Ma. Buat cicilan motor, mobil, sama lainnya. Kamu ga ngasih kan. Jadi ya pakai gajiku."

"Itu kan memang tanggung jawabmu Mas. Tapi kalau aku lagi mintak, terus kamu bilang ga ada. 1 jam kemudian kamu ngeluarin uang buat beli makan diluar, apa itu tetep ga ada uang? Apa beli makan ga pakai uang?"

"Itu uang seseran."

"Nah itu, Papa ga jujur sama Mama."

"Apa aku mesti bilang sama kamu juga, kalau dapat uang seseran."

"Kalau dari awal kamu jujur masalah uang. Aku ga bakalan nuntut ini itu Mas. Tapi karena kamu sering bohong gini, makanya aku ga percaya."

"Ga perlu kalau itu. Yang penting aku tetap ikut bayar yang lain juga."

"Apa kamu pernah ngasih aku uang jajan Mas?uang belanja buat aku?enggak kan?"

Setelah kejadian yang menimpaku saat itu. aku tidak pulang kerumah selama 3 hari. Tidur dipenginapan, menggunakan uang tabunganku sendiri. Berusaha menenangkan diri dan kedepannya bakalan berusaha bodoh amat dengan keadaan sekitar. Capek memang, kalau terlalu perhatian sama orang orang sekitar. Berusaha buat selalu tersenyum diluar sana, tapi ketika pulang kerumah, hanya luka yang kembali terulang.

"Ternyata gini ya, kalau dalam rumah tangga ga ada sebuah keterbukaan. Semuanya bakalan rumit, kalau lagi ada secuil masalah, masalah lain juga jadi kebawa."

Karena keributan Papa dan Mama sudah sering terjadi,membuatku benar benar harus memilih mana laki laki yang cocok denganku. Dari segi sifat dan karakternya. Agar ketika menikah nanti, tidak ada rasa penyesalan dan hingga cekcok berkepanjangan, yang mungkin akhirnya bisa terjadi kekerasan. Karena pernikahan itu ibadah paling lama  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun