"Mau kamu itu apa Lin? Udah ditungguin Ibu di meja makan buat barengan makan, tapi ga dateng." Ucap kakak berdecak pinggang dengan nada sedikit tinggi.
"Kamu kesel gara gara tadi sore disuruh Ibu solat? Apa kamu kesel juga sama aku?"
Aku terdiam seribu bahasa. Entah kenapa, aku merasa apa yang di ucapkan Kakak kali ini, benar benar membuatku terluka. Hatiku terasa dongkol, karena tak mau menerima ucapan benar darinya. Seakan akan, dia yang paling benar dirumah ini.
"Kalau bener apa yang aku omongin ini, berarti harusnya kamu koreksi diri. Kalau waktunya solat ya solat, ga usah di tunda tunda. Kamu kan udah tahu, udah paham dan bahkan lebih dari kakak, kenapa malah harus di ingetin. Kamu udah gede Lin, udah tahu dosa juga kan."
"Hushh, hush, ini kenapa to Dit. Ngomongmu dipelanin. Ibuk ga ngajari kaya gitu lo."
"Lina tu Bu, bikin kesel. Udah tahu tapi dia ga paham."
"Udah udah kamu makan dulu sana. Nanti ibu nyusul sama Lina, makannya."
"Ga mood lagi Bu." Ucap kakak sekalian beranjak pergi dari kamarku.
"Besok besok, kamu kalau di ingetin sama Ibu apa sama kakak, selagi itu baik, kamu lakuin langsung ya Lin. Ga usah di tunda tunda,nanti jadi kebiasaan buruk. Apalagi itu solat. Kan kamu lebih ngerti kalau ditunda tunda, hukumnya gimana."
"Hmm, iya."
"Yaudah, kalau gitu kita makan ya. Ibu nungguin kamu lo dari tadi."