Maka heboh. Viral luar biasa. Mengglobal-internasional. Akhirnya unggahan dihapus si pengunggah sendiri, di hari itu juga. Disusul kemudian, permintaan maaf.
Kalbu kita terkocok otomatis. Morat-marit. Antara karya kita menakjubkan para tokoh internasional, dengan karya orang kita sendiri, yang rendah diri.
Rendah diri, dalam psikologi disebut Inferiority Complex. Bukan penyakit. Melainkan kondisi jiwa, berupa perasaan tidak mampu, rendah, kalah, bahkan hina, yang intens. Bersifat kronis.
Alfred Adler dalam bukunya: "The Science of Living" (Routledge, 2013) menyebutkan, perasaan rendah diri disebabkan pola didik anak saat balita, yang membuat si balita merasa selalu kalah. Misal, selalu kalah dibanding dengan saudara. Atau selalu diperlakukan buruk oleh teman sebaya. Atau oleh cerita-cerita ortu, bahwa keluarga mereka memang rendahan dibanding masyarakat.
Pengalaman masa kecil itu mengendap di otak bawah sadar. Menggumpal jadi memori. Menghasilkan Inferiority Complex.
Alfred Adler lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1870, meninggal di Aberdeen, Britania Raya, 28 Mei 1937. Psikolog Universitas Wina, yang melahirkan teori itu pada 1900.
Belasan tahun kemudian, Cambridge Dictionary of Psychology menyebut sebagai: Adlerian Psychology. Atau, Bapak Teori Inferiority Complex. Ilmu ini dipelajari di Fakultas Psikologi hingga kini. Terutama di pasca-sarjana.
Adler membagi Inferiority Complex dalam dua bentuk:
1) A Primary Inferiority. Perasaan inferioritas primer, berakar dari pengalaman asli kelemahan, tak berdaya, dan ketergantungan anak kecil. Akibat kurang penerimaan dan kasih sayang ortu. Atau bisa juga akibat kelemahan konstitusional yang sebenarnya.
Definisi itu didukung, diperdalam, oleh duet profesor: Richard Langton Gregory dan Oliver Louis Zangwill dalam buku mereka, "The Oxford Companion to the Mind" (Oxford University Press, 1987), bahwa teori Adler itu masuk wilayah Neuropsikologi.
Prof Gregory (1923 - 2010) adalah guru besar Neuropsikologi di University of Bristol, Britania Raya. Sedangkan, Prof Zangwill (1913 - 1987) Guru Besar Psikologi Eksperimental, Cambridge University, Britania Raya.