"Wah, saya lupa Pak. Buat Saya mah terserah saja siapa yang jadi pemimpin di sana karena Saya tak menikmati hasil kerjanya, hidup Saya lebih banyak di Jakarta mencari nafkah untuk keluarga."
"Kalo begitu, kenapa Bapak ikut pulang bersama rombongan?"
"Lumayan Pak, bisa pulang gratis, buat melepas kangen sama keluarga."
"Saya mau tambah seporsi lagi Pak, tak pakai jeroan, kerupuk dipisah, pedasnya sedang," Porsi gultik selalu tak cukup buat saya.
Saya tak bisa lagi berbincang dengan penjual gultik, belum sempat bertanya apakah beliau kenal siapa caonnya, anak siapakah calonnya itu, karena makin banyak pelanggannya yang datang memenuhi kursi di sekitar pikulan, Saya pun lanjut menikmati gultik porsi kedua lalu bersiap melanjutkan perjalanan ke rumah, kalo kamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H