Tahun demi tahun berganti, Bapak pun berangsur membaik seiring kebaikan BPJS yang selalu Melayani, Sepenuh Hati Mengabdi Untuk Negeri. Suasana rumah menjadi lebih tenteram, karena tak ada lagi riuh redam kegelisahan dan kejengkelan akibat sakit yang begitu nakal. Si gadis kecil ini pun sudah beranjak dewasa dan memasuki bangku perkuliahan yang terlihat menawan.
Dari awal semester 1, entah mengapa dan apa penyebabnya Bapak merasakan gejala yang sama. Pusing, mual, kebingungan, dan jantung yang berdegup dengan kencangnya membuat beliau dilarikan ke rumah sakit. Betapa terkejutnya anak itu mendapat telepon dari sang Ibu, yang memberi tahu bahwa Bapaknya lagi-lagi harus dirawat di rumah sakit. Seketika aku memutuskan untuk meninggalkan jam perkuliahan dan segera menjenguk Bapakku. Untung saja, kampus tempatku menuntut ilmu terbilang cukup dekat.
Hari demi hari Bapak merasakan sakit itu lagi, walau tak separah beberapa minggu yang lalu. Dokter keluarga pun tak jemu untuk merujuk Bapak ke dokter jantung di RSUD lagi. Oleh karena dokter jantung pun sudah angkat tangan, beliau akhirnya merujuk Bapak kepada dokter psikolog. Yap, dokter psikolog tidak hanya menangani orang gila saja bukan ?.
Bincang-bincang santai itupun dimulai, tidak ada yang aneh dari jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh Bapak. Sampai pada akhirnya dokter bertanya, "apakah bapak sangat dekat dengan anak-anak ?". Bapak pun mulai menceritakan kedekatakan kami, sangat dekat, dan teramat sangat dekat. Namun, di tahun 2015 itu kakakku memutuskan untuk menikah kemudian ia tidak tinggal bersama kami lagi.Â
Bertepatan di tahun yang sama, aku juga mulai menjalani padatnya hari-hari sebagai mahasiswa teknik dengan segudang aktivitas yang membuatku terpaksa pulang malam, atau menginap di kos teman untuk sekedar mengerjakan tugas. Bapak merasa kehilangan anak-anaknya yang lucu tapi tidak lucu ini. Bapak mengatakan bahwa beliau merasa kesepian dan kehilangan celotehan kami yang cukup receh dan menghibur.
Kini, pihak dokter pun telah mengetahui akar permasalahannya. Ternyata benar, segala penyakit itu datangnya dari pikiran. Berasal dari kekhawatiran dan kesepian yang mendalam, mengakibatkan berbagai macam penyakit yang tak kunjung redam.Â
Ibu, aku, dan kakak kini tetap dapat melanjutkan aktivitas kami, namun tetap memperhatikan dan meyakinkan Bapak bahwa kami akan terus baik-baik saja. Dengan begitu Bapak lebih bisa merasa tenang dan tersadar untuk lebih mencintai wanita yang tak pernah mengeluh dan setia mendampingi Bapak, yaitu Ibu kami tercinta.
Bukan hanya mencintai ibu saja, Bapak pun sangat dan teramat mencintai BPJS. Dengan total 4x rawat inap, maupun ratusan obat yang diberikan tercover oleh BPJS. Melalui tulisan ini, kami menyampaikan banyak terimakasih karena BPJS sudah menjalankan amanahnya dengan amat sangat baik sesuai dengan jargon andalannya, BPJS Kesehatan Melayani Sspenuh Hati Mengabdi untuk Negeri. Semoga BPJS akan terus dapat mendampingi jutaan masyarakat Indonesia yang sedang dirundung nestapa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H