Mohon tunggu...
Dya Erlina
Dya Erlina Mohon Tunggu... Guru - PPPK

Membantu saya untuk mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Sebagai Pemimpin

9 Agustus 2024   23:44 Diperbarui: 9 Agustus 2024   23:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Oleh : DYA ERLINA, S. Pd.

Setelah mempelajari modul 3.1. Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, dapat saya simpulkan dan kaitkan konsep, ilmu dan materi pada modul ini dengan pemahaman saya dengan modul-modul sebelumnya. Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan kesimpulan dan kaitan-kaitan tersebut dalam bentuk jawaban dari pertanyaan pemandu dari sub bagian Koneksi Antar Materi Modul 3.1.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yang dari KHD yang sering kita sebut dengan tiga semboyan dalam bidang pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri dari: 1) Ing Ngarsa Sung Tuladha; 2) Ing Madya Mangun Karsa; dan 3) Tut Wuri Handayani memiliki kaitan yang cukup erat dengan konsep penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin.

Pratap yang pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha yang berarti "di depan memberi contoh" berkaitan dengan tugas seorang pemimpin yang berkewajiban memberikan teladan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Setiap langkah yang kita ambil dalam proses tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan mulai dari langkah pertama hingga di akhir, karena pada hakikatnya seorang pemimpin selalu dalam pengamatan dan wajib memberi contoh yang baik bagi pihak yang kita pimpin bahkan orang di luar itu.

Pratap kedua, Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti "di tengah membangkitkan  semangat", dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan berarti bahwa seorang pemimpin wajib menjaga setiap keputusan tetap berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Setelah keputusan dibuat, pemimpin yang mengambil keputusan tidak serta merta lepas tanggung jawabnya. Kita harus terus mengawal, melakukan refleksi, menerima umpan balik, menindaklanjuti dan  bahkan mengadaptasikan keputusan saat diperlukan.

Sedang pratap ketiga, Tut Wuri Handayani, yang berarti "di belakang memberi dorongan", dalam kaitannya pengambilan keputusan adalah bahwa pemimpin harus memberi dorongan terhadap setiap pihak yang berkaitan dengan keputusan yang diambil untuk tetap konsisten dan konsekuen dengan keputusan tersebut sekaligus menjaga keputusan yang diambil memberi manfaat keberlangsungan positif bagi komunitas secara umum.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Bagaimanapun, nilai yang tertanam dalam diri kita mempengaruhi cara kita melihat dunia, termasuk dalam kaitannya dengan memandang setiap segi dan komponen dalam proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya memang setiap manusia berkecenderungan memandang dan memilih segala sesuatu secara subjektif, sesuai dengan nilai dan keyakinan yang kita miliki. Hal ini mengharuskan diri kita untuk menjaga diri kita tetap berpihak dan meyakini nilai positif serta kebajikan yang bersifat universal, hingga dapat membantu kita dapat mengambil keputusan secara lebih objektif dan berpihak pada kebenaran.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam proses pengambilan dan pengujian keputusan, coaching dapat dimanfaatkan dalam beberapa tahapannya. Misal dalam tahap mengenali nilai yang saling berlawanan, mengumpulkan fakta yang relevan dan mengidentifikasi pihak yang berkaitan, pemimpin dapat melakukan sesi coaching dengan pihak primer yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul. Dari proses coaching tersebut, diharapkan akan muncul data dan fakta yang akan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sesuai dengan pengelasan komponen yang dibutuhkan

Sedang dalam kaitannya dengan pengujian yang perlu dilakukan dalam tahapan pengambilan keputusan, sesi coaching dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis setiap kemungkinan yang muncul jika keputusan dijalankan, baik sebagai objek pada uji regulasi, intuisi, idola, maupun publikasi. Dalam sesi ini, sesi coaching dapat diterapkan pada pihak-pihak yang lebih luas, di luar pihak primer yang terkait dengan persoalan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seperti yang kita tahu, bahwa dilema etika merupakan jenis permasalahan yang cukup sulit dan menantang untuk diselesaikan, karena memperlawankan dua nilai yang sama-sama baik. Karena itu, kemampuan kita dalam mengelola aspek sosial emosional menjadi sangat dibutuhkan untuk menjauhkan diri kita dari keberpihakan yang tidak seharusnya. Memang kecenderungan selalu ada, namun kita harus dapat mengontrol sosial emosional kita agar keberpihakan itu tidak mengurangi kewajiban kita untuk bertahan dengan setiap langkah yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Intinya bahwa aspek sosial emosional kita berpengaruh pada sikap kita dalam mengambil keputusan dengan "kepala dingin" bagaimanapun kondisinya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Setiap manusia memiliki nilai dan keyakinan yang biasanya dijadikan sebagai landasan dalam bersikap termasuk pengambilan keputusan secara rasional. Setiap nilai yang dimiliki memiliki peran dengan prioritas variatif dalam memandang dan menilai setiap hal di dunia. Berkaitan dengan kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, nilai-nilai yang kita miliki jelas akan menjadi salah satu bagian yang paling berperan dalam menyikapinya. Hal ini dikarenakan moral dan etika tidak dapat dilepaskan dengan nilai-nilai kebajikan lokal maupun universal yang menjadi landasannya. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga nilai dan keyakinan kita tetap sesuai dengan nilai kebajikan universal, agar cara pandang kita terhadap masalah moral dan etika tidak keluar dari kebajikan yang semestinya.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang dibuat akan memberi pengaruh bagi lingkungan komunitas dimana keputusan itu ditujukan. Untuk itu, keputusan itu harus sesuai dengan kebutuhan, nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dikarenakan keputusan tersebut sejalan dengan nilai, keyakinan dan tujuan dari komunitas tersebut. Setiap keputusan yang sejalan dengan kepentingan komunitas dan sesuai dengan nilai yang diyakini akan memberi dampak positif.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang muncul dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah pertentangan nilai yang sama-sama baik yang pastinya memiliki subjek terlibat yang saling bertahan dengan nilai yang diyakininya. Dan seperti yang kita tahu, selain faktor nilai yang berlawanan yang menjadi tantangan, faktor subjek tentu memiliki tantangan yang sama-sama besar. Seringkali, setiap keputusan, terlepas dari sempurnanya proses yang dijalankan untuk pengambilannya, tetap tidak dapat memuaskan semua subjek atau pihak yang berkaitan. Hampir selalu ada pihak yang merasa dikalahkan bahkan dirugikan. Dan itulah yang menjadi tantangan bagi saya secara pribadi dalam menjalankan pengambilan keputusan di lingkungan atau komunitas saya.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai seorang guru, kita harus menjadikan kepentingan murid kita menjadi tujuan utama dalam kegiatan pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang kita ambil yang berkaitan dengan mereka harus menjadikan mereka sebagai tokoh utama yang selayaknya "dimenangkan". Tentu saja, hal ini tidak serta merta membuat mereka terjebak dalam kondisi dimanjakan dan asal mereka senang saja. Kita tetap harus berpedoman pada tujuan akhir kemerdekaan mereka dalam belajar (secara khusus) dan hidup (secara umum).

Dalam hal memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda, sebagai seorang guru kita harus menguasai kompetensi dan mau mengimplementasikan pembelajaran berdiferensial yang dapat mengakomodasi keunikan potensi dari murid-murid kita. Diharapkan, melalui pembelajaran jenis ini, kita dapat memberi pelayanan yang terbaik, yang unik, bagi setiap personal murid yang kita miliki.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Apapun yang kita tanamkan, baik secara sadar dengan proses terstruktur dan tidak terstruktur maupun secara tidak sadar, akan memberi bekas permanen dalam sistem berpikir dan berperilaku murid-murid kita. Hal tersebut tidak terbatas pada hal yang besar saja, namun juga berkaitan dengan sikap kecil dan remeh (menurut kita) pada murid kita. Terlebih berkaitan dengan keputusan yang kita ambil yang berkaitan dengan mereka. Keputusan yang bersifat dilema etika tentu akan menarik perhatian yang banyak dalam sistem pikir murid-murid tersebut. Pilihan yang benar akan memberi dampak yang besar dan bersifat positif, dan sebalikanya, pilihan yang salah akan memberi dampak yang besar pula namun dengan sifat negatif. Dampak pada sistem pikir dan sikap ini akan bertahan bahkan dapat menjadi semakin kuat di masa depan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Modul ini, yang berisi mengenai konsep dan teknis pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai pemimpin sangat berkaitan erat (lebih tepatnya berkesinambungan) dengan materi dari modul-modul sebelumnya. Secara ringkas pendapat (yang berkaitan dengan pengambilan keputusan di lingkungan pendidikan/sekolah) yang dapat saya sampaikan adalah:

Setiap proses pengambilan keputusan tidak boleh lepas dari filosofi pendidikan KHD yang sudah kita sepakati menjadi filosofi pendidikan di Indonesia.

Sebagai salah satu bagian dasar dalam pengambilan keputusan, nilai dan peran guru penggerak adalah suatu yang tidak bisa kita tinggalkan. Keputusan yang kita ambil harus sesuai dengan nilai kita sebagai guru penggerak sekaligus sejalan dengan peran kita sebagai guru penggerak.

Keputusan yang kita ambil harus dapat diselaraskan dengan visi yang sudah kita putuskan, termasuk dalam kaitannya dengan prakarsa perubahan yang kita sepakati.

Budaya positif yang menjadi salah satu tujuan yang ditanamkan dalam kegiatan pendidikan di sekolah harus menjadi salah satu pertimbangan utama dalam setiap keputusan yang akan diambil.

Dalam kaitannya dengan membelajarkan setiap murid sesuai dengan potensi yang mereka miliki, pengambilan keputusan harus diselaraskan dengan pembelajaran yang dapat mengakomodasi keunikan murid tersebut, dalam hal ini yang sudah kita pelajari yaitu pembelajaran berdiferensiasi.

Penguasaan KSE harus diutamakan oleh setiap guru, baik untuk pribadi kita  maupun untuk murid. Pengambilan keputusan yang baik dan mengarah ke kesimpulan yang tepat membutuhkan penguasaan KSE karena sifat dilema etika yang memperlawankan nilai yang sama-sama positif dan cenderung berpengaruh besar terhadap sisi sosial emosional kita.

Pengalaman guru dalam melakukan coaching dan pelatihan supervisi akademik akan mendukung langkah dalam pengambilan keputusan yang tepat. Coaching dapat menjadi salah satu teknik andalan untuk dapat menemukan data dan fakta yang dibutuhkan sebagai bagian dari dasar pengambilan keputusan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam mempelajari modul 3.1. ini, saya merasa menemukan banyak hal baru yang saya butuhkan, kaitannya dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sedikit banyak berpengaruh bagi kemauan saya dalam mempelajari modul ini. Sampai bagian hampir akhir dalam proses belajar modul ini, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang ada seperti mengenai dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Mengenai hal yang di luar dugaan, saya awalnya menduga bahwa dalam proses pengambilan keputusan, terlepas dari tingkat kesulitan permasalahan, tidak membutuhkan langkah sebanyak yang saya pelajari di modul ini. Bahkan langkah dan tahapannya sangat terstruktur, yang pastinya akan memberi kemudahan bagi kami yang masih awam dalam kegiatan pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Setiap manusia, terlepas dari posisi dan jabatannya tentu saja pernah dihadapkan dengan permasalahan yang harus diputuskan. Pada situasi dilema etika pun, sebagai guru saya pernah dituntut untuk membuat keputusan. Tanpa merinci detil kasusnya, saya rasa konsep dan teknis yang saya terapkan saat itu cukup berbeda dengan yang saya pelajari di modul 3.1. ini. Seperti yang sudah saya sampaikan di depan, bahwa saya baru memahami ternyata proses pengambilan keputusan memiliki langkah yang sangat kaya dan terstruktur. Sedang yang saya praktikkan sebelumnya lebih ringan dan asal membuat keputusan dengan beberapa pertimbangan atau uji yang tidak terstruktur. Langkah yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya adalah memperlawankan nilai yang terlibat (belum mempertimbangkan baik lawab baik atau baik lawan buru), mempertimbangkan pihak yang tekait, melakukan uji seperti legal, regulasi, intuisi dan idola, termasuk mengkaji solusi alternatif (belum tahu diistilahkan dengan opsi trilema) Sedang untuk paradigma dan prinsip pengambilan keputusan belum pernah saya pelajari dan praktikkan sebelumnya.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari modul 3.1. ini adalah perubahan cara pandang sekaligus penguasaan kompetensi pengambilan keputusan yang saya miliki menjadi lebih meningkat. Saya berharap dapat memanfaatkan konsep yang saya pelajari di modul ini untuk kegiatan pengambilan keputusan di kemudian hari. Dengan adanya tahapan yang runtut dan terstruktur dalam proses pengambilan keputusan yang saya pelajari di modul ini, memuat saya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan (khususnya dalam situasi dilema etika), karena memiliki instrumen yang jelas dan bisa dengan lebih lengkap saya jalankan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Bahkan di saat pertama kali membaca judul modul ini, sebelum mulai mempelajari konsep dan ilmunya, saya sudah menaruh harapan tinggi pada modul ini. Belajar pada kegiatan belajar modul sebelumnya, modul PGP selalu bersifat runtut dan terstruktur, dan kondisi seperti ini sangat saya harapkan ada dalam konsep pengambilan keputusan secara umum. Dan benar saja, dalam modul 3.1. ini saya mendapat apa yang saya butuhkan dalam kaitan pengambilan keputusan. Hal ini saya anggap sangat penting, karena ke depannya, kita akan selalu dihadapkan dengan permasalahan, dan tidak menutup kemungkinan sesuai dengan situasi dilema etika, sehingga konsep, ilmu dan materi dalam modul ini akan sangat bermanfaat, bahkan memudahkan saya dalam menjalankan tugas.

 

Terima kasih

Salam Guru Penggerak

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun