"Syifa kamu pulang saja, biar ayah yang gantikan menjaga Ibu."
"Tidak Yah, aku mau jagain ibu, sampai ibu sembuh!"
"Jangan begitu nak, kamu harus jaga kesehatan juga, nanti kalau kamu sakit, Ayah juga nantinya yang repot, kita giliran saja jaga Ibu. Nanti Kalau ada apa-apa saling menghubungi saja, yah!"
Dengan wajah capek dan lesu Syifa berangkat ke sekolah tanpa ada sarapan seperti biasanya. Di sekolah ia tiak fokus dengan pelajaran ,ia selalu saja kepikiran dengan kesehatan ibunya.
"Fa..Syifa melamun aja lu, kekantin yok Ra? Hari ini gua yang traktir semua yang lu mau ra!" ajak Awan untuk memecahkan lamunan Syifa.
"Nggak ah, lu aja, gua gak lapar kok."
"Mana asik kalau nggak ada elu Ra, ayo dong Ra."
"lu, ada masalah ya Ra?" Tanya Wulan salah satu teman dekatnya Syifa.
"Iya, Ibuku lagi sakit Lan. kanker udah stadium tinggi, kata dokter umurnya udah ndak akan lama lagi."
Syifa pun mulai meneteskan airmatanya. Dan teman-temannya mulai merangkulnya.
"Halah, cengeng banget sih lu Ra. Syifa yang gua kenal itu selalu ceria selalu kuat menghadapi tantangan apapun. Lagian omongan dokter lu percaya, emangnya dokter bisa menentukan umur manusia? Emangnya dokter itu Tuhan bisa menebak yang gituan Ra? Sudah Ra, gua sama temen-temen selalu support elu, kami bantu dengan doa juga Ra. Ayo Ra, lu pasti bisa melewati ini. Semangat!" sahut Awan memberi semangat.