Aku kaget, rupanya lepat yang aku makan tadi adalah milik adikkku. Bagus aku pura-pura tidak tahu aja,pikirku.
Karena ditanya adikku, aku diam dan seolah-olah tidak tahu apa-apa, muncul kecurigaan adikku.
Naah.., ini pasti kakak yang ngambil ya lepat aku?
Nggak.., nggak kok jawab aku!
Habis siapa lagi yang ngambil, yang pulang duluan kan kakak, kata adikku.
Karena merasa ketahuan, akhirnya aku pergi diam-diam dengan pasang langkah seribu, dan aku lari keluar rumah. Melihat aku lari, adikku marah dan mengejarku.
Ini adalah sipat adikku, kalau dia marah, dia tidak akan pernah melepaskan begitu saja. Siapa saja yang membuatnya marah dan jengkel, orang itu harus dapat hukuman, walau hanya sebuah cubitan.
Akhirnya aku  ngalah, tidak kuat lagi lari dan berhenti dengan nafas yang megap-megap. "Maaf deh, memang kakak yang salah, kakak yang telah memakan lepat itu " kataku memohon maaf pada adikku.
Iya deh aku maafkan kakak, lain kali jangan diulang lagi ya kak, "kata adikku.
Terimakasih ya dik, aku telah membuatmu marah dan kecewa karena tingkahku. Aku berjanji tidak akan mengulang kembali keusilan yang tak berguna dan menghabiskan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H