Mohon tunggu...
Dwisya Luqyana
Dwisya Luqyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih dalam proses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Maraknya Kasus Bullying: Bukti Pentingnya Peran Sekolah Positif dalam Menunjang Kebahagiaan Siswa

2 Juli 2023   08:56 Diperbarui: 2 Juli 2023   09:05 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://eagle-eye.co.jp/

Sekolah bisa menanggulangi permasalahan bullying dengan cara melakukan sosialisasi terkait bahayanya kasus bullying dan betapa dilarangnya perbuatan tersebut. Setelahnya sekolah perlu memperketat pengawasannya agar kasus bullying tidak terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah juga perlu memaksimalkan layanan bimbingan konseling. Selain itu, hal paling penting adalah sekolah harus dapat membuat siswa bisa mempercayai dan merasa aman berada di lingkungan sekolah.

Maka dari itu, penerapan prinsip sekolah yang positif amat penting untuk dilakukan dan menjadi suatu hal yang urgensi akibat kasus bullying di sekolah yang terus meningkat dari waktu ke waktunya. Diharapkannya, pemerintah sebagai salah satu institusi positif ikut terlibat dalam lebih mendesak instansi pendidikan yang ada agar segera menerapkan sistem sekolah yang positif demi kemajuan bangsa Indonesia.

Kini, prinsip sekolah positif anti-bullying memang sudah diterapkan di beberapa sekolah dan pemerintah pun sudah ikut serta dalam mendorong aksi anti-bullying di sekolah. Akan tetapi pada kenyataannya, kasus bullying masih terus marak terjadi hingga kini, dibuktikan dengan kasus siswa SMP di Temanggung yang membakar gedung sekolahnya beberapa hari yang lalu. Oleh karena itu, penerapan prinsip dan sistem sekolah yang positif menjadi lebih bersifat urgen dan pemerintah perlu semakin gencar dalam mengusahakan hal ini.

 

REFERENSI

Aulia, F. (2015). Aplikasi Psikologi Positif dalam Konteks Sekolah. Psychology Forum UMM. p120-124.

Effendy, N. (2016). Konsep Flourishing dalam Psikologi Positif: Subjective Well-Being atau berbeda?. Psychology Forum UMM. p326-333.

Jusmiati. (2017). KONSEP KEBAHAGIAAN MARTIN SELIGMAN: SEBUAH PENELITIAN AWAL. Raustan Fikr. 13(2), p359-374.

Peterson, C. (2006). A primer in positive psychology. Oxford University Press.

Seligman, M., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive Psychology: An introduction. American Psychologist. 55, p5-14.

Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun