Mohon tunggu...
Dwi Ulfiah
Dwi Ulfiah Mohon Tunggu... -

Belajar dengan ikhlas dan sabar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi

25 November 2014   02:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:56 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HIPERTENSI

1.DEFINISI

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraki, sedangkan tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik (Corwin, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik≥140mmHg dan tekanan darah diastolik≥90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Arief mansjoer. 2001:518).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).

2.KLASIFIKASI

Menurut WHO

Sistolik

Diastolik

Normal

< 140 mmHg

< 90 mmHg

Tahap I

140 – 159 mmHg

90 – 99 mmHg

Tahap II

160 – 179 mmHg

100 – 109 mmHg

Tahap III

180 – 209 mmHg

110 – 120 mmHg

Tahap IV

>210 mmHg

> 120 mmHg

(Arief mansjoer. 2001:519)

Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi

Indonesia

Klasifikasi tekanan darah

Tekanan darah sistol (mmHg)

Tekanan darah diastol (mmHg)

Normal

<120

Dan <80

Prehipertensi

120-139

Atau 80-89

Hipertensi stadium 1

140-159

Atau 90-99

Hipertensi stadium 2

>160

Atau >100

Hipertensi sistol terisolasi

<90

3.PENYEBAB HIPERTENSI

Berdasarkanpenyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a.Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat sekitar 90%-95% kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap vasokonstriksi) dan resistensi insulin(Setiawati dan Bustami, 1995:315-342).

b.Hipertensi sekunder atau Renal

Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain (terdapat sekitar 5%-10% kasus)penyebabnya antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obat dan lain-lain.

4.FAKTOR RESIKO HIPERTENSI

Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi.

a.Faktor Genetik

Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik, dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk terkena hipertensi.

b.Umur

Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Anggaraini, 2009).

c.Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindingi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Anggaraini, 2009).

d.Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Namun pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensifitas terhadap vasopressin lebih besar (Anggaraini, 2009).

e.Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadi resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis sistem renin-angiotensin, fisik pada ginjal. obesitas menigkatkan kerja jantung kebutuhan oksigen berperan dalam gaya hidup pasif. lemak tubuh yang berlebihan ketidak aktifan (sylvia price, 2005). peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium darah secara terus menerus (anggaraini, 2009). rumus untuk menghitung imt adalah bb (kg) : tb (m2).

Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT menurut WHO

Klasifikasi

IMT (kg/m2)

Berat badan kurang

<18,5

Normal

18,5-24,9

Berat badan lebih

>25

Pra-Obes

25,0-29,9

Obes tingkat I

30,0-34,9

Obes tingkat II

35,0-39,9

Obes tingkat III

>40

Sumber: WHO tehnical series, 2000

f.Pola Asupan Garam dalam Diet

WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehinga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ektraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrim/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG (Anggaraini, 2009).

g.Merokok

Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas (asap samping), misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping dari pada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Nikotin dan CO pada rokok selain meningkatkan kebutuhan oksigen juga menganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombisit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. http://mawar-putri-julica.blogspot.com/mekanisme-radikal-bebas-dalam-rokok_04.html.

h.Kurang Aktifitas Fisik (olah raga)

Ketidak aktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (CHD) yang setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi. Selain meningkatkan perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatkan kadar HDL-C, menurunkan kadar LDL-C, menurunkan tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunkan resistensi insulin (Sylvia Price, 2005).

i.Penyakit lain penyebab hipertensi:

1.Kolesterol tinggi

Kadar kolesterol sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan meningkatkan pembentukan plak dalam arteri (aterosklerosis) sehingga menyebabkan arteri menyempit dan sulit mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005. Dalam Viosta, 2008).

2.Diabetes

Terlalu banyak gula dalam darah akan merusak organ dan jaringan sehingga terjadi arterosklerosis, penyakit ginjal, dan penyakit arteria koronaria semua penyakit ini mempengaruhi tekanan darah (Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).

Komplikasi makrovaskular timbul terutama akibat aterosklerosis. Pada penderita diabetes, terjadi kerusakan pada lapisan endotel arteri. Kerusakan dapat disebabkan langsung oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien-pasien diabetes. Akibat kerusakan tersebut permeabilitas sel endotel meningkat sehinggan molekul-molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel endotel akan mencetus reaksi imun dan peradangan sehinggan akhirnya terjadi pengendapan trombosit-trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosa. Sel-sel otot polos berproliferase. Penebalan dinding arteri menyebabkan hipetensi, yang semakin merusak sel-sel endotel (Elizabeth J. Corwin, 2000).

3.Gagal Jantung

Keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah hal ini disebabkan serangan jantung, jantung harus bekerja lebih berat untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak terkendali menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras (Sheps, 2005. Dalam Viosta, 2008).

4.Hiperlipidemia

Adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat proses perusakan dinding arteri. Biasanya dihubungkan dengan resiko terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung korone, dan kadang-kadang disertai kelainan lain seperti xantomatosis dan pankreatitis (Sjaifoellah, 2000. Dalam Viosta, 2008).

5.TANDA DAN GEJALA KLINIS

Hipertensi tidak memberikan gejala yang khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun (Tan dan Raharja, 2001).

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti:

1. Pusing

2. Cepat marah

3. Telinga berdenging

4. Sukar tidur

5. Sesak napas

6. Rasa berat ditengkuk

7. Mudah lelah

8. Sakit kepala

9. Mata berkunang-kunang

Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi adalah: gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijupai (Susalit et al, 2001:453-472).

6.KOMPLIKASI HIPERTENSI

Hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2000).

a.Stroke

b.Infak Miokardium

c.Gagal Ginjal

d.Ensefalopati

7.PENGOBATAN

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1.Pengobatan non obat (non farmakologis).

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1.Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.

2.Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

3.Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4.Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

5.Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

2.Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis).

Yaitu dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi.

8.PENCEGAHAN PADA PENYAKIT HIPERTENSI

  1. Pola hidup tenang atau santai, dan berfikir sehat ( positif ). Hindari stress serta sedih berkepanjangan.
  2. Olahraga sesuai kemampuan dan teratur
  3. Istirahat yang cukup
  4. Hindari merokok
  5. Mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak dan garam.
  6. Banyak makan buah dan sayuran
  7. Berobatlah atau kontrol yang teratur bila sudah lama terjangkit darah tinggi
  8. Periksalah sedini mungkin tekanan darah tinggi

(__.2010.http://rozelt.indonetwork.co.id)

9. MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI/DIBATASI

  1. Makanan yang berkadar  lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
  2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
  3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
  4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
  5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
  6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco  serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
  7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

sumber:

Sylvia A. Price. 2000. Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Arief mansjoer. 2001.Kapita Selekta Kedokteran edisi 1. Media Aesculapius. Jakarta.

Dan artikel-artikel lain yang pernah dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun